Bab 32: Abang Terbaik Tapi Rese

1111 Words
"Apa kamu mikirin laki-laki yang tadi?" tanya Iqbal dengan tatapan mata tajam kepada Mitha. "Eng-enggak kok, Yah, aku cuma ...." "Kamu jawab pertanyaan Ayah gugup begitu, berarti apa yang Ayah ucapkan benar," ucap Iqbal dengan tatapan mengintimidasi. "Enggak, Yah," ucap Mitha dengan lirih. "Laki-laki siapa, Yah?" tanya Rania. "Bunda tanya aja langsung sama Mitha, mungkin kalau sama Bunda, Mitha mau jujur, Ayah gak mau kecolongan lagi kayak tadi," jawab Iqbal. "Yah, aku kan tadi udah jujur, aku gak janjian sama Mas Aland, kita gak sengaja ketemu di sana," ucap Mitha. "Mas Aland?" tanya Damar dan Rania bersamaan. "Iya, dia cowok yang tadi ketemuan sama Mitha di mall," jawab Iqbal. "Kok bisa sih Mitha ketemuan sama cowok, tadi kan Mitha pergi sama Ayah?" tanya Rania. "Aku gak ketemuan sama dia, Bun," jawab Mitha. "Terus aja ngeles," ucap Iqbal. "Udahlah, Yah, jangan berlebihan kayak begini, masa Ayah gak percaya sama anak sendiri," ucap Rania. "Bukan gak percaya, Bun, tapi Ayah gak mau kalau mereka salah bergaul dan berujung kebablasan," ucap Iqbal. "Ayah keterlaluan, aku gak akan melakukan itu, Yah, lagi pula Ayah tau, selama ini teman aku cuma Fanny, gak ada yang lain, Ayah bilang aku takut kebablasan, emangnya ada laki-laki yang mau sama aku?" tanya Mitha dengan mata yang berkaca-kaca, lalu dia segera pergi ke kamarnya. "Ayah sih, keterlaluan," ucap Rania. "Apanya yang keterlaluan, Ayah cuma gak mau kalau anak-anak Ayah salah memilih teman," ucap Iqbal. "Tapi, hal itu sensitif sama Mitha, Yah," ucap Rania. "Bunda benar, Yah, kan kita tau gimana dia terus-terusan dibully sama teman-temannya, Mitha juga lebih sering diam dari pada melawan mereka," ucap Damar. "Sekarang kalau ada pria yang benar-benar mencintai Mitha apa adanya, kita seharusnya mendukung Mitha, membantu Mitha lepas dari rasa tidak percaya dirinya, Yah, bukan malah membuat Mitha semakin tertekan," ucap Rania. "Kita emang harus membuat Mitha jadi lebih percaya diri, tapi bukan dengan cara membebaskan dia berhubungan dengan siapa saja," ucap Iqbal. "Hmm Ayah kalau dikasih tau suka ngeyel, Bunda heran deh, udah tau keadaan anaknya kayak gitu," ucap Rania dengan kesal lalu dia beranjak dari tempatnya. "Bunda, mau ke mana?" tanya Iqbal. "Ke kamar Mitha, kasihan dia, pasti dia nangis gara-gara ucapan, Ayah," jawab Rania. "Biar aku aja yang lihat Mitha ke kamar, Bun," ucap Damar, lalu dia segera pergi ke kamar Mitha. "Terus, kenapa Bunda masih berdiri di situ?" tanya Iqbal. "Bunda mau ke kamar, males ah ngomong sama Ayah," jawab Rania dengan ketus, dia pun pergi ke kamarnya meninggalkan Iqbal yang masih diam duduk di sofa. "Kalian tidak tau besarnya rasa takut seorang ayah yang tidak ingin putrinya terluka lagi, jadi maaf, kali ini Ayah sendiri yang harus membuktikan semuanya." gumam Iqbal, lalu dia pergi ke ruang kerjanya. Tok tok tok "Dek!" panggil Damar sambil mengetuk pintu. "Masuk, Bang!" sahut Mitha, Damar pun membuka pintu kamar Mitha dengan perlahan, dia tersenyum melihat Mitha yang ternyata sedang belajar di atas ranjangnya. "Rajin banget adeknya, Abang," ucap Damar lalu duduk di samping Mitha. "Haruslah, Bang, sebentar lagi kan ujian, kalau aku gak belajar nanti gak lulus gimana, malu-maluin masa anak pemilik yayasan gak lulus," ucap Mitha. "Emangnya, teman-teman kamu tau kalau kamu anak bapak Iqbal Pratama sang pemilik yayasan?" tanya Damar. "Enggak," jawab Mitha lalu tertawa. "Nah sekarang, kamu cerita sama Abang, siapa dia?" tanya Damar dengan alis yang terangkat. "Dia siapa?" tanya Mitha. "Halah pura-pura lupa, yang tadi kamu bilang itu, mas siapa, mas ... oh iya mas Aland," jawab Damar dengan tatapan menggoda kepada adiknya. "Ish Abang, apaan sih," ucap Mitha dengan wajah yang memerah karena dia tersipu malu. "Malu-malu gitu mau jawabnya, berarti beneran kamu sama dia pacaran," ucap Damar dengan alis yang terangkat. "Aku gak pacaran sama dia, Bang," ucap Mitha dengan lirih. "Abang gak percaya," ucap Damar. "Kalau Abang gak percaya ya gak apa-apa, emang kenyataannya kayak begitu, lagian aku juga cukup sadar diri, Bang, dia sangat sempurna, sedangkan aku ...." "Haiish... mulai lagi ngomong kayak begitu, Dek, kamu tuh cantik, baik, gak pernah macem-macem, terus pintar, apalagi yang kurang," ucap Damar. "Tapi, kenapa aku selalu dibully, Bang," ucap Mitha dengan air mata yang mulai membasahi pipinya. Damar terdiam membiarkan Mitha menumpahkan semua kesedihannya. "Apa karena badan aku yang gemuk? Apa obesitas itu adalah sebuah kejahatan atau aib yang sangat memalukan? Aku udah berusaha semampu aku untuk menurunkan berat badan, apa itu juga salah satu tindakan kejahatan, kenapa mereka selalu memperlakukan aku seperti ini, kenapa, Bang?" tanya Mitha yang semakin kencang terisak. "Karena mereka iri sama kamu, Dek, mereka gak bisa seperti kamu," jawab Damar lalu memeluk adiknya. "Aku capek, Bang, dibully terus," ucap Mitha. "Abang ngerti, tapi kamu jangan putus asa, kamu harus tetap percaya diri, mereka membully kamu karena mereka tidak bisa melakukan apa yang kamu lakukan, mereka tidak memiliki apa yang kamu miliki," ucap Damar sambil membelai lembut rambut adiknya. "Aku capek, Bang," ucap Mitha, lalu melepaskan pelukannya dari Damar. "Udah, jangan nangis lagi, nanti di sini banjir," ucap Damar bergurau. "Ish Abang, kan aku lagi sedih, malah bercanda," ucap Mitha. "Justru biar kamu gak sedih lagi, makanya Abang bercanda," ucap Damar. "Iya deh, iya, Abang memang kakak terbaik yang paling rese," ucap Mitha. "Loh kok gitu?" tanya Damar. "Emang Abang rese, Abang jahil, udah gitu jomblo lagi," jawab Mitha. "Jomblonya gak usah diperjelas juga, Mitha," ucap Damar dengan kesal. "Kan emang gitu kenyataanya," ucap Mitha. "Haiiyaaah malah makin diperjelas, sekarang kamu cerita gak sama Abang," ucap Damar. "Cerita apa?" tanya Mitha. "Itu loh, Aland siapa," jawab Damar. "Supir taksi," ucap Mitha. "Hah? Supir taksi?" tanya Damar dengan mata yang terbelalak. "Emang iya, mas Aland tuh supir taksi yang tadi anterin aku pulang, kan Abang sama ayah lagi sibuk, makanya aku naik taksi sama Fanny," jawab Mitha. "Ya ampun, Dek, jadi kamu suka sama supir taksi? Gak ada yang kerenan dikit gitu, ya minimal mahasiswa, atau dosen kek, pegawai bank juga boleh," ucap Damar. "Gak boleh begitu, Bang, apapun pekerjaannya yang penting halal dan dia bertanggung jawab sama keluarga," ucap Mitha. "Susah sih ya, kalau ngomong sama orang yang udah terlanjur jatuh cinta," ucap Damar. "Siapa yang jatuh cinta?" tanya Mitha. "Ya kamu lah, emangnya siapa lagi, Mitha," jawab Damar. "Aku gak jatuh cinta, Bang," ucap Mitha dengan lirih. "Kamu pikir kamu bisa nipu, Abang, enggak ya," ucap Damar. "Emang bener, Bang, lagian aku juga baru ketemu sama mas Aland, masa langsung jatuh cinta," ucap Mitha. "Nah ini, tipe cewek yang suka meremehkan pepatah Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama," ucap Damar. "Mana ada pepatah kayak gitu," ucap Mitha. "Ada, barusan kan Abang yang bilang," ucap Damar. "Gak ada." ucap Mitha bersikeras. "Ada!" ucap Damar. "Gak ada, Bang," ucap Mitha. "Pokoknya kalau kata Abang ada ya ada," ucap Damar. "Emangnya Abang pernah ngalamin?" tanya Mitha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD