Broken Memories

1365 Words
Nothing is more dangerous than a person broken heart and a smiling face. Air mata Angel mengalir deras, dia semakin merapatkan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Hatinya hancur, benar-benar hancur. Angel menelungkupkan wajah di kedua lututnya, menumpahkan seluruh tangisnya. Lelaki yang baru saja menggagahinya seakan membisu dalam ketidakpedulian melihat kehancuran dirinya. "Kau sudah puas?" Angel berucap dingin, suaranya berubah serak. Tak hanya hatinya yang sakit namun juga tubuhnya, William tak hanya sekali menyentuhnya namun berkali-kali, menumpahkan seluruh benihnya di rahim Angel. William tersenyum miring. "Kenapa? Kau masih menginginkan sentuhan intim ku?" katanya kemudian dengan ringan tanpa merasa bersalah sedikitpun. Dia membawa matanya melirik sekilas bekas kecupan cinta yang menghiasi sekujur leher Angel, ada rasa bangga tersendiri baginya. Angel mengangkat wajah menatap marah William. "Kau men-ji-jik-kan." Ujarnya menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Darahnya mendidih mendengar kalimat tanpa bersalah Wiliam. "Aku tahu, aku memang menjijikkan." William membalas dengan nada lirih, kebejatannya sungguh tak bisa dimaafkan. Hanya saja, dia tidak rela jika Ella jatuh ke pelukan lelaki lain. "Kenapa kau harus kembali Liam! Tidak cukupkah luka yang sudah kau torehkan padaku?! Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?!" raung Angel dengan tangis tersedu ketika dia mengingat kembali betapa kejam perlakuan William terhadapnya. William menutup matanya sejenak sebelum kemudian berujar. "Aku memang b******k Ella! Aku memang menjijikkan! Tapi semua itu kulakukan hanya karena aku sangat mencintaimu, aku takut kau meninggalkanku!" teriak William membalas rentetan kalimat menyakitkan Angel. "Kau tidak mencintaiku Liam, karena cinta tidak sekejam itu. Kau hanya terobsesi memilikiku, setelah kau puas mencicipi kenikmatan tubuhku maka kau akan dengan bermurah hati melempar ku seperti sampah." desakan air mata lagi-lagi lolos membasahi wajah Angel. Penampilannya sudah sangat berantakan, rambut acak-acakan, wajah basah akan air mata, Angel tampak mengerikan. Dia merasa seperti sedang digagahi oleh sekelompok manusia tak bermoral. William tersenyum pedih. "Apa aku serendah itu dimata mu Ella? Aku memang bukan lelaki baik tapi aku tidak pernah memanfaatkan tubuhmu hanya untuk membiasakan nafsu birahiku. Kau adalah wanita pertamaku, dan aku sangat mencintaimu." William menatap nanar wanita yang juga balik menatapnya, penilaian singkat Angel sangat melukai hatinya. Angel terdiam, rentetan kalimat lirih William begitu menusuk hatinya. "Liam.. ku mohon lepaskan aku. Biarkan aku menjalani hidupku dengan tenang, aku tidak sanggup lagi mengulang kisah bersamamu." Ujarnya dengan nafas tersendat karena tangisnya yang belum juga mereda. Dia sudah putus asa untuk lolos dari lingkaran hidup William yang selalu saja mengusik kenyamanannya. Deg deg deg!!! "Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi Ella?" William menyentuh lembut pundak Angel lalu memutar perlahan kearahnya. "Jawab aku?" tuntut William mengangkat dagu Angel dengan jari telunjuknya. Angel membalas pandangan sendu William, seumur hidupnya dia sama sekali tidak pernah melihat William memasang wajah menyedihkan seperti saat ini. Kebingungan mulai menelisik hatinya, mencoba meraba-raba kenyataan yang masih abu tak terlihat jelas. Apakah cinta itu masih ada? atau malah benci?. "Tidak, aku tidak mencintaimu lagi." akhirnya setelah berhasil lolos dari perang batin, Angel menyuarakan isi hati yang membelenggu dirinya saat ini. Perlahan tapi pasti, wajah William berubah mendung menahan hujan tangis. 7 tahun berlalu, hanya Angel yang mampu membuatnya bertahan sampai sejauh ini. Dengan seberkas harap, William rela menanggalkan semua keburukannya demi menggapai Angel kembali dalam pelukannya. Tapi siapa sangka, wanita yang masih saja bertahta dihatinya tak lagi menaruh rasa yang sama terhadapnya, jangankan cinta melirik pun Angel tak sudi. "Kau... Kau... berbohong bukan?" bisik William menggerakkan bola matanya mencari kejujuran di mata Kesya. Sekuat tenaga, Angel menahan diri untuk tidak menubrukkan dirinya di pelukan William. "Aku tidak berbohong, cinta itu memang sudah kandas." Ujarnya kemudian membalas tatapan William dengan menantang. Jantungnya berdebar kencang layaknya menabuh gendang. William tertawa sumbang, dia mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh di pipinya. "Aku juga sama hancurnya saat kehilanganmu Ella. Aku menghukum diriku sendiri selama 7 tahun lamanya, menangisi kebodohan ku yang sudah membiarkanmu pergi membawa luka. Tapi saat itu, aku sama sekali tidak punya pilihan, aku tidak menodaimu hanya karena nafsu tapi karena cinta. Kehilanganmu adalah ketakutan terbesarku, hanya kau yang bisa mengendalikan diriku. Aku sangat bergantung padamu, berada disisi mu adalah surga untukku. Meski awal cinta kita memiliki skenario buruk namun, ketahuilah cintaku tulus tanpa balas. Hingga hari ini, namamu tak pernah tersisih oleh siapapun. Kau tetaplah pemilik hatiku Ella, selamanya." William menangkup kedua sisi wajah Kesya, membuat pandangan mereka bertemu. Tidak ada lagi cara yang bisa dilakukan olehnya untuk meluluhkan kerasnya hati Angel yang sudah seperti batu. "Aku cukup terkesima dengan deklamasi mu, tapi kau harus tahu satu hal, yang sudah terlanjur rusak tidak akan bisa kembali utuh." Angel berucap datar melepas kasar tangan yang William yang bertengger di wajahnya. Dia segera beranjak dari tempat tidur memungut pakaiannya yang tergorok di lantai, rasa malu meluap seketika, dia lalu memakai pakaiannya meski William masih berada bersamanya. "Ella, meskipun kau menolak ku hari ini, aku akan tetap memperjuangkan mu sampai kau kembali mencintaiku." Ujar william sungguh-sungguh setelah berhasil lolos dari kebungkamannya. "Terserah padamu." Angel berucap dingin, sama sekali tidak berminat dengan kesungguhan William. Dia mengusap kasar wajahnya yang masih saja basah akan air mata. Tanpa menunggu lama lagi, dia segera beranjak keluar dari kamar pribadi William, meninggalkan pria itu yang menatap pilu kepergiaannya. Setiap langkah yang diambil oleh Angel begitu menyesakkan, wangi tubuh William yang menempel di bajunya membuat nafasnya memberat. Ada kerinduan yang tak kasat mata terselip dihati, terbungkus rapi oleh kemunafikan. Angel berlari ingin melanjutkan tangisnya di kamar mandi, pertemuan yang tak terduga dengan William berhasil mengorek kembali luka dan cinta yang sudah lama tenggelam. Di sisi lain, Elisabeth terlihat gelisah, dia berjalan mondar-mandir sambil sesekali melirik ke arah ruangan CEO. Sudah 4 jam lamanya Angel belum juga keluar dari sana, hari ini mereka ada meeting dengan seorang pengusaha dari Korea. Angel sudah terlambat 2 jam lamanya, ingin sekali dia menerobos masuk menarik wanita itu keluar dari sana namun, Elisabeth mengurungkan niatnya, dia masih sangat menyayangi pekerjaannya ini. Elisabeth tak henti-hentinya mengumpat seorang diri, kekesalannya sudah menggunung. Tiba-tiba pintu terbuka lebar, wajah Elisabet berbinar cerah melihat sosok yang sedari tadi di tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya. "Angel, kau dipanggil oleh....." Elisabeth menggantung perkataannya ketika melihat Angel pergi tanpa menoleh padanya, dia mengerutkan kening bingung melihat Angel berlari sembari menangis. Rasa penasaran langsung membuatnya mengikuti langkah Angel. Telinganya menangkap jelas suara Isak tangis dari salah satu bilik kamar mandi. "Angel?!" Elisabeth terkejut melihat tubuh Angel meluruh dilantai bersamaan dengan tangisnya yang menyayat hati. "Apa yang terjadi denganmu?" tanyanya kemudian mengguncang pelan pundak bergetar Angel. Angel tak kuasa tuk berucap, dia hanya menatap wajah Elisabeth sembari menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Air matanya juga berhenti menetes, rasanya begitu sakit, sulit tuk mengungkapkan dengan kata-kata. Tak ingin melanjutkan rasa keingintahuannya Elisabeth membawa tubuh Kesya kedalam dekapannya, menepuk-nepuk lembut punggung Angel untuk memberi ketenangan. Walau beribu tanya di benaknya, untuk saat ini lebih baik untuk menahan diri terlebih dulu. Sementara itu, William menatap kosong ranjang yang menjadi saksi percintaan mereka tadi. Meskipun harus semakin menambah kebencian Angel namun, rasa bahagia tak bisa disembunyikan olehnya. Setelah sekian lama , dia berhasil mengakhiri pencariannya, wanita yang dulu pernah hilang kini sudah berada di dekatnya. Dan siapa sangka, ternyata wanita itu adalah salah satu pegawai Handerson, benar-benar kenyataan yang tak masuk akal. Beruntung William menuruti perkataan ayahnya untuk segera kembali ke London, jika saja dia tahu bahwa Angel berada di London sedari dulu, William tidak akan menahan diri untuk tidak segera menemui wanita yang dicintainya. William membaringkan tubuhnya, mengusap lembut permukaan ranjang yang menyisakan wangi lavender menenangkan. Senyum manis terbit di bibirnya, mengingat betapa cantik wajah Angel yang memerah karena sentuhannya. "Aku kembali Angel, dan ini bukanlah kebetulan. Takdir yang menuntunku untuk bertemu lagi denganmu. Aku tidak akan pernah lagi melepaskan mu, tidak walau sedetik pun. Kalau dulu aku mendapatkan mu dengan cara kotor, maka aku juga akan melakukan hal yang sama kali ini. Sebab, Ella hanya milik Liam seorang, bagaimanapun caranya kau harus menjadi milikku lagi." Kali pertama baru gabung di aplikasi ini say.. Jadi, aku harap semoga suka yah dengan cerita ini.. Hihihi... Alurnya maju mundur kuy... Eitsss... Tidak ada parts dewasa disini,, kita bungkus rapi dengan majas lain Maaf yah... See you next chapter...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD