Bab 15: Interograsi

1090 Words
"Apa yang terjadi sama Mitha kemarin?" tanya Iqbal dengan melipat tangannya di atas meja, jam istirahat pertama, Fanny dipanggil ke ruangan Iqbal, untuk menjelaskan semua yang terjadi kepada Iqbal. "Kamu jujur sama saya, jangan menutupi apapun," ucap Iqbal lagi dengan tatapan tajamnya. "I-iya, Pak, saya bakalan jujur, tapi Bapak liatin saya jangan kayak gitu, saya jadi merinding," ucap Fanny dengan gugup, Iqbal menghela nafasnya dengan panjang. "Ya udah cepetan kasih tau, kamu tenang aja saya gak bakalan bilang apa-apa sama Mitha, ini cukup rahasia kita," ucap Iqbal. "Beneran ya, Pak, jangan bilang sama Mitha, nanti Mitha gak mau temenan lagi sama saya," ucap Fanny. "Iya, Fanny, makanya sekarang cepetan ngomong, kemarin Mitha kenapa?" tanya Iqbal semakin gemas melihat tingkah teman anaknya ini. Fanny pun mulai menceritakan semua yang terjadi kepada Mitha kemarin dan sebelumnya. "Jadi gitu, Pak, sedih kan, kenapa sih Mitha gak jujur aja kalau dia anaknya Bapak, biar dia gak dibully terus sama anak-anak yang lain, kan kasian, Pak," ucap Iqbal. "Itu hak Mitha mau kasih tau atau enggak, terima kasih penjelasannya, kalau Mitha dibully lagi kamu kasih tau saya," ucap Iqbal. "Beres, Pak, asal Bapak gak kasih tau Mitha, saya mau kok diajak kerja sama," ucap Fanny. "Ya sudah, kamu boleh pergi," ucap Iqbal. "Sebentar, Pak, saya mau tanya," ucap Fanny. "Apa?" tanya Iqbal. "Bapak, mau DO si anak lucknut eh maaf, si anak kepala sekolah yang sombong itu kan?" tanya Fanny. "Ya enggak lah, itu bukan urusan saya," jawab Iqbal. "Ah... Bapak, gak seru banget, kan Bapak pemilik yayasan, jadi Bapak bisa melakukan itu, apalagi dia kan yang selalu bully Mitha," ucap Fanny. "Walaupun saya pemilik yayasan ini, saya tidak boleh bertindak seenaknya, apalagi saya mengeluarkan siswa hanya karena dia membully anak saya, saya meminta kamu menjelaskan semuanya karena saya ingin memantau bagaimana sikap dia kepada Mitha selanjutnya, jika dia sudah melebihi batas, saya pasti bertindak," ucap Iqbal. "Oh gitu, ya udah deh gak papa, seenggaknya sekarang Bapak udah tau bagaimana kelakuan anak kepala sekolah itu," ucap Fanny. "Ini, buat kamu," ucap Iqbal seraya memberikan sebuah amplop berwarna coklat kepada Iqbal. "Bapak mau nyogok saya biar saya ngejauhin Mitha? Saya gak mau Pak, kalau saya jauhin Mitha nanti siapa yang bela Mitha kalau dibully, kan selama ini cuma aku temennya Mitha, Pak, kenapa Bapak tega benget sama...." "Astaghfirullah, ya Allah, kenapa anak saya betah banget temenan sama kamu, udah sekarang itu ambil aja, dan pergi dari sini sebelum Mitha curiga," ucap Iqbal. "Aku gak mau ambil, Pak, nanti Bapak beneran mau pisahin aku sama Mitha," ucap Fanny. "Tidak, Fanny, itu ucapan terima kasih saya karena kamu mau jadi teman Mitha. Tapi, jangan sekali-kali lagi kamu suruh Mitha diet yang aneh-aneh," ucap Iqbal dengan tatapan mengintimidasi. "Enggak, Pak, janji. Aku gak bakalan nyuruh Mitha diet ekstrem lagi," ucap Fanny. Iqbal menghela nafasnya dengan panjang dan memberikan isyarat agar Fanny segera keluar dari ruangannya. "Oke, Pak, saya keluar," ucap Fanny seraya terkekeh. "Ini ambil," ucap Iqbal lagi sambil melirik amplop yang masih ada di atas meja. "Hehe... terima kasih, Pak," ucap Fanny, lalu mengambil amplop yang ada di atas meja, setelah itu dia keluar dari ruangan Iqbal. Saat Fanny menutup pintu ruangan Iqbal, Fanny berpapasan dengan Mitha yang sejak tadi mencari dia ke sana kemari. "Fanny, kamu ngapain ke ruangan pak Iqbal?" tanya Mitha dengan mata yang terbelalak sempurna. "Oh itu, gue cuma abis laporin si anak kagak ada akhlak sama pak Iqbal, biar dia gak bully lo lagi, sukur-sukur kalo dia di DO dari sekolah ini," jawaban Fanny membuat Mitha menepuk keningnya. "Ya Allah, Fanny, kenapa kamu laporin Sesha ke pak Iqbal, aduh kamu ada-ada aja deh, Fan," ucap Mitha, lalu dia pergi menuju ruangan Iqbal. "Mith, lo mau ngapain?" tanya Fanny. "Aku mau ngomong dulu sama pak Iqbal, kamu duluan aja ke kantin," jawab Mitha. "Gue gak bilang apa-apa Mitha, tadi gue kebetulan aja ketemu sama pak Iqbal, terus pak Iqbal...." "Aku gak percaya sama kamu, udah sana kamu duluan, jangan nguping aku ya," ucap Mitha. "Iya, iya," ucap Fanny lalu berpura-pura pergi, setelah itu Mitha masuk ke ruangan Iqbal. "Ayah!" panggil Mitha. "Sayang, ada apa?" tanya Iqbal, dia yang sedang fokus memeriksa beberapa berkas mengalihkan pandangan ke arah Mitha. "Fanny bilang apa sama, Ayah?" tanya Mitha. "Gak bilang apa-apa," jawab Iqbal. "Ayah jagan bohong," ucap Mitha. "Ayah gak bohong, Nak, tadi waktu ayah lewat dekat kelas kamu, Ayah gak sengaja dengar pembicaraan dia sama teman kamu yang lainnya, soal yang kamu ceritain sama Ayah kemarin, makanya Ayah panggil mereka ke sini biar dapat penjelasan yang lebih akurat," ucapan Iqbal memang tidak sepenuhnya berbohong. Sebelumnya, memang Iqbal memanggil Fanny dan siswa yang lainnya, karena Iqbal tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. "Serius, Yah?" tanya Mitha. "Iya, Nak, masa Ayah bohong, lagian Ayah ngapain panggil siswa tanpa alasan yang jelas," jawab Iqbal. "Fanny gak cerita yang aneh-aneh kan, Yah?" tanya Mitha. "Enggak," jawab Iqbal. "Ya udah aku lega kalau kayak gitu," ucap Mitha. "Lega kenapa emangnya?" tanya Iqbal. "Gak papa, Yah, aku keluar dulu, maaf aku gangguin Ayah," jawab Mitha. "Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari, Ayah?" tanya Iqbal dengan mata yang memicing. "Aku gak menyembunyikan apa-apa, Yah," jawab Mitha. "Serius?" tanya Iqbal. "Dua rius, Yah," jawab Mitha lalu tertawa. "Besok ikut Ayah pergi," ucap Iqbal. "Mau ke mana?" tanya Mitha. "Rahasia," jawab Iqbal. "Ish... Ayah, kenapa suka banget main rahasia sama aku," ucap Mitha dengan bibir yang mengerucut. "Kan namanya juga surprise," ucap Iqbal. "Iya deh, iya, aku mau ke kantin dulu, nanti Fanny curiga kalau aku terus ada di sini," ucap Mitha. "Dadah, Ayah," ucap Mitha lalu mengecup pipi ayahnya, setelah itu Mitha pergi. "Hmm... Mitha, sampai kapan kamu mau pura-pura kayak gini," ucap Iqbal dengan menghela nafasnya panjang. "Fanny, kamu kok masih di sini?" tanya Mitha, saat keluar dari ruangan Iqbal Mitha melihat Fanny duduk di bangku yang ada di sana sambil memainkan ponselnya. "Iya, gue gak nguping kok," jawab Fanny. "Beneran?" tanya Mitha dengan mata yang memicing. "Iya, beneran," jawab Fanny. "Ayo," ajak Mitha. "Ke mana?" tanya Fanny. "Ke kantin, aku haus," jawab Mitha, lalu keduanya pergi ke kantin. "Lo gak nemu apa-apa kan?" tanya Fanny, setelah mereka duduk dengan nyaman di kursi sambil menikmati segelas jus. "Nemu apaan emangnya?" tanya Mitha. "Ya apa kek gitu, pak Iqbal bilang apa gitu sama lo," jawab Fanny. "Gak ada," ucap Mitha. "Fiuh... gue aman," ucap Fanny. "Aman apanya?" tanya Mitha. "Gak, lo jadi gak ke rumah sakit lagi?" tanya Fanny mengalihkan pembicaraan. "Jadi, pulang sekolah nanti, siapa tau sekarang resepsionisnya mau kasih tau di mana alamat dia," jawab Mitha. "Oke, nanti gue temenin lo." ucap Fanny.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD