Bab 5: Damar vs Fanny

1005 Words
"Udah ada kabar dari dokter?" tanya Mitha. "Belum," jawab Fanny sambil menggelengkan kepalanya. "Aduh, gimana dong," ucap Mitha dengan gelisah. "Gimana apanya?" tanya Fanny. "Ya dia, kamu gimana sih," jawab Mitha dengan gelisah. "Nih kamu minum dulu biar gak lemes," ucap Damar seraya menyodorkan makanan dan minuman kepada Mitha. "Nanti dulu, Bang, aku...." "Minum dulu, lanjut makannya di mobil aja, kita pulang," ucap Damar menyela Mitha. "Bang, kita tunggu keluarga dia datang dulu," ucap Mitha. "Gak ada, udah cukup kamu tolongin dia sampai kamu donorin darah segala, ayo pulang, kamu jelasin sama Abang semuanya," ucap Damar lalu menarik lengan Mitha yang sedang minum. "Abang, aku lagi minum, tumpahkan jadinya!" ucap Mitha dengan kesal. "Makanya, ayo cepetan pulang, bunda pasti udah nunggu," ucap Damar, dia pun pergi lebih dulu meninggalkan Mitha dan Fanny yang masih duduk di tempatnya. "Tuh kan, gue bilang juga apa, abang lo pasti marah," ucap Fanny, kedua gadis itu sudah beranjak dari tempatnya mengikuti Damar. Sebelum benar-benar pergi, Mitha kembali melirik ke arah ruang UGD berharap dokter sudah keluar dari sana dan memberi kabar tentang dia. "Mitha, ayo!" panggil Fanny. Dengan menghela nafas panjang, Mitha pun pergi menyusul Fanny. "Kamu ngomong apa sama bang Damar?" tanya Mitha. "Aku gak ngomong apa-apa," jawab Fanny. "Beneran?" tanya Mitha dengan kening yang berkerut dan menatap sahabatnya. "Beneran, Mitha, lagian gak harus dijelasin juga bang Damar pasti tau apa yang terjadi sebenarnya," jawab Fanny. "Kalian mau pulang atau enggak!" teriak Damar yang kembali keluar dari mobil karena Fanny dan Mitha tak kunjung masuk. "Iya, bawel banget sih, dari tadi marah-marah terus," ucap Mitha dengan kesal lalu mereka masuk ke mobil. "Abang udah ditelpon nih sama ayah," ucap Damar, setelah memastikan Mitha dan Fanny duduk dengan nyaman, baru dia menginjak pedal gasnya. "Berarti kita gak jadi pergi dong, Fan," ucap Mitha. "Besok aja deh, lagian masa lo mau pergi sekarang, lo kan baru abis donorin darah, mendingan lo istirahat dulu deh, nanti lo sakit," ucap Fanny. "Kalian mau pergi ke mana?" tanya Damar. "Kepo!" jawab Mitha. "Bukan kepo, kalian gak boleh pergi berdua, bahaya anak gadis kelayapan terus," ucap Damar. "Siapa yang kelayapan, orang aku sama Fanny mau cari buku," ucap Mitha dengan kesal karena Damar selalu posesif kepadanya. "Sama aja, nanti abis nyari buku kelayapan terus nongkrong gak jelas," ucap Damar lagi. "Mana ada, emangnya dari kapan aku suka nongkrong terus kelayapan, Abang yang suka kayak gitu, udah lima tahun kuliah gak lulus juga," ucap Mitha. "Gak usah bawa-bawa kuliah!" ucap Damar yang semakin kesal karena sang adik menyinggung kelemahannya selama ini. Sedangkan Fanny yang duduk di kursi belakang hanya diam sambil memainkan ponselnya berchatting ria di grup w******p dengan teman-teman sekelasnya. "Kamu bawa baju ganti gak?" tanya Damar. "Kenapa emangnya?" tanya Mitha. "Nanti di rumah Fanny, kamu ganti baju dulu, jangan sampai bunda liat baju kamu kayak gini, bunda pasti panik," jawab Damar. "Aku gak bawa baju, Bang, tapi kalau hoodie kayaknya ada deh," ucap Mitha. "Ya udah, cepetan pake," ucap Damar. "Gak ada di sini, tapi di rumah Fanny," ucap Mitha lalu melirik Fanny yang ada di kursi belakang. "Fan, hoodie aku masih di rumah kamu kan?" tanya Mitha tapi temannya itu tidak menanggapi pertanyaannya. "Fanny!" pekik Mitha seraya melempar Fanny dengan tissue yang ada di dasboard mobil. "Aww!" ringis Fanny karena lemparan Mitha tepat mengenai kepalanya. "Apaan sih, Mith?" tanya Fanny. "Hoodie aku, mana hoodie aku!" jawab Mitha dengan kesal. "Oh, masih di kamar gue, tadi lupa mau gue bawa," ucap Fanny. "Ya udah cepetan ambil!" ucap Mitha dengan kesal. "Hah? Ambil? Lo nyuruh gue jalan dari sini?" tanya Fanny. "Ya iyalah, masa Abang aku harus ngantar kamu pake mobil sampe kamar kamu!" jawab Mitha, lalu Fanny pun melirik ke arah luar, ternyata mereka memang sudah sampai di rumah Fanny. "Hehehe... utututu Zheyeeeng, jangan marah dong, nanti pipinya makin berkembang kayak bakpao," ucap Fanny seraya mencubit gemas pipi Mitha yang gembul. "Fanny, cepetan!" pekik Mitha lagi, lalu secepat kilat Fanny turun dari mobil Damar dan segera masuk ke rumahnya. "Untung punya temen yang kayak gitu cuma satu, kalau punya selusin bisa pecah kepala aku," ucap Mitha. "Temen selusin, Abang liat temen kamu cuma Fanny," ucap Damar. "Ya gimana, Bang, cuma dia yang mau temenan sama aku," ucap Mitha dengan lirih dan membuat Damar merasa bersalah. Damar sangat tau apa yang Mitha rasakan, di balik keceriaannya selalu ada luka yang dia tutupi karena bullyan dari teman-teman sekolahnya. Adiknya selalu diam saat semua orang memperlakukannya dengan tidak baik, terkadang hal itu membuat Damar kesal juga kepadanya. "Nih!" ucap Fanny sambil memberikan hoodie milik Mitha. "Thank you," ucap Mitha lalu memakai hoodienya. "Lo sama Bang Damar gak mau masuk dulu?" tanya Fanny. "Telat!" jawab Damar dan Mitha bersamaan. "Kompak banget, mentang-mentang adik kakak," ucap Fanny. "Udahlah, aku pulang," ucap Mitha. "Oke, Bang Damar, thank you ya," ucap Fanny. "Sama-sama," ucap Damar seraya tersenyum. "Ya ampun, Bang Damar jangan senyum, nanti aku over dosis," ucap Fanny histeris karena melihat senyuman Damar yang sangat tampan. Mitha menepuk keningnya melihat tingkah absurd sahabatnya itu sedangkan Damar bergidik ngeri melihat Fanny. "Wah, sakit nih anak," ucap Damar. "Iya, aku jadi sakit liat senyuman Abang barusan," ucap Fanny dengan senyuman dibuat semanis mungkin. "Bang, cepetan jalan, nanti dia semakin gila," ucap Mitha. "Pelit amat sih, Mith, gak bisa liat gue seneng cuma bentaran doang," ucap Fanny. Damar pun segera melajukan mobilnya karena dia pun tidak tahan melihat tingkah absurd Fanny. Beberapa menit di perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di rumah, rumah Mitha dan Fanny memang tidak terlalu jauh, Damar langsung memarkirkan mobilnya di samping mobil sang ayah yang sudah berada di rumah. "Katanya ayah mau meeting, tapi kok udah pulang, Bang?" tanya Mitha. "Kamu gak liat ini jam berapa," jawab Damar seraya menunjukkan jam yang ada di pergelangan tangannya kepada Mitha. "Ya ampun, udah hampir setengah lima," ucap Mitha. "Makanya, cepetan turun," ucap Damar, dia pun turun lebih dulu dari mobil, sedangkan Mitha merapikan hoodienya agar tidak ada noda darah yang terlihat di seragamnya. Setelah memastikan semuanya aman, Mitha baru turun dari mobil, tapi tetap saja apa yang dilakukan Mitha sia-sia....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD