-Jadi dia!!-

1360 Words
Sati P.O.V "Dasar mahasiswi bandit! Gw jadi berantakan begini!" Begitulah yang ku katakan selama berjalan ke dalam rumah sakit. Banyak beberapa suster yang mengenal ku menyapa namun aku hanya menganggukan kepala saja sampai akhirnya langkah ku berhenti saat sudah sampai di kamar rawatnya Nia. Ada tiga sahabatku yang saat ini sedang mengobrol bersama Pak Dani dan Bu Kartika. "Assalamualaikum!" salamku. "Waalaikumsalam, ya allah Sati kamu dari mana aja? Ini sahabat kamu dari tadi udah panik lho kamu ga bisa di hubungin. Kata Ray juga temennya ga nemuin kamu di kampus. Kamu dari mana? Pulang sama siapa?" tanya Bu Kartika yang membuatku tersenyum. "Sati, rambut lo berantakan. Tangan lo merah. Lo kenapa, Sat?" tanya Erina yang semakin membuat ruangan ini ricuh. Akupun hanya tersenyum dan mengacungkan jempolku. "Gw gapapa kok. Sati gapapa, bu. Tapi tadi emang ga sengaja ketemu sama mahasiswi-mahasiswi semprul. Mereka kira Sati cari perhatian ke dosen muda padahal mah minat aja kagak. Jadi deh berantem dikit hehehe." jawabku sambil tersenyum. Bu Kartika mengelus rambutku dengan senyuman di bibirnya. "Terus lo pulang kesini sama siapa, Ti? Kok kata anak buah gw lo ga ada di parkiran?" tanya Ray. "Dia pulang dengan saya." Pandangan kami semua langsung mengarah ke pintu dan terlihatlah disana ada Pak Sena dengan tangan yang sudah membawa totte bag. "Sena? Jadi kalian pulang bersama? Wah kemajuan!" kata Pak Dani yang hanya membuat ku menggelengkan kepala pasrah. "Ya sudah, kalau begitu Sati mandi dulu ya." pamit ku. *** Pagi ini aku terbangun dengan keadaan lelesu. Lemah, Letih, Lesu. Aku bisa melihat Nia yang masih tertidur, syukurlah keadaannya sudah sangat membaik. Tinggal nanti siang saja aku harus menunggu persetujuan dokter untuk membawa Nia pulang. Aku langsung bersiap ke kampus. "Sati, kamu sudah siap?" tanya seseorang. Aku menengok dan menemukan Pak Sena dengan kaos polo abu-abu dan celana panjang hitam nya. Dia membawa dua cup pop mie lalu memberikan salah satunya kepada Pak Dani. "Sudah, pak." jawabku. "Ya sudah nih makan dulu!" kata Pak Sena memberikan pop mie di tangannya. "Ga usah pak itu kan punya bapak. Biar saya beli saja ke bawah. Saya tidak bisa makan mie pagi-pagi. Takut sakit perut nantinya." jawabku. Pak Sena langsung mengambil ponselnya dan dia berdiri di ambang pintu. "Ayo kita berangkat!" ajaknya. Aku mengangguk dan langsung mencium kening Nia. "Pak Dani, saya titip Nia ya pak. Saya usahakan langsung pulang nanti." ujarku. "Slow aja Sati justru saya senang karna Lolyt jadi punya teman disini." kata Pak Dani yang membuatku tersenyum. Aku langsung menghampiri Pak Sena, kami pun berjalan keluar dari rumah sakit untuk menuju basement. "Tunggu, kamu masuk duluan ke mobil saya. Ini kuncinya!" kata Pak Sena. Tanpa banyak tanya, aku menganggukan kepala dan mengambil kunci itu. Saat aku membuka pintu mobil honda city sunroof edition silver ini, aku bisa mencium wangi kopi yang bercampur dengan mint didalam mobil ini. Aku langsung duduk di kursi penumpang di belakang lalu memejamkan mataku. Saat mulai terlelap, aku mendengar pintu pengemudi terbuka. "Hey nona apa kamu kira saya itu supir pribadi hmm? Pindahlah ke depan!" kata Pak Sena. Saat mulut ku mulai terbuka, bibir ku terpaksa kembali menutup ketika Pak Sena mulai mengatakan kalimat yang selalu dia banggakan. "Tidak menerima penolakan. Pindah!" katanya. Sambil menghela nafas, aku langsung pindah ke sebelah Pak Sena. Dia langsung mendekatkan tubuhnya yang sontak saja kelakuannya itu membuatku terkejut apalagi ketika aku bisa merasakan hembusan nafasnya mengenai pipi ku. Mata ku bisa melihat tampangnya yang ku akui tampan. "Nah udah deh!" katanya yang membuat ku tersadar, ternyata dia hanya memasangkan seat belt. "Nih, makan!" katanya dengan memberikan seporsi makanan didalam sterofoam. Saat aku membukanya ternyata ada bubur ayam, tentu aku tersenyum dan mulai memakanbubur yang diberikan Pak Sena. "Pak Sena apa kenyang makan pop mie begitu?" tanya ku dengan sesekali melahap sesendok bubur. "Kurang sih tapi gapapa kok saya dulu juga biasa begitu waktu jaman kuliah." jawabnya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengangkat sendok dan memberikannya kepada Pak Sena. "Kamu nyuapin saya?" tanyanya yang ku jawab anggukan. "Tapi kalo bapak keberatan ya gapapa mungkin saya akan pakai sendok di tas saya yang kemarin saya bawa dari kantin, tenang aja bersih kok." ujarku. "Ga perlu, saya ga keberatan." katanya dengan tersenyum. Dalam sekejap, mata ku terpaku tatkala melihat senyuman di wajah Pak Sena. Ada apa ini? Kenapa rasanya aku sangat senang ketika melihat senyuman di wajah Pak Sena? Damn! Apa aku mulai menyukainya? "Sati? Hello? Kenapa kamu?" tanya Pak Sena yang membuatku tersadar. "Gapapa, cuman mikirin nanti aja di ruang yayasan. Kira-kira ketua yayasan galak ga ya pak?" tanya ku ngaco. Ya sebenarnya ini hanya pengalihan agar dia tidak melihat pipi ku yang mulai memerah. "Tenang aja, ketua yayasan kampus kamu itu ga galak kok malah katanya ya ganteng loh. Mungkin nanti dia suka sama kamu terus malah jadi mau nikahin kamu." kata Pak Sena yang membuatku tertawa. "Ada-ada aja. Pasti ketua yayasan udah tua. Saya ga mau ah kalo udah tua gitu nanti anak saya lahiran dia malah masuk kuburan lagi!" ujar ku. "Kalo ternyata itu saya gimana?" Deg!! Aku langsung menatapnya dan beberapa detik kemudian Pak Sena tertawa dengan terbahak-bahak. "Bercanda." ujarnya. Akhirnya mobil yang di kendarai Pak Sena memasuki area parkiran didepan gedung pengurus universitas. Kamipun turun dari mobil dan disambut banyak tatapan dengan berbagai ekspresi para mahasiswa-mahasiswi disini namun kami memilih tidak menanggapi tatapan mereka. Pak Sena menggenggam tanganku yang membuat ku terkejut namun rasanya tanganku ini lemas sehingga tidak sanggup untuk melepaskan genggaman tangannya. Saat kami sampai didepan ruang ketua yayasan, mataku menangkap para mahasiswi yang kemarin menyerangku. "Kalian bisa masuk sekarang, silahkan!" kata Pak Sena yang dengan santai membuka pintu dengan tangan kanannya yang masih menggenggam tanganku. Tepat ketika kaki ku melangkah memasuki ruangan ketua yayasan, mata ku terbelalak ketika melihat foto ketua yayasan ini. Begitupula dengan para mahasiswi lainnya. "P-pak Sena? Bapak ketua yayasan?" tanya ku. "Iya, saya ketua yayasan universitas ini nona jadi jangan bilang saya tua karna saya masih tiga puluh tahun!" katanya yang membuatku meringis mengingat tadi aku mengatakan kalau ketua yayasan sudah tua. "Baik tanpa banyak basa-basi, biasanya saya akan menyuruh mahasiswa yang memiliki masalah untuk menyelesaikannya dengan rektor tetapi karna kali ini menyangkut kehormatan sahabat saya, tentu saya sendiri yang akan menyelesaikannya. Jadi kamu, bisa jelaskan dari awal apa permasalahan kalian?" tanya Pak Sena menunjuk mahasisi dengan bibir menor yang kemarin memanggilku jalang. "Inti permasalahannya Sati sombong dengan bilang dia paling pintar ketika sahabat saya menasehatinya dia langsung mendorong sahabat saya sampai dia jatuh." kata mahasiswi itu. "Benar begitu saudari Sati?" tanya Pak Sena yang ku jawab gelengan. "Pak, area parkiran fakultas hukum kan ada CCTV, jika diizinkan saya rasa saya akan memperlihatkan vidio di jam yang dimaksud." ujarku santai. Para mahasiswi itu tentu memelototkan matanya dan menggelengkan kepala. "Ga bisa lah, ya kali lo mau bolak-balik ke ruang cctv. Ribet!" kata mahasiswi dengan bibir menor. "Iya lagian kan lo ga bisa ngejadiin cctv sebagai alat yang sah!" kata salah satu mahasiswi yang kemarin menjambak rambutku. Bibirku langsung tersenyum dan menggelengkan kepala. "Pantesan ngatain gw sok pinter. Kapasitas otak nya aja limited edition! Sesuai dengan UU No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Pasal 1 angka 1 dan angka 4 yang sebagai alat bukti sah sesuai hukum acara yang berlaku. Jadi gw rasa ga ada alasan kalian bisa nolak bukti di cctv. Selain itu juga Pak Sena adalah ketua yayasan, tentu dia memiliki hak untuk meremote cctv disini. Pak Sena bisa melihat cctv tanpa harus ke ruang cctv di fakultas hukum kali. Gitu aja ribet!" ujarku sinis. Pak Sena tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Baik, saya akan mengecek CCTV di area parkiran gedung fakultas hukum." kata Pak Sena. Aku bisa melihat raut tegang dari para mahasiswi ini dan ketika terdengar ada suara dari mahasiswi berbibir menor yang kemarin memanggilku jalang, aku pun tersenyum puas karna akhirnya kebusukan mereka terungkap. Aku bisa melihat Pak Sena menatap tajam para mahasiswi ini dan dia menghela nafasnya. "Jika kalian hanya melakukan k*******n mungkin saya akan memberikan kalian hukuman skors. Tapi kalian membuat laporan palsu, dan pencemaran nama baik juga. Jadi setelah menimbang-nimbang semua laporan yang ditujukan kepada kalian, hukuman tyang akan kalian dapatkan adalah saya selaku ketua yayasan dari kampus ini mengeluarkan kalian dari Universitas Merdeka." kata Pak Sena yang membuatku terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD