Put Your Head On My Shoulders

1003 Words
Happy Reading Lonceng berbunyi tanda pelajaran telah usai. Angel menghela nafas panjang, badannya terasa sangat letih. Meskipun sinar matahari secara tidak langsung menerpa tubuh Angel namun, berdiri selama dua jam bukankah hal yang mudah. Kedua kakinya seperti sudah mati rasa untuk saat ini. "Kau baik-baik saja?" William berucap dengan nada khawatir ketika mendengar rintihan kecil lolos dari bibir Angel. "Aku baik-baik saja, hanya kaki ku yang sedikit sakit karena terlalu lama berdiri." Angel mengukir senyum tipis untuk mengusir raut khawatir di wajah William. "Sungguh? Kau tidak berbohong bukan?" William semakin mempertegas pertanyaannya. "Jangan khawatirkan aku. Lihat dirimu, wajah mu sudah sangat merah padam, seperti terbakar api." Angel berujar dengan nada menggoda. William tersenyum lebar. "Aku bahkan rela mengorbankan seluruh tubuhku terbakar asalkan untukmu." lanjutnya kemudian. Angel menggeleng kepala perlahan. "Kau... memang pandai merayu. Aku yakin sudah banyak gadis yang jatuh dalam rayuan manis mu." Angel segera memasukkan buku ke dalam tasnya. "Kau benar sekali. Hanya kau gadis yang mampu bertahan dari gombalan ku. Kau sangat berbeda dari mereka." William memandang tulus wajah Angel menyiratkan kebenaran di dalam kalimatnya. "Aku cukup tersanjung dengan pujian mu. Terimakasih." Angel memakai tas punggungnya lalu beranjak dari tempat duduk. "Mau kemana kau?" William berucap yang langsung membuat langkah Angel berhenti. Angel berbalik cepat. "Jangan lupa, aku bukan Cinderella seperti katamu tapi Upik Abu. Separuh hidupku, ku habiskan untuk menguras tenaga demi sesuap nasi." ujarnya kemudian meninggalkan senyum lebar namun isyarat kepedihan. William terdiam, meskipun senyum itu tidaklah tulus namun lagi-lagi mampu menggetarkan hatinya. Ketika Angel lenyap dari pandangan, dia segera berlari untuk mengejarnya. "Ella, tunggu aku." William meraih tangan Angel. "Ada apa?" kening Angel berkerut dalam ketika melihat pergerakan d**a William yang tidak teratur. "Ayo, aku akan mengantar mu." tanpa permisi William langsung menarik tangan Angel. "Tapi... Liam... aku... aku... "Diamlah, aku tidak ingin mendengar kata tidak darimu." William berujar dengan nada memerintah. Angel yang memang sudah sedikit paham dengan karakter William terpaksa mengikuti perintahnya. Kaki kecil Angel berusaha menyamai langkah William yang terasa begitu cepat. "Tidak bisakah kau berjalan sedikit lambat? Kaki ku pendek sekali, dan aku kesulitan untuk menyamai langkah mu." meski dengan wajah muram Angel masih saja mengikuti langkah William. William terkekeh saat mendengar nada Angel yang begitu manja. "Dasar bebek. Kau ini berjalan atau merangkak?" goda William. "Kalau begitu tinggalkan saja aku. Aku juga tidak ingin diantar olehmu, kau begitu cerewet dan menyebalkan." geram Angel tertahan. William mengangkat sebelas alis. "Cerewet? Menyebalkan? Memangnya aku perempuan. Aku heran kenapa semua orang menyebutmu kulkas berjalan? Padahal mulut kecil mu seperti p****t ayam." ujarnya kemudian, menarik pelan tangan Angel. "Terimakasih atas pujian mu. Tapi ku sarankan lebih baik kau tutup mulutmu, aku tidak ingin suasana hatiku semakin buruk." Angel berujar dengan suara jengkel. William tidak membalas, dia semakin mempercepat langkah kakinya, sengaja ingin menggoda Angel. Entah kenapa ada alasan yang tidak bisa dijelaskan saat melihat wajah Angel berubah kesal, seakan pesona kecantikan gadis itu bertambah dua kali lipat. Akhirnya William dan Angel sampai di parkiran sekolah. William melirik sekilas ke arah Angel yang sedang meraup nafas karena kelelahan. Senyum kecil terukir di wajah William. Dengan lancang, William melarikan tangan untuk mengusap pelan kepala Angel. Lagi, seluruh tubuh Angel membeku. Selalu saja perlakuan sederhana William berhasil memporak-porandakan isi hatinya. Angel mendongak, kedua mata mereka langsung bertubrukan. "Bernafas lah. Aku belum mendapatkan jawaban dari pernyataan cintaku." perintah William lembut mengingatkan Angel tentang peristiwa tadi pagi. Seketika wajah Angel berganti datar. "Tapi aku tidak mencintaimu." balasnya kemudian. William tersenyum lembut. "Aku tahu. Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan mendapatkan hati mu suatu saat nanti." ujarnya melontarkan janji penuh kepastian. Angel berdehem pelan, menormalkan kinerja detak jantungnya yang sudah tidak terkendali. Astaga! Ku mohon berhentilah bekerja sekuat itu wahai hati. Aku tidak ingin kau terluka nanti, sangat sulit untuk menyembuhkan mu. Jangan sampai kau terperangkap oleh sosok lelaki misterius ini. Batin Angel  "Ella." suara lembut William menyentak Angel dari lamunan. "Huh? Ada apa?" suara Angel terdengar ragu seperti orang yang kebingungan. "Ayo naik. Apa kau tidak ingin bekerja?" William yang sudah berada di atas motor sport tidak bisa menyembunyikan kejengkelan ketika memperhatikan sikap Angel yang selalu saja terdiam tanpa alasan. "Ba... baiklah, ayo... pergi." Angel berujar terbata. Baru saja dia ingin menaiki motor William namun, niatnya segera hilang saat menyadari betapa tingginya motor itu. Sangat sulit bagi Angel untuk naik di atas motor melihat kondisinya saat ini sedang memakai rok selutut. William yang mengerti kegelisahan Angel, Seketika turun dari atas motor. Dengan cepat, William mengangkat tubuh Angel dan mendudukkannya dengan posisi menyamping.  "Apa yang kau lakukan?" suara teriakan Angel langsung saja menyerbu pendengaran William. "Kau sangat lama." ujar William kemudian. "Peluk pinggang ku kuat jika kau tidak ingin jatuh." perintahnya sebelum kemudian menghidupkan mesin, lalu melaju membelah jalanan. Angel menuruti perintah William, walau ragu dia tetap melingkarkan tangannya. Ketika merasakan sepasang lengan kecil melingkar di pinggangnya, William tersenyum bahagia. Sederhana, bahkan teramat sangat sederhana namun, kebahagiaan yang William rasakan tidak pantas dikategorikan dengan kata sederhana. Dengan sengaja, William menempelkan sebelah tangannya yang bebas di sepasang lengan kurus Angel. "Ella, jika kau lelah tidurlah di pundak ku." sembari mengelus sepasang lengan Angel, William melarikan matanya ke arah kaca motor yang menampakkan wajah cantik Angel dengan rambut hitamnya yang terbang indah. Kening Angel berkerut. "Aku memang lelah, tapi aku belum ingin mati. Apa kau bisa menjamin keselamatan ku jika aku tidur di pundak mu?" tanyanya lagi. "Tenanglah. Kau akan aman bersama ku. Tidurlah Ella, lepaskan semua beban mu di pundak ku." suara William yang begitu lembut berhasil membuat senyum manis terbit di wajah Angel. "Terimakasih. Dan tolong bangunkan aku jika nanti sudah sampai di tempat kerja." tanpa menunggu jawaban dari William, Angel langsung menempelkan wajahnya di pundak William. William mengurangi sedikit kecepatannya, dia tidak ingin terlalu cepat kehilangan moment langka ini. Wajah William menunduk saat merasakan dekapan Angel semakin kuat di pinggangnya. Ingin rasanya, William menenggelamkan seluruh tubuh Angel dalam pelukannya saat ini. Matanya sudah sangat rindu dimanjakan oleh pesona kecantikan Angel pada saat tertidur. Masih jelas di ingatan William betapa damainya wajah itu saat tertidur pulas. "Ella, aku bersumpah. Suatu hari nanti kau tidak hanya tidur di pundak ku tapi juga disampingku." Hai readers... terimakasih buat kalian yang sudah baca novel ini... Aku senang deh meskipun jumlah yang baca belum banyak tapi setidaknya ada yang suka... jangan lupa Tao love yah Kaka sekalian.. kasih komentar juga jika berkenan. hihihi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD