Bab 18: Pacaran Sama Anak SMA

1130 Words
Sejak pulang sekolah, Minta hanya diam di kamarnya dengan wajah yang ditekuk, bahkan kerjaannya hanya terus mengganti channel tv tanpa minat untuk menonton, sampai ponselnya berdering, lalu dengan malas Mitha menerima panggilan itu, dia menghela nafasnya panjang melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari Fanny, bahkan saat ini pun sahabatnya itu yang menelpon dia. "Mitha, lo gak papa, oke aja kan, gak ada kejadian yang aneh kan?" tanya Fanny dengan heboh di ujung sana. "Aneh apanya," jawab Mitha. "Gue tanya serius, Mith, lo gak apa-apa kan," ucap Fanny lagi. "Iya, gue baik-baik aja, emangnya kenapa sih?" tanya Mitha. "Tadi tuh, gue liat ada mobil yang ngikutin mobil bang Damar, dari tadi gue telpon kalian, tapi gak ada yang angkat," jawab Fanny. "Ngikutin gimana maksudnya?" tanya Mitha. "Ya ngikutin, lo gimana sih," jawab Fanny. "Oh," ucap Mitha. "Lo kenapa, lesu banget?" tanya Fanny. "Aku gak apa-apa," jawab Mitha. "Ya udah deh, sekarang gue tenang lo sama bang Damar selamet, bye baby," ucap Fanny lalu memutuskan sambungan telponnya. "Haiish ... gak jelas banget sih," ucap Mitha kembali menyimpan ponselnya tapi.... Ting Ada pesan masuk ke hp Mitha, dia kembali mengambil ponselnya. "Udah jangan bete gitu, nih gue ada link haram buat nonton film India terbaru abang kesayangan lo." isi pesan Fanny, dia juga mengirimkan link untuk akses web agar Mitha bisa menonton film yang dia maksud. Mitha tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Fanny memang selalu tau bagaimana caranya untuk menghibur Mitha. "Thanks, Fan, tetap jadi sahabat terbaik aku ya." ucap Mitha sambil tersenyum. *** "Saya tidak tau gadis mana yang Tuan maksud, tapi saya berhasil mendapatkan alamat kedua gadis itu, besok saya akan mencari tau di mana mereka sekolah," ucap Ferdi, dia baru sampai di rumah Aland setelah mencari tau di mana rumah gadis yang sudah menolong Aland. Sedangkan Aland hanya diam tersenyum sambil memandangi foto yang ada di ponselnya. "Saya permisi, Tuan," ucap Ferdi, lalu dia pergi dari kamar Aland. "Aku harus sembuh secepatnya." ucap Aland di dalam hatinya. *** Beberapa bulan telah berlalu, setiap hari Aland melakukan terapi hingga keadaannya berangsur membaik walaupun masih berjalan dengan tertatih, Aland pun sudah mulai bisa bicara lagi. "Alhamdulillah, akhirnya kamu bisa kayak dulu lagi, Nak," ucap Melinda. "Iya, Ma," ucap Aland dengan nafas yang terengah karena memang dia belum bisa berjalan dengan jarak yang terlalu jauh, lalu Aland duduk di hadapan Melinda. "Pelan-pelan, jangan terlalu memaksakan diri, kalau cidera lagi kan gak lucu," ucap Melinda. "Ma, apa Giska menghubungi Mama?" tanya Aland, sudah lama dia ingin menanyakan hal ini, karena dia tidak mendengar Melinda menanyakan soal hubungannya dengan Giska. "Udah deh, kamu gak usah mikirin lagi perempuan kayak dia, nanti Mama jodohin kamu sama anak teman Mama, dia perempuan gak punya hati," jawaban Melinda membuat kening Aland berkerut, Aland pikir jika Melinda sudah mengetahui semuanya dari Ferdi. "Mama tau kalau aku sama Giska udah gak ada hubungan lagi?" tanya Aland. "Tau, waktu kamu kecelakaan, Mama hubungi Giska, terus dia bilang kalian udah gak ada hubungan lagi, besoknya Mama datengin dia ke apartmentnya, eh gak taunya dia lagi berduaan sama cowok," jawab Melinda dengan raut wajah kesalnya. "Tapi, dia gak cerita apa-apa kan sama, Mama?" tanya Aland. "Gak tuh, Mama aja males ngomong sama dia, ya udah Mama langsung pergi pas liat ada cowok di apartemennya," jawab Melinda. "Syukurlah kalau kayak gitu," ucap Aland. "Udah, kamu jangan mikirin dia lagi, nanti Mama kenalin kamu sama anak teman Mama, dia gak kalah cantik kok sama Giska," ucap Melinda. "Ini udah bukan jamannya dijodohin, Ma, lagian aku udah punya calon," ucap Aland. "Yang bener? Siapa? Kamu ada fotonya? Mama boleh liat gak?" tanya Melinda dengan bersemangat. "Ada," jawab Aland lalu dia mengambil ponsel di dalam saku celana lalu menunjukkan foto yang Melinda maksud. "Ya ampun Aland, kamu yang bener aja, masa suka sama anak SMA, cari cewek tuh yang udah dewasa, yang bisa kamu nikahi, yang keibuan, yang sayang sama kamu, bukan anak ingusan kayak gitu," ucap Melinda setelah dia melihat foto dua gadis berseragam SMA di sana. "Memangnya kenapa, Ma, kita kan gak pernah tau cinta itu tertuju," ucap Aland. "Iya, Mama tau, tapi kamu kan bisa pilih, Land, kamu itu udah cukup umur untuk menikah, kalau kamu pacaran sama anak SMA, dia bisa apa, paling cuma morotin kamu doang," ucap Melinda. "Mama gak boleh berburuk sangka kayak gitu, pokoknya aku cuma mau nikah sama dia, aku udah terlanjur jatuh cinta sama gadis yang udah nolongin aku," ucap Aland. "Kamu tau dari mana kalau dia yang nolongin kamu?" tanya Melinda. "Perasaan aku yang mengatakan itu, Ma," jawab Aland. "Halah ikutin perasaan, bisa aja kan kamu salah sangka, pokoknya Mama gak setuju kamu pacaran sama anak SMA," ucap Melinda. "Tapi, aku gak peduli, Ma, kali ini aku yang mengambil keputusan dengan siapa aku akan menikah, jadi maaf kali ini aku gak akan turutin keinginan, Mama," ucap Aland lalu beranjak dari tempatnya. "Aland, tunggu, Mama belum selesai bicara!" panggil Melinda. "Gak ada lagi yang harus dibicarakan, Ma," ucap Aland dia pun segera pergi ke kamarnya. "Aland jadi seperti ini pasti gara-gara pengaruh anak ingusan itu," ucap Melinda dengan kesal. *** Jam istirahat kedua, Fanny dan Mitha berada di kantin sedang menikmati siomay yang baru saja mereka pesan. "Heh, bus tayo, badan udah gede masih aja makan, diet dong lo!" Mitha menghela nafasnya dengan panjang saat mendengar suara Sesha dan beberapa temannya datang menghampiri Mitha dan Fanny. "Heh syaiton betina, pantes aja badan lo kerempeng kayak cacing kremi, mulut lo dipake buat nyinyir orang terus sih, bukan buat makan, beda sama Mitha, dia punya mulut dipake buat makan, makanya badan dia subur," ucap Fanny. "Lo diem kacung, gak usah belain dia terus, lo dibayar berapa sih buat jadi kacungnya dia?" tanya Sesha dengan mengejek. "Ya ampun, Sha, paling dia cuma ditraktir makan siomay kayak gini, si bus tayo kan gak kayak kamu, dia cuma punya otak yang hmm lumayan pinter, tapi dia gak ada apa-apanya dibanding kamu," ucap Nita salah satu teman Sesha. "Kalau lo gak tau apa-apa gak usah nyinyir Mitha, lagian lo bangga banget temenan sama dia," ucap Fanny dengan sengit, keadaan di kantin sudah mulai menegangkan karena perdebatan Fanny dan teman-teman Sesha, Mitha yang sudah menghabiskan makannya beranjak dari tempat. "Kalian udah puas kan nyinyirnya, ayo Fan, kita pergi, gak ada gunanya ngeladenin mereka," ucap Mitha sambil menarik lengan Fanny. "Gak bisa, Mitha, mereka tuh sesekali harus dikasih pelajaran," ucap Fanny. "Jangan lah, Fan, buang-buang tenaga kamu ladenin orang gak penting kayak mereka," ucap Mitha. "Lo lupa gue siapa? Lo yang gak penting di sini, lo sadar diri dong, lo tuh cuma beruntung bisa sekolah di sini, jadi jangan belagu cuma gara-gara lo pinter, gue yakin semua guru pasti salah kasih nilai sama lo," ucap Sesha semakin mengejek Mitha. Keadaan di kantin semakin ramai karena perdebatan Sesha dan Fanny, hingga kedatangan seseorang membuat keadaan berubah seketika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD