Bab 10: Kenyataan

1055 Words
BRAAK "INI SEMUA GARA-GARA LO, BUS TAYO!" semua siswa menoleh saat Sesha memaki Mitha sambil memukul meja dengan sangat kencang. Semua siswa yang masih berada di dalam kelas menoleh ke arah Sesha dan Mitha. "Apa maksud kamu?" tanya Mitha. "Lo gak usah pura-pura!" jawab Sesha dengan sengit. "Eh nenek lampir, lo sakit jiwa ya, udah jelas yang salah itu lo, kenapa lo nyalahin Mitha, emang bener-bener otak lo itu terbuat dari udang, makanya lo bego!" ucap Fanny. "Diem, gak usah ikut campur urusan gue sama karung beras ini!" ucap Sesha sambil menunjuk kepada Fanny dan Mitha. "Sesha, aku gak ngerti apa yang kamu maksud, ayo Fan, kita pulang!" ajak Mitha kepada Fanny. "Enak aja lo mau pulang!" bentak Sesha. "Sha, udah deh lo mau ngapain lagi?" tanya Dirga, yang masih ada di dalam kelas. "Dirga Sayang, kamu diam juga ya, ini urusan perempuan," jawab Sesha dengan genit. "Cih, jijik banget gue liatnya!" ucap Fanny dengan tatapan mengejek kepada Sesha. "Guys, kalian pegang si kacung!" perintah Sesha kepada teman-temannya. "Heh, lo mau ngapain?" tanya Fanny dengan sengit, tiga teman Sesha sudah memegang kedua lengan Fanny. "Sha, kamu punya urusannya sama aku, jadi kamu lepasin Fanny," ucap Mitha. "Iya, gue emang punya urusan sama lo, tapi karena kacung lo ini selalu belain lo, jadi dia gak bisa lepas dari gue juga!" ucap Sesha. "Dasar cewek gila, lepasin gue gak, awas aja kalau lo bully Mitha lagi, gue buat perhitungan sama lo!" teriak Fanny sambil meronta berusaha untuk melepaskan tangannya yang dicengkeram kuat oleh teman Sesha. "Gue gak takut, ayo guys mulai!" perintah Sesha lagi. Teman-temannya yang lain menuruti perintah Sesha, mereka memang selalu patuh dengan apa yang Sesha katakan karena dia adalah anak kepala sekolah, mereka hanya mencari keuntungan kepada Sesha, karena Sesha pun cukup royal kepada teman-temannya yang setia dan selalu mendukungnya. "Kalian mau ngapain?" tanya Mitha, dia beranjak dari tempatnya dan terus berjalan mundur hingga dia tersudutkan di dinding. "Bakalan seru nih guys!" ucap salah satu temannya, lalu mereka memegang tangan Mitha. "Waktunya pertunjukan!" ucap Sesha lalu mengeluarkan peralatan make up-nya dari dalam tas. "Lepasin aku, kalian mau ngapain!" ucap Mitha meronta-ronta, bahkan tangannya sudah memerah karena dipegang dengan sangat kencang oleh empat orang. "Sesha, jangan keterlaluan!" ucap Dirga. "Aku bilang kamu diam, Dirga!" ucap Sesha, dia semakin menyeringai menghampiri Mitha. "Sini gue bikin lo semakin cantik!" ucap Sesha, lalu dia mengoleskan bedak dengan sangat tebal ke wajah Mitha. "SESHA!" teriak Fanny, tapi Sesha tidak peduli, dia tetap melanjutkan aksinya, dia semakin menggila mengoleskan make up-nya di wajah Mitha, beberapa teman mereka bahkan sudah tertawa melihat wajah Mitha penuh dengan coretan make up yang tidak beraturan. Bedak yang sangat tebal, blush on dengan warna terang, alis dan eyeliner yang sengaja dibuat tebal juga, belum lagi lipstick warna merah menyala yang Sesha poleskan dibibir Mitha. Mitha dan Fanny terus meronta melepaskan pegangan tangan temannya, bahkan air matanya sudah menetes, hatinya sangat sakit mendapatkan perlakukan seperti ini dari teman-temannya. "Guys, badutnya nangis!" ucap Sesha dengan wajah yang dibuat-buat terlihat iba. "Utututu Zheyeeng, jangan nangis, sini aku bikin kamu semakin lucu," ucap Sesha mengejek lalu mengoleskan lipstick tepat di hidung Mitha. "CUKUP!" teriak Mitha, dia sudah tidak tahan lagi, sekuat tenaga dia menarik lengannya lalu mendorong keempat temannya. "KALIAN BELUM PUAS JUGA, HUH? APA SALAH AKU SAMA KALIAN?" teriak Mitha. "Salah lo itu, lo sok pinter, dan selalu cari perhatian sama guru buat jatuhin gue, satu lagi, badan lo yang kayak karung beras emang pantes buat dibully," ucap Sesha. "SESHA, LO BENER-BENER KETERLALUAN YA!" teriak Fanny tapi.... PLAAK Mitha menampar Sesha dengan sangat kencang hingga tubuh mungil gadis itu terhuyung dan pipinya memerah. "KALI INI KESABARANKU SUDAH HABIS, KALIAN BENAR-BENAR MELAMPAUI BATAS!" pekik Mitha lagi. "LO BERANI SAMA GUE, GUE INI ANAK KEPALA SEKOLAH, GUE BISA MINTA BOKAP GUE BUAT KELUARIN LO DARI SEKOLAH INI, LO LIAT AJA...." "GUE GAK TAKUT, SESHA!" teriak Mitha, dia sudah sangat geram mendengar ucapan Sesha yang selalu membanggakan statusnya sebagai anak kepala sekolah. "Gue gak takut sama ancaman lo, jangan lo pikir gue gak bisa melakukan apa yang lo lakukan, silahkan lo ngadu sama kepala sekolah, gue tunggu surat DO dari ayah lo itu!" ucap Mitha lagi sambil menunjuk wajah Sesha, setelah itu Mitha mengeluarkan tissue basah yang selalu dia bawa dari dalam tasnya. Fanny benar-benar tidak percaya jika Mitha bisa melakukan itu, Dirga pun sampai terdiam melihat kemarahan Mitha, setelah itu Mitha pergi dari kelas sambil menghapus make up di wajahnya tanpa berkata apapun lagi, hatinya sudah terlalu sakit dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya. "Kalian benar-benar keterlaluan, gak punya hati, kalian gak ada bedanya dari binatang!" maki Fanny kepada semua temannya, lalu dia menghampiri Dirga yang masih diam di tempatnya. "Jadi gini ya cara lo mencintai sahabat gue, cinta lo palsu Dirga, seharusnya lo bisa melindungi Mitha dan membela Mitha di saat dia mendapatkan masalah, tapi ternyata lo gak bisa melakukan itu, lo bener-bener cowok pengecut!" ucap Fanny setelah itu mengambil tasnya dan pergi menyusul Mitha. "Mitha!" teriak Fanny dengan pandangan mengitari sekitarnya. "Dia pasti di toilet," ucap Fanny, dia pun segera menuju toilet, dia yakin jika Mitha ada di sana untuk membersihkan makeup yang dipakaikan oleh Sesha tadi. "Mitha!" panggil Fanny, ternyata Mitha memang ada di sana dan dia sedang menangis di hadapan cermin dengan wajah yang masih sedikit berantakan. "Mitha!" panggil Fanny lagi dengan lirih. "Tinggalkan aku sendiri, Fan!" ucap Mitha dengan lirih sambil terisak. "Gue gak akan tinggalin lo, lo boleh nangis sepuasnya," ucap Fanny, Mitha pun semakin kencang terisak, Fanny memeluk sahabatnya dan ikut menangis juga. "Aku...." "Gak usah dipikirin lagi kejadian tadi, kita ke ruang guru aja yuk, kita aduin apa yang mereka lakukan, gue akan jadi saksinya," ucap Fanny. "Enggak, Fan," ucap Mitha setelah melepaskan pelukan Fanny. "Lo jangan diem terus kayak begini, Mitha, lo harus...." Mitha tak menghiraukan ucapan Fanny, dia malah langsung pergi dari toilet, dia kembali berjalan sambil menghapus makeup dan air matanya, tapi.... "Mitha!" Mitha pun menolehkan kepalanya dan mengangkat wajahnya saat mendengar suara yang tidak asing memanggilnya. "Ayah!" sahut Mitha dengan air mata yang semakin mengalir dengan deras. Mitha pun langsung berhambur ke dalam dekapan ayahnya. Ya, orang yang memanggil Mitha adalah Iqbal ayahnya Mitha yang hendak menuju ruang rapat, karena sudah terjadi masalah serius dalam kepengurusan yayasan. Fanny yang tadi langsung mengejar Mitha diam mematung dengan mata yang terbelalak saat mengetahui jika Mitha adalah anak dari pemilik yayasan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD