Bab 48: Rencana Pernikahan Damar dan Fanny

1005 Words
"Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang?" tanya Iqbal yang melipat lengannya sambil menatap Mitha dengan tatapan tajam, karena Iqbal melihat Mitha masih menggunakan seragam sekolahnya. "Hmm... aku... itu... aku... tadi abis main sama abang, Yah," jawab Mitha dengan gugup. "Beneran pergi sama abang?" tanya Iqbal dengan alis yang terangkat. "I-iya, Yah," jawab Mitha dengan suara gemetar. "Terus, sekarang abang kamu di mana?" pertanyaan Iqbal membuat Mitha semakin gugup. "Abang, tadi sama...." "Aku di sini, Yah." Mata Mitha terbelalak sempurna saat mendengar suara Damar, pandangannya langsung tertuju ke arah pintu, Mitha lebih terkejut melihat Damar datang bersama Fanny. "Assalamu'alaikum!" ucap Damar, dia langsung menghampiri Iqbal dan Mitha sambil menggandeng lengan Fanny. "Wa'alaikum salam," ucap Iqbal dan Mitha bersamaan, Mitha menatap Fanny yang raut wajahnya terlihat sangat gugup, sedangkan Iqbal menatap Fanny bukan kerena dia marah, tapi karena dia heran kenapa Damar membawa Fanny datang ke rumahnya. Damar dan Fanny langsung menyalami Iqbal yang masih diam mematung menatap keduanya. "Kalian kenapa bengong?" tanya Damar. "Sudah berani kamu membawa seorang gadis datang ke sini," jawab Iqbal. "Berani dong, Yah! Kan Ayah sama bunda yang minta, kalau aku udah ada calon, lebih baik kita segera menikah," ucap Damar. "Ayah gak pernah bilang begitu, Ayah cuma bilang kamu harus menggantikan Ayah di perusahaan," ucap Iqbal. "Ayah, suka pura-pura...." "Bukan Ayah yang bilang gitu, tapi Bunda," celetuk Rania yang baru saja datang dari kamarnya. "Maksudnya?" tanya Iqbal dengan kening yang berkerut. "Ya ampun, Ayah sama Mitha gimana sih, ada tamu bukannya disuruh duduk," jawab Rania. "Tau nih, Ayah malah interogasi gak jelas, Mitha malah diem aja kayak orang kesamber petir," ucap Damar. "Aku tuh kaget, kenapa Abang tiba-tiba datang sama Fanny," ucap Mitha. "Oh, jadi nama kamu Fanny?" tanya Rania. "Iya, Tante," jawab Fanny lalu menyalami Rania. "Bukannya kamu teman Mitha?" tanya Iqbal. "Iya, Yah, Fanny ini temannya Mitha, jadi aku...." "Kamu tuh ya, malah ikutan kayak Ayah sama Mitha, disuruh duduk dulu dong tamunya, abis itu baru ngobrol, biar enak," ucap Rania menyela Damar. "Maaf, Bun," ucap Damar lalu mereka beralih duduk di sofa. "Jadi, gimana?" tanya Rania. "Aku mau menikah sama Fanny, Yah, Bun," jawaban Damar membuat Iqbal dan Rania terkejut, sedangkan Fanny menundukkan kepalanya karena takut. "Kamu serius?" tanya Rania. "Kamu jangan main-main ya, Damar, pernikahan itu ikatan yang sakral, bukan untuk candaan, menikah itu sekali seumur hidup, bukan ikatan sembarangan kalau kalian bosan bisa berpisah begitu aja," ucap Iqbal. "Aku serius mau menikah sama Fanny, Yah, makanya sekarang aku ajak Fanny datang ke sini, kita udah membicarakan semuanya, aku sama Fanny udah cocok, itu sebabnya kita memutuskan untuk menikah." ucap Damar. Mitha yang sudah mengetahui semuanya hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka sambil menatap Fanny. "Ayah tanya sekali lagi, kalian benar-benar mantap ingin menikah? Bukan karena paksaan atau karena gengsi?" tanya Iqbal sambil menatap Damar dan Fanny bergantian. "Iya, Yah," jawab Damar dengan mantap. "Fanny bagaimana?" tanya Rania. "I-iya, Tante, aku sama Bang Damar sudah mantap untuk menikah," jawab Fanny dengan gugup. "Tapi apa alasannya, bahkan kamu masih belum benar-benar lulus sekolah, apakah kamu tidak ingin melanjutkan kuliah?" tanya Iqbal. "Ya ampun, Yah. Kan gak ada larangan menikah saat kuliah, jadi walaupun sudah menikah, aku gak akan melarang Fanny untuk kuliah," jawab Damar. "Kamu benar, tapi tetap saja...." ucap Iqbal terhenti. "Udahlah Yah, jangan berpikiran yang aneh-aneh, anaknya mau ibadah kok terus-terusan ditanya ini itu, mereka mengambil keputusan ini pasti sudah memikirkan semuanya, bukannya Ayah selalu bilang pengen Damar lebih bertanggung jawab lagi, ini saatnya Ayah membiarkan Damar untuk belajar bertanggung jawab. Ingat loh, Yah, kalau Ayah terlalu mengekang mereka, nanti yang ada mereka malah pacaran diam-diam terus terjadi hal yang tidak kita inginkan," ucap Rania menyela. "Oke, kalau begitu Ayah sama Bunda merestui kalian untuk menikah, Ayah akui kamu memang jantan, berani mengambil keputusan besar seperti ini, tidak seperti dia yang dengan sengaja menjalin hubungan dengan cara diam-diam," ucap Iqbal dengan ekor mata yang melirik kepada Mitha. Wajah Mitha menjadi tegang seketika saat mendengar apa yang diucapkan oleh Iqbal, Mitha takut jika Iqbal mengetahui hubungannya dengan Aland. "Yah, Bun, aku ke kamar dulu," ucap Mitha, dia langsung beranjak dari tempatnya. "Ajak Fanny ke kamar kamu, Dek, Abang mau bicara dulu sama Ayah dan Bunda," ucap Damar. "Iya, Bang," ucap Mitha lalu dia menghampiri Fanny dan mengajak Fanny menuju kamarnya. "Yah, Bun, orang tua Fanny mau Ayah sama Bunda datang menemui mereka secepatnya," ucap Damar. "Oke, besok malam kita datang ke rumah Fanny untuk menentukan tanggal pernikahan kalian," ucap Iqbal. "Kok mendadak banget sih, Yah, kita gak ada persiapan apa-apa loh," ucap Rania. "Kan besok siang masih bisa dipersiapkan, Bun," ucap Iqbal. "Ayah benar, Bun, lagi pula aku sama Fanny udah sepakat untuk melangsungkan pernikahan yang sederhana aja, yang penting sah," ucap Damar. "Kok begitu, emangnya kalian gak mau resepsi?" tanya Rania. "Pengen, Bun, tapi jangan sekarang, pertama Fanny belum benar-benar lulus sekolah, kedua kita masih belum tau siapa orang misterius yang selalu memata-matai keluarga kita, kalau malah terjadi hal yang tidak diinginkan gimana," jawab Damar. "Apa yang kamu ucapkan masuk akal, toh yang penting hubungan kalian halal dulu," ucap Iqbal. "Oke deh, terserah yang mau menikah aja, tapi keluarga Fanny setuju kalau kalian menikah dengan acara yang sederhana?" tanya Rania. "Orang tua Fanny setuju kok, Bun," jawab Damar. "Kok aneh ya, kenapa orang tua Fanny setuju begitu saja, emangnya mereka gak mau melihat Fanny...." Raut wajah Damar sudah mulai menegang saat mendengar ucapan Iqbal, Damar tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua orang tuanya. "Ayah, jangan mulai suudzon lagi deh," ucap Rania. "Iya, Ayah suudzon terus pikirannya," ucal Damar. "Bukan suudzon, tapi benar-benar memastikan kalau tidak ada hal lain yang mendasari pernikahan kalian ini," ucap Iqbal. "Aku makin gak ngerti sama ucapan, Ayah," ucap Damar. "Ya udah, kalau kamu gak ngerti lupain aja, Ayah kecewa sama kamu!" ucap Iqbal sambil menatap tajam kepada Damar. "Kecewa kenapa, Yah?" tanya Damar yang tidak mengerti. "Kenapa kamu membiarkan Mitha menjalin hubungan diam-diam dengan seorang pria?" tanya Iqbal. "Maksudnya, Ayah udah tau tentang hubungan Mitha sama Aland?" tanya Damar. "Jadi nama lelaki pengecut itu, Aland?" tanya Iqbal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD