Bab 49: Jangan Ada Rahasia Lagi

1025 Words
"Fan, kamu serius mau nikah sama bang Damar?" tanya Mitha, dia dan Fanny cukup lama diam di kamar Mitha tenggelam dalam pikiran masing-masing. "Gak tau, Mith," jawab Fanny. "Oke, lagian percuma aku tanya, sekarang aku udah benar-benar kehilangan sahabat aku," ucap Mitha dengan lirih. "Maksud lo, apa?" tanya Fanny. "Ternyata selama ini aku bukan sahabat kamu, Fan," jawab Mitha. "Jadi, selama ini lo gak pernah menganggap gue sebagai sahabat lo?" tanya Fanny. "Bukan aku yang kayak gitu, tapi kamu Fan," jawab Mitha. "Kok gue sih?" tanya Fanny masih tidak mengerti. "Selama ini kamu gak pernah cerita sama aku, selama ini kamu pendam semuanya sendiri, apa ini arti sahabat," jawab Mitha. "Ada kalanya seseorang memilih untuk diam saat dia terluka, bukan karena dia takut atau pengecut, tapi menurut mereka menceritakan semua masalah kepada orang lain pun percuma, tidak akan mengubah semua kenyataan yang ada," ucap Fanny. "Kamu curang, Fan," ucap Mitha. "Enak aja cuma gue yang curang, lo juga curang," ucap Fanny. "Mana ada, aku cerita semuanya sama kamu, malahan kamu juga tau semuanya tanpa harus aku cerita," ucap Mitha. "Lo amnesia, Neng?" tanya Fanny dengan alis yang terangkat. "Enggak lah," jawab Mitha. "Iya enggak, tapi lo pura-pura lupa kalau lo juga merahasiakan siapa jati diri lo yang sebenernya dari gue," ucap Fanny. "Oh, soal itu, aku kan...." ucapan Mitha terhenti lalu dia menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali. "Apa? Ya udah, sekarang kita impas," ucap Fanny. "Impas apanya?" tanya Mitha. "Mulai lagi pura-pura begonya," jawab Fanny dengan gemas lalu dia menarik Mitha agar mereka duduk berhadapan. "Dengerin gue ya, Laxmitha Ayudia Pratama, lo menutupi semua kebenaran keluarga lo dari gue, nah gue juga sama kayak gitu, jadi kita impas," ucap Fanny. "Hmm... iya juga sih," ucap Mitha. "Ya udah, masalah selesai, kan," ucap Fanny. "Eh, mana ada selesai begitu aja," ucap Mitha. "Terus apa lagi, Mitha?" tanya Fanny. "Kamu belum jawab apa pertanyaan aku," jawab Mitha. "Yang mana?" tanya Fanny. "Kamu serius mau nikah sama Bang Damar," jawab Mitha. "Kenapa, lo gak mau punya kakak ipar kayak gue?" tanya Fanny. "Bukan gitu, Fan, tapi aku cuma mau tau alasan yang kuat, kamu sama abang gak mungkin kan bilang yang sebenarnya sama ayah dan bunda," jawab Mitha. "Gue juga gak tau apa alasan Bang Damar setuju menikah sama gue," ucapan Fanny membuat kening Mitha berkerut. "Beneran?" tanya Mitha. "Iya, bang Damar cuma bilang kalau dia akan bertanggung jawab bukan karena dia mengakui apa yang terjadi, tapi bang Damar cuma mau jaga nama baik orang tua lo," jawab Fanny. "Tapi, gak masuk akal loh, Fan, kalau cuma itu alasannya," ucap Mitha. "Gue juga bilang kayak gitu sama bang Damar, tapi gak digubris sama dia, dia malah ngajak gue ke sini," ucap Fanny. "Ya udah lah, Fan, ikutin alurnya aja, aku yakin semuanya akan baik-baik aja," ucap Mitha. "Setidaknya setelah menikah nanti, gue bisa keluar dari rumah yang kayak neraka itu," ucap Fanny dengan mata yang mulai memanas. "Semuanya pasti ada hikmah yang tersembunyi, setelah kamu menikah sama bang Damar, kamu punya keluarga baru, jadi kamu gak bakalan kesepian lagi," ucap Mitha. "Benarkah?" tanya Fanny. "Iya, aku jadi adik ipar kamu, terus bunda sama ayah, jadi orang tua kamu juga, bunda pasti sayang banget sama kamu, Fan," jawab Mitha. "Semoga aja, Mith," ucap Fanny. "Kok semoga sih, aku jamin bunda bakalan baik sama kamu, ya walaupun terkadang bunda cerewet banget kalau udah marah," ucap Mitha. "Lo harus bersyukur punya bunda yang cerewet, lah gue, ngobrol sama mama aja jarang banget," ucap Fanny. "Sabar ya, Fan, aku yakin Tante Irene sayang banget sama kamu, tapi cara mereka mengungkapkan kasih sayang mereka berbeda," ucap Mitha. "Maybe," ucap Fanny dengan tatapan sendunya. "Udah lah, jangan sedih lagi, masa depan yang lebih cerah sedang menunggu kamu, Fan," ucap Mitha. "Lo masih mau jadi sahabat terbaik gue, Mith?" tanya Fanny. "Masih, tapi mulai sekarang jangan ada lagi yang kita sembunyikan, sekecil apapun masalah yang kita hadapi, kita hadapi bersama-sama," jawab Mitha. "Oke, deal!" ucap Fanny sambil mengulurkan tangannya kepada Mitha. "Deal!" ucap Mitha, menyambut uluran tangan Fanny lalu mereka berpelukan. "Udah ah, pelukan kek teletubbies aja," ucap Fanny setelah melepaskan pelukannya. "Kamu mah, selalu aja ngerusak suasana," ucap Mitha berdecak dengan kesal. "Ya maaf, Sistah." ucap Fanny lalu tertawa. *** "Jadi, nama lelaki pengecut itu Aland?" pertanyaan Iqbal membuat Damar dan Rania saling pandang. "Aland siapa, Yah?" tanya Rania. "Tanya aja sama anaknya Bunda tuh, Ayah yakin mereka sekongkol buat bohongin Ayah," jawab Iqbal. "Aku cuma melakukan apa yang menurut aku benar, Yah," ucap Damar. "Jadi menurut kamu membiarkan Mitha dan pria itu menjalin hubungan dengan sembunyi-sembunyi itu benar?" tanya Iqbal dengan sengit. "Sabar dong, Yah, Damar pasti punya alasan yang kuat melakukan itu, lagian salah Ayah juga yang terlalu mengekang anak-anak," jawab Rania. "Bunda membenarkan juga apa yang mereka lakukan, begitu maksudnya?" tanya Iqbal. "Bunda tidak membenarkan hal itu, Yah, tapi coba jangan selalu menyalahkan anak-anak, Mitha dan Damar melakukan itu karena mereka takut sama Ayah," jawab Rania. "Aku sih gak takut, Bun, buktinya aku langsung ajak Fanny ke sini dan langsung meminta Ayah sama Bunda buat melamar dia, tapi Mitha tuh yang terlalu takut sama Ayah," ucap Damar. "Tuh kan, Bunda bilang juga apa," ucap Rania. "Udah jelas-jelas kalian yang salah, kenapa sekarang kalian malah kompak nyalahin Ayah," ucap Iqbal. "Gak usah suudzon dulu sama anaknya, lagian Bunda yakin Mitha gak akan melakukan hal yang aneh-aneh di luar sana, anak-anak kita ini anak yang baik dan selalu tau aturan, Yah," ucap Rania. "Sekarang, kamu jelasin kenapa kamu juga merahasiakan hal itu dari Ayah?" tanya Iqbal dengan tatapan tajamnya kepada Damar. "Karena aku cuma mau Mitha bahagia, Yah," jawab Damar. "Tapi, cara kamu salah Damar," ucap Iqbal. "Iya, cara aku emang salah, tapi aku tetep mengawasi Mitha, Yah. Emangnya Ayah sama Bunda gak nyadar kalau akhir-akhir ini Mitha keliatan bahagia banget?" tanya Damar. "Hmm... kamu bener juga, Mitha udah gak pernah singgung lagi soal laki-laki mana yang mau sama dia," jawab Rania. "Itu alasannya, Bun, aku juga yakin kalau Aland bisa menjaga Mitha dengan baik," ucap Damar. "Kenapa kamu yakin banget?" tanya Iqbal dengan alis yang terangkat. "Nih buktinya, Yah!" jawab Damar sambil menunjuk wajahnya yang masih lebam di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD