Bab 31: Aland Cemburu

1351 Words
"Aland!" panggil Melinda dengan kesal karena Aland benar-benar pergi dari sana. "Aland dari dulu masih sama aja ya, Tante," ucap Eliana. "Maafin Aland ya, El, Yuna," ucap Melinda. "Gak apa-apa, Tante, mungkin Aland emang lagi sibuk banget," ucap Eliana. "Tapi, Tante tetap gak enak sama kamu, El," ucap Melinda. "Lain kali kita bisa atur lagi," ucap Yuna. "Ya sudah kalau gitu, aku pulang dulu ya, lain kali kita ketemu lagi," ucap Melinda, lalu dia pergi menyusul Aland. "Gagal lagi, Ma," ucap Eliana dengan lirih. "Sabar, kalau jodoh gak akan ke mana kok," ucap Yuna. "Aku tau, Ma, tapi semakin hari Aland semakin acuh," ucap Eliana. "Jangan putus asa dong, kamu pasti bisa meluluhkan hati Aland," ucap Yuna. "Iya, Ma," ucap Eliana. *** BRAAK Melinda menutup pintu mobil Aland dengan sangat kencang karena dia kesal kepada anaknya itu, Aland menghela nafasnya dengan panjang tak ingin mempedulikan apa yang dilakukan oleh Melinda, setelah ibunya duduk dengan nyaman dan memakai sabuk pengaman, Aland mulai melajukan mobilnya. "Kamu kenapa gak mau kenalan sama Eliana, huh?" tanya Melinda dengan sengit. "Buat apa kenalan, aku udah lama kenal sama dia," jawab Aland. "Mama cuma mau kamu lebih dekat sama Eliana, Aland!' ucap Melinda lagi. "Oh, jadi ini maksud Mama ajak aku ke toko berlian punya Tante Yuna," ucap Aland. "Apa maksud kamu?" tanya Melinda. "Ck ... jangan pura-pura lupa, Ma, Mama pasti mau menjodohkan aku sama Eliana kan," jawab Aland. "Kalau iya emangnya kenapa, huh? Mama cuma mau kamu cepat menikah, apalagi Eliana itu gadis yang baik," ucap Melinda dengan sengit. "Mama gak usah khawatir, sebentar lagi aku pasti menikah," ucap Aland dengan santai. "Sama anak SMA itu, iya, Mama gak setuju!" ucap Melinda. "Tapi, aku gak peduli, Ma," ucapan Aland membuat Melinda semakin kesal. Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di rumah, tapi setelah Melinda turun dari mobil, Aland kembali memutar mobilnya keluar dari halaman rumah. "Aland, kamu mau ke mana lagi?" tanya Melinda dengan kencang. "Aland!" panggil Melinda, tapi percuma saja Aland tidak menghiraukan panggilannya, bahkan mobil Aland sudah menghilang dari pandangannya, lalu Melinda mengambil ponselnya untuk menghubungi Ferdi. Via telpon "Halo, Ferdi, kamu cari ke mana Aland pergi," ucap Melinda. "Tapi, Tuan pergi ke mana, Nyonya?" tanya Ferdi. "Kalau saya tau Aland pergi ke mana, saya gak bakalan nyuruh kamu!" jawab Melinda dengan kesal, lalu dia memutuskan sambungan telponnya. Via telpon end. "Dasar bodoh, gitu aja pake tanya!" maki Melinda, dia pun segera masuk ke rumahnya. *** Aland melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Mitha, dia benar-benar tidak ingin terjadi sesuatu kepada gadis yang sangat dia cintai, apalagi Aland melihat jika Iqbal sangat marah kepada Mitha. Sesampainya di sana, Aland memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Mitha, ternyata Mitha dan ayahnya pun baru sampai di rumah mereka bersamaan dengan mobil lain yang datang. Keluar seorang pria muda dari mobil itu, pria itu langsung merangkul Mitha dengan sangat mesra dan membuat Aland mengeraskan rahangnya, terlebih lagi jika Iqbal terlihat biasa saja saat pria itu merangkul Mitha dan mereka masuk ke rumah megah itu. "Aku tidak akan membiarkan pria lain mendekatimu, Sayang, kamu hanya milikku!" ucap Aland dengan rahang yang semakin mengeras dan kuku yang memutih karena dia terlalu kuat memegang kemudi mobilnya. Aland berdecak kesal saat mendengar ponselnya berdering karena Ferdi menelponnya Via telpon "Halo, ada apa Ferdi?" tanya Aland dengan datar. "Anda di mana, Tuan, nyonya meminta saya untuk mengikuti anda," jawab Ferdi. "Tidak perlu ikut campur urusanku, kau katakan saja jika aku bertemu dengan seseorang," ucap Aland. "Tapi, Tuan ...." "IT'S NONE OF YOUR BUSINESS, JUST SHUT UP!" bentak Aland, lalu dia memutuskan sambungan telponnya. Via telpon end. "Membuang-buang waktu, kenapa mereka selalu mencampuri urusanku!" ucap Aland semakin kesal. "Damn it, siapa laki-laki itu!" ucap Aland dengan rahang yang semakin mengeras!" Aland pun pergi dari rumah Mitha dengan perasaan kesalnya. *** "Buktikan jika kau benar-benar mencintai anakku!" ucap Iqbal dari balkon kamarnya, dia memang melihat jika mobil Aland ada di seberang rumahnya, Iqbal tau itu adalah Aland karena Aland menurunkan kaca mobilnya. "Yah, lagi ngapain?" tanya Rania yang baru saja masuk ke kamarnya dan melihat Iqbal sedang berada di balkon. "Ayah mau tutup jendela, Bun, tapi udara di sini segar banget, jadinya ketagihan diam di sini," jawab Iqbal. "Oh, sebentar lagi maghrib, siap-siap shalat yuk," ajak Rania. "Ayo, Bunda panggil anak-anak," ucap Iqbal. "Iya, Yah," ucap Rania. "Bun, tunggu!" cegah Iqbal. "Ada apa?" tanya Rania sambil menoleh kepada suaminya. Cup cup cup "Masya Allah, Yah," ucap Rania dengan pipi yang bersemu merah karena Iqbal mencuri kecupan darinya. "Kenapa, Bun?" tanya Iqbal tanpa rasa bersalah. "Ish ... Ayah, jangan kayak gitu kalau di depan anak-anak," jawab Rania. "Emangnya kenapa, kan bagus kalau kita mengumbar kemesraan di depan anak-anak," ucap Iqbal. "Malu, Yah," ucap Rania. "Ngapain malu, kan kita ...." "Udah, Yah, cepetan siap-siap," ucap Rania menyela lalu dia segera keluar dari kamar untuk memanggil anak-anaknya. *** "Mama ngapain suruh Ferdi buat mata-matain aku," ucap Aland setelah dia sampai di rumah. "Ck ... kenapa dia malah ngomong ke Aland sih," ucap Melinda dengan lirih. "Mulai sekarang, jangan minta Ferdi yang aneh-aneh lagi," ucap Aland sambil menatap Melinda, lalu dia melirik Ferdi yang baru saja datang. "Kamu juga, kamu hanya boleh menuruti perintah dari saya, selain perintah saya gak boleh kamu lakukan!" ucap Aland lagi dengan menatap tajam kepada Ferdi. "Gak bisa gitu dong, Land, Mama juga kan ...." "Udah cukup Mama mengatur hidup aku terus, sekarang waktunya aku mengambil keputusan untuk hidup aku sendiri!" ucap Aland menyela. "Semenjak kamu dekat sama anak SMA itu, kamu jadi pembangkang!" ucap Melinda dengan sengit. "Karena Mama yang selalu mengatur aku, dulu Mama yang memaksa aku untuk bertunangan dengan Giska, dan sekarang Mama liat apa akibatnya!" ucap Aland tak kalah sengitnya. "Aland!" bentak Melinda, Aland yang tidak ingin semakin lepas kendali kepada ibunya lebih memilih pergi. "Aland, Mama belum selesai ngomong!" panggil Melinda, tapi Aland tetap tidak menghiraukan panggilannya. "Kamu juga, kenapa kamu bilang sama Aland kalau saya yang suruh kamu?" tanya Melinda dengan sengit sambil menatap tajam kepada Ferdi. "Maaf Nyonya, saya hanya ...." "Sudahlah, pergi dari sini, saya salah orang nyuruh kamu cari Aland!" ucap Melinda menyela Ferdi, Ferdi pun pergi dari rumah Aland. "Aku gak bisa tinggal diam aja di sini, kalau Aland dibiarkan terus mengejar anak SMA itu, dia semakin lepas dari pengawasan aku," ucap Melinda lalu dia menghubungi salah satu temannya. Setelah Melinda bicara dengan orang yang dia maksud, Melinda menghubungi Ferdi. "Ada apa, Nyonya?" tanya Ferdi di ujung sana. "Saya minta foto gadis itu," jawab Melinda. "Foto gadis yang mana, Nyonya?" tanya Ferdi. "Dasar bodoh, ya gadis yang sekarang dekat dengan Aland," jawab Melinda dengan gemas. "Tapi, Nyonya tadi tuan bilang ...." "Jangan banyak ngomong, cepat kirim aja!" ucap Melinda lagi. "Baik, Nyonya," ucap Ferdi. Lalu Melinda memutuskan sambungan telponnya, tak lama Ferdi pun mengirimkan pesan kepada Melinda. "Jadi ini ceweknya, liat aja nanti, gara-gara kamu anak saya jadi pembangkang," ucap Melinda dengan kesal dia juga mengirimkan pesan kepada temannya. "It's the show time," ucap Melinda dengan seringai liciknya. *** Malam harinya, seperti biasa, setelah makan malam, keluarga Mitha selalu berkumpul di ruang keluarga hanya sekedar saling bersenda gurau. "Kok kalungnya kayak beda ya?" tanya Rania yang baru saja melihat kalung yang melingkar di leher Mitha. "Hmm ... be ... beda gimana, Bun?" tanya Mitha dengan gugup. "Ya jelas kelihatan beda, kan Bunda udah lama gak liat Mitha pake kalung itu," jawab Damar. "Masa sih?" tanya Rania. "Udahlah, Bun, jangan dipermasalahkan lagi, yang penting sekarang kalung Mitha udah ketemu," jawab Iqbal. "Iya," ucap Rania. "Bun, mau camilan dong," ucap Damar dengan memasang wajah semanis mungkin. "Ya ampun, Bang, baru aja selesai makan, udah minta camilan," ucap Mitha. "Biarin, sirik aja," ucap Damar meledek. "Yah, kayaknya beli roti bakar enak deh," ucap Rania merayu Iqbal. "Tuh kan, gara-gara kamu nih, jadinya Ayah yang kena sasaran," ucap Iqbal. "Kok aku, yang disalahin, kan Bunda yang minta," ucap Damar. "Ya pokoknya gara-gara kamu," ucap Iqbal, lalu dia melirik Mitha yang sejak tadi hanya diam, tidak seperti biasanya. "Mitha, kenapa kamu diam aja?" tanya Iqbal. "Aku gak apa-apa kok, Yah," jawab Mitha dengan lirih. "Apa kamu mikirin laki-laki yang tadi?" tanya Iqbal dengan tatapan mata tajam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD