Thank You For Loving Me

1066 Words
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan mu Ella? Kenapa kau tiba-tiba berubah seperti ini." William menyelipkan kebingungan dalam nada suaranya. Angel memandangi seksama wajah gelisah William. "Begitulah takdir. Jika dia sudah berkehendak maka tidak ada yang bisa kita lakukan selain menjalaninya." "Apa kau sedang bermain tebak-tebakan denganku? Katakan dengan jelas, sebenarnya apa maksudmu." sudah dilanda kekesalan yang teramat sangat William tetap berusaha menjaga nada bicaranya. "Mengertilah Liam, kenapa sangat sulit bagimu memenuhi permintaan sekecil itu." suara Angel terdengar begitu frustasi. Wiliam tersenyum miring. "Permintaan kecil katamu? Apa kau tidak tahu bahwa permintaan kecil yang kau maksud itu begitu menyakiti hatiku? Aku bahkan tidak tahu alasannya mengapa hatiku begitu pedih saat kau menyuruh ku menjauh." lanjutnya kemudian. Tetesan air hangat kembali menghujani kedua pipi Angel. "Bukankah sudah pernah ku katakan jangan menaruh rasa lebih padaku? Kau tidak mengenalku Liam? Dan kau pun tidak boleh mengenalku." "Sebenarnya apa maksudmu? Tolong jangan membuatku bingung Ella!" William tak mampu lagi menyembunyikan amarahnya. "Pergi jauh dariku, itu maksud ku." meskipun nada dingin Angel itu tertuju pada William entah kenapa hatinya juga merasa tertusuk. "Berhentilah bergurau Ella, aku sedang tidak tertarik untuk itu." William sengaja mengalihkan pandangan dari wajah tangis Angel. "Aku minta maaf, tapi ku rasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi disini." setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Angel segera beranjak dari duduknya. "Kenapa? Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa kau punya penjelasan tentang seluruh pertanyaan yang bersarang di benak ku Ella?" suara parau William berhasil menghentikan langkah Angel. "Bukankah aku sudah menjawab seluruh pertanyaan mu? Lantas, pertanyaan mana lagi yang kini tengah kau persoalkan." Angel memiringkan kepala sedikit melirik ke arah William. "Pergilah, aku tidak akan menahan mu lagi. Tapi aku bersumpah, saat Surya sudah terbenam kau akan kembali padaku. Camkan baik-baik Ella, yang sudah ditandai William menjadi miliknya, selamanya akan tetap miliknya." William memberi penekanan pada setiap kata. Mengabaikan perkataan William, Angel melanjutkan langkahnya kembali. William tersenyum miring ketika melihat tubuh mungil Angel lenyap dari pandangan menyisakan bayangan yang kasat mata. Maaf kucing kecilku, tapi aku tidak akan pernah melepaskan mu, tidak sampai kapan pun. Saat kau terus saja berlari dariku maka saat itu pula aku akan terus mengejar mu. Dan kau Monica, aku akan membuat perhitungan denganmu dan juga ibumu yang b******n itu. Akan ku buat kalian berdua membayar mahal luka dan air mata Ella ku. Tunggu sampai uluran tangan ku bersambut. Robby yang baru saja berniat untuk memasuki ruangan kelas seketika mengurungkan niat saat melihat Angel turun dari tangga. "Kenapa lagi dengan dahi mu ini? Kenapa semakin bertambah parah?" ujarnya mengamati dengan seksama dahi Angel. "Ah ini, aku... baik - baik saja." walau berujar terbata Angel tetap berusaha menenangkan Robby dengan senyum manisnya. "Kau sangat pandai menutupi kebenaran Angel, membuatku cukup terkesima." Robby berujar sinis sengaja menyindir Angel. "Ayo masuk. pelajaran akan segera dimulai." Angel langsung saja mengalihkan topik pembicaraan ketika Robby menebak tepat sasaran. "Apa kau sama sekali tidak menganggap ku? Kenapa kau selalu saja menutupi semuanya dari ku. Aku pikir hubungan kita sekental darah namun, nyatanya kau hanya menganggap persahabatan kita sama seperti air. Dan aku cukup kecewa dengan kenyataan ini." setelah mengucapkan kalimat itu, Robby beranjak dulu memasuki ruangan kelas. Genangan air mata di pelupuk mata Angel berhasil membuang pandangannya mengabur. Samar-samar Angel menatap punggung lebar Robby yang sudah semakin menjauh. Maaf Robby, maaf sudah membuat mu kecewa. Kau salah jika berpikir bahwa hubungan kita yang seperti air ini sama sekali tidak berharga, karena pada dasarnya air jauh lebih berharga dari apapun, walau sederhana dan murah namun air memberi kehidupan bagi semua orang. Begitulah halnya dengan mu. Lamunan Angel buyar saat tangannya ditarik kuat. Dengan langkah terseok-seok, Angel berusaha menyamai langkah dua orang wanita yang kini menyeretnya. Langsung saja kepanikan melanda diri Angel saat kedua wanita itu membawa dirinya kedalam toilet. "Apa... apa yang kalian inginkan dari ku." dengan suara bergetar Angel menyuarakan ketakutannya. "Diamlah! Sebentar lagi dia akan datang." ujar salah satu gadis yang berambut pendek. Dan benar saja, tak butuh lama orang yang dimaksud kedua gadis itu mulai menampakkan diri. Kedua mata Angel menyipit mencoba memperjelas penglihatannya yang masih terhalang dengan gelapnya ruangan. "Mo...Monica?" ujarnya terbata. "Kenapa? Kau terkejut?" Monica mengukir senyum miring yang semakin membuat Angel ketakutan. "Apa... apa... yang... kau inginkan?" suara Angel semakin bergetar takut. "Hanya ingin memastikan saja, apa kau sudah menuruti perintahku?" tanpa permisi tangan Monica memilin-milin rambut Angel. "Aku...aku sudah melaksanakan perintah mu. Aku sudah... menyuruh William menjauh dari ku." Angel memejamkan kedua matanya rapat saat merasa tangan Monica melingkar di lehernya. Monica tersenyum miring. "Bagus, aku suka saat kau menuruti semua perintah ku." "Kalau begitu... a..apa aku sudah bisa pergi?" Angel berubah waspada saat mendapati kedua gadis yang di belakang tubuh Monica meringsut maju. "Tentu saja sayang, tapi.... setelah kau mendapat pijatan-pijatan kecil di seluruh tubuhmu." Monica memberi penekanan pada setiap kalimatnya. "Apa... apa maksudmu. Kau tidak... Kepala Angel mendongak paksa saat sebuah tangan menarik kuat rambutnya. Air mata lolos membasahi kedua pipinya. "Monica... tolong lepaskan rambutku. Aku sangat kesakitan, apa lagi yang kau inginkan. Aku sudah memenuhi perintah mu." nada bicara Angel begitu menyakitkan. "Tenang sayang, ini tidak akan lama. Aku akan melepaskannya setelah kau mendapatkan ini!" Monica menarik paksa tubuh Angel, ditenggelamkannya kepala Angel di dalam sebuah bak besar berisi air. Seperti gadis kesetanan, Monica melakukannya berkali-kali hingga Angel mulai kehabisan nafas. Dan di detik selanjutnya, Monica mendorong kuat kepala Angel hingga terbentur kuat ke tembok. "Goodbye sayang, salam pada ayahmu yang busuk itu!" desis Monica tajam lalu beranjak keluar bersama dengan kedua wanita yang menjadi saksi bisu kekejaman Monica. Kesadaran Angel perlahan-lahan mulai menghilang. Didera sakit yang luar biasa, d**a Angel semakin sesak takkala tidak mendapat oksigen dengan baik. Mencoba pasrah dengan keadaan, tubuh Angel langsung tergeletak lemah di lantai dingin. Hampir saja kelopak mata Angel tertutup rapat, tiba-tiba suara dobrakan pintu menyapa indera pendengarannya. Samar-samar penglihatannya menangkap sosok lelaki tampan dengan wajah khawatir. "Ella? Apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini? Ku mohon jangan tutup matamu, kita akan segera ke rumah sakit. Kau dengar aku, jangan tutup matamu." rentetan kalimat yang di penuhi ketakutan langsung menodong Angel. Dengan susah payah Angel mengusap pelan wajah lelaki itu. " Liam? Te....terimakasih sudah datang." Dan di detik yang selanjutnya kegelapan menggulung kesadaran Angel. "Tidak. Tidak. Tidak. Kau tidak boleh menutup matamu! Ella buka matamu! Aku bilang buka matamu!" Monica..... Ku bunuh kau! Terimakasih karena sudah mau baca kisah ini... Mohon dukungannya yah ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD