"Saya akan adukan pada papa saya!" Ia tentu mengancam lah. Si manajer kepegawaian hanya bisa menghela nafas. Ya sesuai prediksi lah. Pasti akan dilaporkan. Tapi ia diam saja. Membiarkan Sofia pergi. Cewek itu sudah jelas menghubungi papanya, tapi tak diangkat sama sekali. Ia dongkol. Sebetulnya, masih marah karena menurutnya papanya terlalu keterlaluan. Keterlaluan karena? Ya tentu saja soal yang ia anggap sebagai hukuman. Namun kali ini, ia tak bisa diam saja. "Mama di mana?" "Mama di apartemen kakakmu. Tumben menelepon mama. Kemarin-kemarin ke mana saja?" Ia menghela nafas. Kemarin-kemarin ia tersiksa sendirian di dalam apartemen. Mana mungkin ia memberitahu mamanya dengan kondisi mengerikan seperti itu heh? Mau taruh di mana juga mukanya? "Amerika?" "Ya di mana lagi kalau bukan di

