Bab 30: Mata-mata Lagi?

1049 Words
Aland masih diam menatap kepergian Mitha dan Iqbal, dia tidak menyangka jika Iqbal akan bersikap seperti ini. Aland pun mengerti jika apa yang Iqbal lakukan hanyalah untuk melindungi Mitha. "Tapi, maaf Om, aku tidak akan menyerah begitu saja, aku tidak akan melepaskan Mitha." ucap Aland lalu dia pergi untuk kembali menemui Melinda. *** "Yah, aku sama mas Aland emang gak sengaja ketemu, beneran, Yah," ucap Mitha dengan lirih. "Mas lagi, mas lagi, kamu sebenarnya ada hubungan apa sama dia, huh?" tanya Iqbal dengan nyalang dan tatapan tajamnya kepada Mitha. "Aku ... gak ada hubungan apa-apa sama mas Aland," jawab Mitha dengan lirih dan kepala yang sedikit menunduk karena takut. "Benar kalian tidak ada hubungan apa-apa?" tanya Iqbal lagi. "Iya, Yah," jawab Mitha. "Ayah akan buktikan apa yang kamu ucapkan itu, kalau kamu bohong sama Ayah, lebih baik Ayah kirim kamu ke asrama," ucap Iqbal. "Iya, Ayah, sekarang Ayah jangan marah lagi ya, aku jadi gemeteran nih," ucap Mitha. "Iya, maaf, Ayah cuma gak mau anak perempuan Ayah melakukan hal yang tidak-tidak, apalagi sampai diam-diam ketemuan sama cowok kayak tadi," ucap Iqbal. Mitha hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, sebenarnya ada perasaan sedih yang menjalar di dalam hatinya saat mendengar ucapan Iqbal, tapi Mitha tidak ingin membantah apa yang diucapkan ayahnya. "Kita pulang sekarang ya, bunda udah telpon Ayah terus dari tadi," ucap Iqbal, kini raut wajah dan nada bicaranya berubah menjadi seperti biasa lagi. "Ayo, Yah," ucap Mitha lalu menggamit tangan ayahnya. Mitha tidak tau jika ada orang yang diam-diam memperhatikannya, bahkan orang itu dengan sengaja mengambil foto Iqbal dan Mitha. Bukan itu saja, bahkan kali ini orang itu pun mengikuti Iqbal dan Mitha menuju parkiran. Sesampainya di mobil, Iqbal memakaikan kalung yang tadi dia beli kepada Mitha. "Yah, ini kalungnya sama persis, tapi kalau bunda tau ini bukan kalung dari kakek, bunda bisa marah, Yah," ucap Mitha sambil memegang kalung yang sudah melingkar di lehernya. "Bunda gak marah asal kalian gak bilang apa-apa, Ayah gak mau liat kamu sedih lagi mikirin kalung itu, apalagi bunda pasti tanya kamu setiap hari," ucap Iqbal. "Bener juga sih, Yah," ucap Mitha, lalu berhambur memeluk ayahnya. "Terima kasih, Yah," ucap Mitha sambil menatap ayahnya. "Sama-sama, Sayang," ucap Iqbal lalu dia mengecup lembut kening anaknya. "Ayah jangan marah-marah lagi katak tadi ya," ucap Mitha lalu melepaskan pelukannya dari sang ayah. "Ayah gak marah, asalkan kamu nurut sama Ayah," ucap Iqbal. "Kapan aku gak nurut sama, Ayah?" tanya Mitha, lalu Iqbal mulai melajukan mobilnya menuju salah satu restoran. "Tadi itu apa, kenapa sampai diam-diam ketemuan sama laki-laki," jawab Iqbal. "Ish ... Ayah, tadi kan aku udah bilang kalau aku sama mas Aland gak sengaja ketemu, mas Aland lagi ada janji sama temennya, terus aku lewat ...." "Gak ada hubungan apa-apa tapi panggilannya mas," ucap Iqbal menyela Mitha. "Kan emang mas Aland lebih tua dari aku, Yah, masa aku sebut nama, kan gak sopan, Yah," ucap Mitha. "Kan gak harus panggil mas, bisa kakak, abang atau ...." "Ish ... Ayah, kenapa bahas ini lagi, kan tadi Ayah bilang kalau udah gak marah," ucap Mitha menyela. "Iya, Ayah gak marah lagi, tapi kamu harus hati-hati," ucap Iqbal. "Aku ngerti kok, Yah, lagian gak mungkin aku punya hubungan yang spesial sama mas Aland, mustahil banget," ucap Mitha dengan lirih. "Kenapa mustahil?" tanya Iqbal. "Ya kita ini berbeda, Yah. Ayah bisa lihat kan tadi, mas Aland itu sempurna, sedangkan aku seperti ini, gak mungkin juga mas Aland suka sama aku," jawab Mitha, terdengar kesedihan di setiap ucapan Mitha yang membuat Iqbal bisa menangkap jika Mitha memiliki perasaan lain kepada Aland, namun lagi-lagi Mitha tidak percaya diri karena dirinya yang gemuk dan selalu dibully oleh semua orang. "Jadi dugaan Ayah benar kalau kamu cinta sama dia?" tanya Iqbal dengan mata yang memicing. Mitha yang mendengar pertanyaan ayahnya diam lalu memalingkan wajahnya ke arah luar. "Cinta? Apa iya aku cinta sama dia?" tanya Mitha di dalam hatinya, dia kembali tersenyum tipis ingin menyangkal semuanya. "Mitha, jawab Ayah," ucap Iqbal karena cukup lama Mitha terdiam dan dia tidak kunjung mendapatkan jawaban. "A ... aku ... aku ... gak cinta dan gak ada hubungan apa-apa sama mas Aland, Yah, lagian kita baru kenal, gak mungkin aku langsung jatuh cinta sama dia," jawab Mitha. Iqbal menghela nafasnya dengan panjang, sampai kapan Mitha bersikap seperti ini, dia selalu tidak percaya diri dengan keadaan tubuhnya. "Ya bisa aja kan, kamu jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia," ucap Iqbal. "Emang ada yang kayak gitu?" tanya Mitha. "Ada lah, buktinya Ayah sama bunda dulu kayak gitu," jawab Iqbal. "Cie ... Ayah nostalgia waktu pertama kali ketemu sama bunda," ucap Mitha menggoda ayahnya. "Kenapa malah jadi godain Ayah," ucap Iqbal. "Mau aja," ucap Mitha. "Jahilnya, sama kayak abang kamu," ucapan Iqbal membuat Mitha tertawa. "Sampai kapan kamu seperti ini, Nak, kamu harus bahagia, lihat saja apa yang akan Ayah lakukan nanti." ucap Iqbal di dalam hatinya. *** Sesampainya Aland di toko berlian milik Yuna, dia tidak melihat Melinda ada di sana, Aland berdecak kesal saat melihat ponselnya, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Melinda, dia juga mendapatkan pesan jika Melinda meminta Aland untuk menyusulnya ke salah satu restoran yang ada di mall. Tapi, Aland tidak menuruti apa yang diperintahkan oleh ibunya, dia lebih memilih duduk di sofa yang ada di sudut toko. "Apa dia baik-baik aja?" tanya Aland dengan lirih, dia pun mengirimkan pesan kepada Mitha. "Kamu baik-baik aja, ayah kamu masih marah?" (pesan terkirim) Aland diam terus menatap ponselnya, dia gelisah menunggu balasan dari Mitha. "Aland, kenapa kamu malah diam di sini, tadi kan Mama suruh kamu nyusul ke restoran," ucap Melinda, dia baru saja kembali bersama Yuna dan Eliana juga. "Hp aku mati, Ma, ini baru nyala lagi, abis numpang charge tadi, aku gak tau Mama minta aku nyusul ke resto," ucap Aland berbohong, pandangannya tetap fokus dengan ponsel. "Bohong kamu, tadi Mama telpon kamu nyambung kok," ucap Melinda, Aland tidak menghiraukan ucapan ibunya itu, dia beranjak dari tempatnya. "Udah selesai kan, Ma, ayo pulang," ucap Aland dengan datar. "Tunggu dulu, kamu kenalan dulu sama Eliana," ucap Melinda. "Lain kali aja, aku masih ada urusan," ucap Aland tanpa menoleh sedikitpun kepada Eliana yang tersenyum sangat manis kepadanya. "Aland, kamu jangan ...." "Ma, aku masih ada urusan, kalau Mama gak mau pulang sekarang, biar aku minta Ferdi jemput Mama." ucap Aland, lalu dia keluar dari toko Yuna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD