-Kantin-

1016 Words
Sati P.O.V "Sekarang kamu sudah tau bukan siapa saya?" Aku menengok kepada Pak Sena saat mendengar suaranya. Lidah ku kelu untuk menjawab pertanyaan darinya sehingga kepalaku hanya bisa mengangguk saja. "Jangan beritahu siapa-siapa. Saya tidak mau kedudukan saya mempengaruhi kamu." kata Pak Sena. "Ga minat ngasih tau juga?" jawabku cuek setelah bisa menangani keterkejutanku. Setelah para mahasiswi yang bermasalah dengan ku pergi, Pak Sena menyuruhku menunggu di ruangannya sedangkan dia fokus mengerjakan sesuatu di laptop. Namun tetap saja aku merasa kesal karena sebentar lagi aku akan masuk ke kelas. "Ada keperluan apa sebenarnya ya pak? Saya akan ada kelas sebentar lagi." ujarku. "Oh maaf, saya lupa harus mengantar kamu. Ayo!" ajaknya yang ku jawab gelengan. "Ga usah. Saya jalan aja. Ga mau nanti jadi topik pembicaraan kayak kemarin. Kalo kemarin saya lagi hoki, kalo kali ini belom tentu." jawabku menolak ajakannya. "Ga usah takut. Saya yang bakalan ngelindungin kamu." kata Pak Sena. "Ga. Saya ga mau bergantung sama orang lain. Saya bisa sendiri." ucapku. Tanpa mendengar balasan darinya, kaki ku melangkah dengan cepat keluar dari gedung pengurus kampus dan berjalan ke gedung fakultas hukum. Tin! "Sati! Sini bareng sama gw!" ajak seseorang. Aku menengok dan menemukan Ray dengan motornya. "Untung aja, buruan ya gw ada kelas bentar lagi!" pintaku. "Iya sabar! Naik aja belom udah nyuruh buruan. Ayo naik!" kata Ray. *** Kepala ku tertelungkup di atas meja, saat ini aku berada di kantin dengan diiringi suasana yang ricuh aku memilih untuk menelungkupkan kepala ku diatas meja karna merasa jengah untuk mendengar banyak omongan mahasiswa disini. "Neng Sati, nih neng pesenannya! Mie ayam bakso pangsit, kwetiaw bakso, sama es teh manis." kata ibu kantin mengantarkan pesananku. "Makasih ya bu." jawabku. "Eeuumm, neng! Ini teh kamu mau makan sendirian dua porsi begini?" tanya Bu Kantin yang ku jawab anggukan. "Saya harus jaga adik saya di rumah sakit bu. Jadi biar ga naik turun mending saya kenyangin perut disini." ucapku. "Okay lah kalo begitu. Totalnya jadi lima puluh ribu neng!" kata Bu kantin yang langsung ku berikan uang lima puluh ribuan. Akupun mulai melahap mie ayam bakso pangsit yang ku pesan sampai tiba-tiba seseorang duduk disebelahku. Aku menengok dan membelalakan mataku. Damn! Sudah berapa kali aku kaget di hari ini? Apa perlu hari ini ku juluki sebagai hari kagetan? "Kenapa mata kamu? Kok kayak mau keluar begitu?" tanya seseorang disampingku. "Gapapa." jawabku singkat. Orang disebelahku tanpa aba-aba langsung mengambil kwetiaw pesananku dan memakannya. "Astaga, pak! Saya mau makan itu juga wahai Bapak Fusena!!" kata ku gemas. "Saya udah laper banget hehehe mumpung udah ada depan mata jadi saya makan ya. Kamu pesan lagi aja nanti kalau masih lapar, biar saya yang bayar!" seru Pak Sena yang berhasil membuat mataku berbinar. "Deal!" ucapku. Kehadiran Pak Sena disebelahku tentu membuat banyak mahasiswa menatap kami berdua, bahkan banyak yang menggunjingku dengan banyak tuduhan. Ada yang mengira aku mendekatinya, aku menggodanya, bahkan ada yang mengira kami pacaran. Kenapa banyak orang yang selalu mengurusi hidup orang lain sih? Padahal hidup nya aja masih semrawut kok mereka malah ribet banget ngurusin hidup orang. "Kamu kenapa?" tanya Pak Sena. "Gapapa." jawabku singkat. Kami melanjutkan makan kami tanpa memperdulikan sekitar sampai akhirnya aku tersedak ketika seseorang berteriak dengan kencang memanggilku. Dari suaranya, aku sangat mengenali suara ini. "SATI!!!!" Aku menengok dan ternyata benar, ini suara milik sahabatku Isyana. Aku hanya bisa mengangkat tangan dan dia pun berjalan ke arahku. "Gila susah banget gw nemuin lo, nih kantin FH emang selalu jadi lautan manusia apa ya? Eh ada Pak Sena, maaf pak mengganggu waktu makannya." kata Isyana. "Gapapa kok, eeuumm saya rasa saya mau ajak sahabat saya makan disini. Boleh?" tanya Pak Sena meminta izin. "Boleh kok pak, silahkan saja." jawab Isyana. Sahabat ku ini akhirnya beranjak sebentar untuk memesan makanan. Tiba-tiba suasana kantin menjadi hening. Ada apa ini? Berbanding terbalik banget dengan suasana tadi. Apa ada yang datang? "Ssst! Tumben banget Pak Adi ke kantin." "Gila calon suami gw ganteng banget!" "Gila rejeki nomplok banget gw bisa ngeliat Pak Adi sama Pak Sena berbarengan." Begitulah yang ku dengar dari para mahasiswa. Oh ternyata Pak Adi yang datang, aku sudah tidak aneh karna disini ada Pak Sena yang notabene nya sahabat dari beliau. "Oy, Sen! Tumben lo ke kantin, ngapa?" tanya Pak Adi. Hmmm sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku. "Gw nemenin calon gw makan disini, nih di sebelah gw!" kata Pak Sena yang membuat ku sekali lagi tersedak. Uhuk! Uhuk! "Dosen semprul. Dikira gw mau kali ya, eh tapi ga mau nolak deh ganteng gini." batin ku. "Eh kamu disini ternyata, Sati. Saya ga ngenalin kamu. Jadi kalian ada hubungan?" tanya Pak Adi. "Eng--" baru saja aku mau menjawab justru aku mendengar suara Isyana yang terlihat kaget dengan pertanyaan Pak Adi. "WHAT? JADI LO SAMA PAK SENA JADIAN? KAPAN ANJIR SATI????" tanya Isyana heboh. Aku hanya bisa menepuk keningku karna merasa suara sahabat ku ini cukup kencang terbukti dengan beberapa mahasiswa yang langsung menatap meja kami. "Enggak!" bantah ku. "Iya, saya dan Sati pacaran dan kami akan segera bertunangan." kata Pak Sena. "Kagak anjir! Pak jangan ngadi-ngadi!" bantah ku. Aku bisa melihat banyak mahasiswi yang mulai menatap sinis ke arah ku dan ada juga yang mulai berbisik-bisik. "Ah terserah lah saya males nanggapinnya." ujarku kesal. Aku langsung berdiri dan meninggalkan kantin dalam keadaan hati dan mulut yang ingin berkata kasar. Kaki ku melangkah ke parkiran, aku mau ke tempat yang belum banyak di ketahui mahasiswa di kampus ini. Sebuah hutan kecil di bagian belakang kampus. Aku langsung saja menjalankan motor ku yang sudah benar ke tempat terpencil itu. Hanya memakan waktu enam menit, motor ku sudah sampai di tempat yang ku maksud. Sebuah hutan kecil yang cukup rindang, tidak banyak yang tau kalau didalam hutan ini sangatlah menyenangkan karna ada ayunan yang membuat orang yang menaikinya dapat melihat pemandangan yang indah. Saat sedang asik menaiki ayunan, aku bisa merasakan ada seseorang di dekat sini. Kepalaku menengok ke kanan-kiri untuk mencari dan memastikan apa yang aku rasakan ini benar atau tidak. Tapi aku tidak menemukan siapa-siapa. Apa mungkin ada hantu disini? Tapi tidak mungkin, aku sering kesini dan tidak terjadi apa-apa. Lantas siapa yang berada di sekitar ku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD