Bab 46: Damar dan Fanny Menikah?

1250 Words
Semua orang terkejut saat mendengar apa yang diucapkan oleh Damar, terlebih lagi Fanny dan Mitha, keduanya langsung beranjak dari tempat mereka, Fanny pun langsung menghampiri Damar. "Lo mengakui kalau kita sudah melakukan itu, Bang?" tanya Fanny dengan tatapan tajamnya. "Gue menikahi lo, bukan karena gue mengakui apa yang orang tua lo tuduhkan sama kita, tapi karena gue harus melakukan ini sebagai laki-laki yang bertanggung jawab," jawab Damar. "Tanggung jawab apa, Bang, lo gak harus melakukan ini karena lo kasihan sama gue!" ucap Fanny dengan sengit. "Gue tidak mengasihani lo, tapi gue cuma menjaga nama baik kedua orang tua gue, gue gak mau memperkeruh keadaan dengan menolak keinginan orang tua lo!" ucap Damar. "Tapi gak bisa kayak gini, Bang," ucap Fanny, tapi Damar tidak mempedulikan ucapannya. Damar beralih menatap orang tua Fanny dan menghampiri mereka. "Silahkan Om dan Tante mengatur semuanya, tapi saya ingin mengajukan syarat kepada Om dan Tante," ucap Damar. "Syarat apa?" tanya Pras. "Om dan Tante jangan mengatakan hal yang tidak-tidak kepada kedua orang tua saya, saya tidak ingin membuat orang tua saya sedih karena memikirkan hal ini, anggap saja jika saya dan Fanny menikah karena kami saling mencintai dan bukan karena terpaksa," jawab Damar. "Oke, saya terima syarat kamu," ucap Pras. "Kalau begitu, biarkan saya bicara berdua dengan Fanny, besok malam saya datang bersama kedua orang tua saya ke rumah Om untuk melamar Fanny," ucap Damar. "Baik, kami tunggu!" ucap Pras. "Fan, ikut gue!" ucap Damar lalu dia pergi lebih dulu dari gudang itu. "Selamat, Pa, sekarang Papa sama Mama sudah semakin menghancurkan kehidupan aku," ucap Fanny lalu dia keluar mengikuti Damar, begitu juga dengan semua orang yang meninggalkan gudang itu. "Sayang, mau langsung pulang?" tanya Aland, mereka sudah berada di dalam taksi, sedangkan kedua orang tua Fanny sudah pergi. "Iya, Mas, langsung pulang aja," jawab Mitha dengan lirih. Aland pun melajukan mobilnya menuju rumah Mitha. Di sepanjang perjalanan tak ada satu pun dari mereka yang bicara, bahkan Mitha hanya fokus menatap jalanan di sampingnya, Aland sesekali melirik Mitha dengan menghela nafasnya panjang. "Sayang, kamu kenapa diam saja, hmm?" tanya Aland. "Aku gak apa-apa, Mas," jawab Mitha dengan lirih dan kepala tertunduk. "Kamu masih terkejut?" tanya Aland, Mitha hanya menganggukkan kepalanya perlahan lalu menangis. "Hey, kok nangis lagi?" tanya Aland dengan lembut, Aland menghentikan taksinya tepat di depan gerbang rumah Mitha karena mereka memang sudah sampai, lalu dia mengambil tissue dan menghapus air mata Mitha. "Selama ini aku egois, Mas," jawab Mitha di sela isaknya. "Egois?" tanya Aland. "Iya, aku terlalu sibuk memikirkan perasaan aku, terlalu sibuk memperhatikan orang lain sedangkan sahabat aku sendiri sangat membutuhkan aku, selama ini aku tidak pernah bertanya apa yang Fanny rasakan, ternyata dia memiliki luka dan kesedihan yang lebih besar dari aku, Mas," jawab Mitha. "Kamu gak egois, Sayang, itu juga bukan kesalahan kamu, Fanny memang sengaja memendam semuanya sendiri karena tidak ingin orang lain tau masalah dia," ucap Aland. "Tapi tetap aja, Mas, aku merasa sangat bersalah sama Fanny, aku bukan sahabat yang baik buat dia." ucap Mitha yang, semakin kencang terisak. Aland kembali menghapus air mata gadis yang sangat dia cintai itu, Aland mengerti apa yang dirasakan oleh Mitha, karena dia tau bagaimana eratnya persahabatan Mitha dengan Fanny. "Aku bukan sahabat Fanny, Mas." ucap Mitha lagi. Aland pun memeluk Mitha agar dia lebih tenang, lalu Aland membelai lembut rambut Mitha dan mengecupnya. Tanpa Aland dan Mitha sadari jika ada seseorang yang memperhatikan mereka. Siapa lagi jika bukan Iqbal, dia baru tiba dan menghentikan mobilnya sedikit jauh dari taksi Aland, karena dia curiga kenapa taksi itu lama sekali berhenti di depan rumahnya, Iqbal berpikir jika taksi itu adalah orang yang selalu memata-matai Mitha. Saat Iqbal mendekat, matanya terbelalak sempurna melihat Aland memeluk Mitha bahkan dia berani mengecup rambut Mitha. Iqbal mengeraskan rahangnya melihat kejadian itu, dia ingin sekali menghancurkan kaca taksi Aland dan menyeret pria yang sudah berani memeluk putri kesayangannya, tapi Iqbal menahan diri agar tidak melakukan itu karena dia ingin tau, apakah Aland seorang pria yang benar-benar mencintai anaknya atau hanya ingin mempermainkan perasaan putri kesayangannya. Iqbal sedikit menjauh dari taksi Aland dan tetap memperhatikan mereka dari kejauhan. "Udah, jangan nangis lagi, kamu tetap sahabat terbaiknya Fanny, nanti kamu bicara baik-baik sama dia, apa alasan dia menyembunyikan semua ini dari kamu." ucap Aland sambil membelai lembut kepala Mitha. Mitha baru menyadari jika dia sedang berada di dalam dekapan Aland, dengan cepat dia melepaskan tubuhnya dari sana dan mendorong Aland. "Kok aku didorong, Sayang?" tanya Aland. "Mas, cari kesempatan di dalam kesempitan," jawab Mitha. "Enggak, aku kan cuma mau menenangkan kamu," ucap Aland. "Tapi gak harus meluk, Mas, nanti kalau ketauan ayah gimana," ucap Mitha. "Mana, gak ada siapa-siapa di sini," ucap Aland. "Ya kan bisa aja sekarang ayah lagi memperhatikan kita, tuh Mas liat kan kalau ini di depan rumah aku," ucap Mitha. "Justru bagus kalau ayah lihat aku pelukan sama kamu, aku bisa langsung bilang sama ayah kalau aku mau menikahi kamu," ucap Aland dengan evil smirknya. "Mas, jangan cari perkara deh, udah cukup abang yang tiba-tiba setuju menikah sama Fanny, Mas gak usah ikut-ikutan," ucap Mitha. "Ya gak apa-apa, jadi kita bisa melangsungkan acara pernikahan bersama-sama," ucap Aland. "Ish... gak boleh tau, pamali," ucap Mitha. "Halah, jaman sekarang masih percaya sama pamali, itu bohong, Sayang," ucap Aland. "Dikasih tau malah ngeyel, ya udah terserah," ucap Mitha, lalu membuka sabuk pengamannya bersiap turun dari taksi Aland. "Jangan sedih lagi ya, aku gak suka lihat kamu nangis," ucap Aland. "Iya, Mas," ucap Mitha dengan senyuman yang mengembang. "Nah, kalau kayak begini kan lebih cantik," ucap Aland sambil mengacak rambut Mitha dengan gemas. "Mas, rambut aku jadi berantakan," ucap Mitha dengan bibir yang mengerucut. "Aduh, Sayang, jangan kayak begini dong, aku makin gemes nih liatnya, nanti kalau aku gak tahan gimana...." "MAS!" pekik Mitha sambil mencubit tangan Aland. "Aduh, kok tangan aku dicubit sih!" ucap Aland meringis. "Abis Mas ngomongnya ngelantur terus," ucap Mitha. "Emangnya aku ngomong apa?" tanya Aland. "Tau ah, suka pura-pura amnesia," jawab Mitha. "Jangan amnesia dong, nanti aku lupa sama kamu," ucap Aland. "Iya juga sih, Mas, aku masuk ya, nanti malah beneran kita kepergok sama ayah," ucap Mitha. "Besok kamu masih sekolah?" tanya Aland. "Masih, Mas, tapi udah gak belajar efektif soalnya kan udah selesai ujian, paling cuma tunggu hasil ujian dan remedial," jawab Mitha. "Besok aku jemput ya, atau kita main lagi," ucap Aland. "Kalau aku gak pulang sama ayah, kita bisa main," ucap Mitha. "Oke," ucap Aland sambil tersenyum, lalu Mitha turun dari taksi Aland. Tapi, Mitha baru saja beberapa langkah menjauh dari taksi, Aland turun dari taksi dan memanggil Mitha. "Sayang, tunggu!" cegah Aland. "Kenapa, Mas?" tanya Mitha. "I love you," jawaban Aland membuat pipi Mitha merah merona tersipu malu. "Ya ampun, gemes deh kalau liat kamu blushing kayak begitu," ucap Aland. "Mas, apa-apaan sih, udah sana pergi!" ucap Mitha. "Enggak, kamu masuk dulu, aku harus memastikan kamu benar-benar masuk ke rumah, aku takut apa yang terjadi sama Fanny terjadi juga sama kamu," ucap Aland. "Iya deh, aku masuk, hati-hati, Mas!" ucap Mitha. "Iya, bye, Sayang," ucap Aland sambil melambaikan tangan. "Bye, Mas," ucap Mitha membalas lambaian tangan Aland. "Love you," ucap Aland kembali membuat Mitha tersipu malu dengan jantung yang berdetak dengan sangat kencang. "Love you too, Mas," ucap Mitha dengan lirih, setelah mengucapkan itu, Mitha cepat-cepat masuk ke rumahnya. "Ya ampun, sangat menggemaskan," ucap Aland sambil tersenyum, dia pun kembali berbalik untuk masuk ke taksinya. Tapi, dia dicegah oleh Iqbal yang menutup pintu taksi Aland. "Jadi, seperti ini caramu mencintai anak saya!" ucap Iqbal dengan tatapan nyalangnya. "Laki-laki pengecut!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD