Bab 29: Ketauan Ayah!

1000 Words
"Ini, Pak, semuanya sudah selesai," ucap Yuna, sambil memberikan kwitansi kepada Iqbal. "Terima kasih," ucap Iqbal, lalu dia membayar pesanannya, setelah itu Iqbal bersiap untuk pulang. "Mel, aku duluan," ucap Iqbal, kepada Melinda. "Iya, Mas," ucap Melinda, setelah berpamitan Iqbal pun pergi. "Huft ... ya ampun," ucap Melinda dengan menghela nafas panjang. "Kenapa kamu, Mel?" tanya Yuna. "Gak apa-apa," jawab Melinda. "Nih, berlian yang aku bilang kemarin," ucap Yuna sambil memberikan sebuah berlian kepada Melinda. "Mas Iqbal sering ke sini, Yun?" tanya Melinda. "Iya, pak Iqbal emang langganan di toko aku, dia suka pesan berlian buat istrinya, apalagi kalau hari spesial mereka," ucap Yuna. "Kamu udah ketemu sama istrinya mas Iqbal?" pertanyaan Melinda membuat kening Yuna berkerut. "Gak pernah, kenapa sih tanya yang kayak gitu," jawab Yuna. "Gak apa-apa, aku penasaran aja pengen tau gimana wajah istrinya mas Iqbal," ucap Melinda. "Loh katanya kamu udah lama kenal sama pak Iqbal, kok gak tau istrinya," ucap Yuna. "Ya aku emang udah lama kenal sama mas Iqbal, tapi kan sama istrinya enggak," ucap Melinda. "Oh, apa jangan-jangan pak Iqbal itu ...." ucapan Yuna terhenti dengan kening yang berkerut. "Apa?" tanya Melinda dengan alis yang terangkat. "Pak Iqbal mantan pacar kamu," jawaban Yuna membuat mata Melinda terbelalak sempurna. "Hai, Ma, Tante, maaf terlambat, tadi aku ada sedikit pekerjaan," ucap Eliana yang baru saja tiba. "Eh ... El, gak apa-apa," ucap Melinda. "Aland nya mana, Tante?" tanya Eliana. "Oh iya, Aland ke mana, Mel, dari tadi kita asik bahas pak Iqbal sampe lupa Aland belum balik juga," jawab Yuna. "Aku juga lupa kalau Aland belum balik-balik," ucap Melinda, lalu dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Aland, tapi Aland tidak menjawab panggilan Melinda. "Kok gak diangkat sih," ucap Melinda dengan kesal, lalu dia kembali menghubungi Aland, tetap tidak ada jawaban dari anaknya itu. "Gimana, Mel?" tanya Yuna. "Gak diangkat telponnya," jawab Melinda. "Mungkin Aland lagi di jalan, Tante," ucap Eliana. "Di jalan apanya, kan tadi Tante ke sini sama dia," ucap Melinda. "Ditunggu aja, mungkin Aland emang masih ada urusan, dia kan sibuk banget, Mel," ucap Yuna. "Sambil nunggu Aland, gimana kalau kita makan dulu, Ma, Tante, soalnya aku lapar banget?" tanya Eliana. "Boleh," jawab Yuna. "Tapi, Aland gimana?" tanya Melinda. "Gampang, kamu kirim pesan sama dia, biar nanti dia nyusul ke resto tempat kita makan," jawab Yuna. "Hmm ... oke deh," ucap Melinda, lalu mereka pun pergi ke salah satu restauran yang ada di mall. *** "Yeay ... dapet lagi, Mas," ucap Mitha dengan girang karena Aland kembali memenangkan boneka dari permainan yang mereka mainkan. Bahkan, ini bukan boneka dan mainan pertama yang Aland dapatkan, Aland sangat bahagia melihat gadis yang dia cintai tertawa bahagia. "Cari yang lain lagi," ucap Aland. "Udah, Mas, ini udah banyak, nih liat, ada satu, dua, tiga, empat, lima, enam, aku sampe susah gini bawanya," ucap Mitha, dia memang terlihat kesulitan membawa mainan dan boneka itu. "Maaf maaf, kita minta kantong plastik ke kasir," ucap Aland. "Jangan deh, Mas," ucap Mitha. "Loh kenapa?" tanya Aland. "Boneka sama mainannya boleh gak kalau aku kasih ke adek yang itu, kasian dari tadi main gak dapet-dapet," jawab Mitha. "Semuanya?" tanya Aland. "Gak semuanya sih, dua buat aku sama Fanny," jawab Mitha. "Oke, terserah kamu aja, Sayang," ucapan Aland membuat mata Mitha menyipit. "Apa, Mas?" tanya Mitha. Jujur saja, saat ini jantungnya kembali berdetak sangat kencang tidak karuan. "Ayo," ajak Aland lalu dia mengambil boneka yang dibawa oleh Mitha. Mereka menghampiri beberapa anak kecil yang dimaksud oleh Mitha. Mitha meminta anak kecil itu untuk memilih mainan dan boneka yang mereka inginkan. "Sudah?" tanya Aland. "Udah, Mas, ayo," ajak Mitha. "Mau pulang?" tanya Aland. "Hmm ... iya, tapi ...." "Jadi gini ya, alasan aja mau nyari barang, tapi kamu ketemuan sama laki-laki," mata Mitha terbelalak sempurna saat melihat Iqbal ada di hadapan mereka dengan tatapan penuh amarah. "A ... Ayah, a ... aku sama ...." "Dari tadi Ayah cariin kamu, gak taunya ada di sini, Ayah telpon gak diangkat, udah bisa bohong ya sama Ayah," ucap Iqbal. "Enggak, Yah, aku gak bohong, tadi emang aku gak sengaja ...." "Perkenalkan Om, saya Aland, saya dan Mitha memang gak sengaja ketemu di sini, tadi saya melihat Mitha jalan-jalan sendirian, itu sebabnya saya mengajak Mitha ...." ucapan Aland terhenti karena Iqbal semakin naik pitam melihat anak gadisnya bersama seorang pria. "Cukup, saya tidak ingin mendengar penjelasan kamu, Mitha sudah melanggar larangan dari saya," ucap Iqbal sambil menarik lengan Mitha agar dia berpindah ke sampingnya. "Maaf, Om, kami hanya bermain sebentar karena Mitha merasa bosan," ucap Aland. "Diam, ini urusan saya dan anak saya, kamu jangan ikut campur dan ingat, jangan pernah diam-diam menemui anak saya lagi!" ucap Iqbal dengan tatapan tajamnya. "Tapi, saya akan tetap menemui Mitha, Om," ucap Aland. "Kamu ...!" ucap Iqbal dengan sengit sambil menunjuk wajah Aland. "Yah, sabar, jangan marah-marah di sini, nanti diliatin banyak orang," ucap Mitha. "Kamu juga, udah salah kenapa malah belain dia!" ucap Iqbal. "Aku bukan bela Mas Aland, Yah tapi ...." "Apa? Mas? Kamu panggil dia Mas?" tanya Iqbal semakin nyalang. "Kan ... kan Mas Aland lebih tua dari aku, Yah," jawab Mitha dengan wajah yang menunduk. "Sudah, Om, ini salah saya, Om jangan menyalahkan Mitha," ucap Aland. "Diam! Mulai sekarang jangan pernah temui anak saya lagi!" ucap Iqbal. "Maaf Om, saya tidak bisa, saya akan tetap menemui Mitha," ucap Aland dengan mantap. "Saya tidak peduli, ayo Mitha, kita pulang sekarang," ucap Iqbal, sambil menarik lengan Mitha. Mitha pun mengikuti Iqbal dengan pandangan menoleh kepada Aland, dia merasa tidak enak hati karena Iqbal marah-marah kepadanya. Sedangkan Aland menatap Mitha sambil tersenyum agar Mitha tau jika Aland baik-baik saja. "Yah, tangan aku sakit," ucap Mitha dengan lirih karena Iqbal mencengkeram erat pergelangan tangannya. Iqbal pun menghela nafasnya dengan panjang lalu melepaskan tangan Mitha. "Ayah gak mau kamu diam-diam lagi ketemuan sama laki-laki," ucap Iqbal. "Yah, aku sama mas Aland emang gak sengaja ketemu, beneran, Yah," ucap Mitha dengan lirih. "Mas lagi, mas lagi, kamu sebenarnya ada hubungan apa sama dia, huh?" tanya Iqbal dengan nyalang dan tatapan tajamnya kepada Mitha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD