-Siapa Sena?-

1426 Words
Sati P.O.V Melihat tatapan yang terbesit di mata Pak Sena sontak membuat ku bergidik ngeri. Ada apa dengan dia sebenarnya? Apa karna aku sempat menolak usulannya makanya dia marah? Ah tapi itu terllau konyol jika dia marah karna masalah yang sangat sepele. Saat sedang asik memperhatikannya, ada senggolan ditanganku. Ternyata Nia. "Ka, itu siapa?" tanya Nia polos dengan suara yang cukup kencang. Dia menunjuk Pak Sena. Merasa dirinya ditunjuk, aku bisa melihat senyuman di wajah Pak Sena yang membuat aura mengerikan yang tadi ada pada dirinya menghilang dalam sekejap digantikan dengan aura yang tenang. "Hallo! Saya dosen kakak kamu, tapi mungkin segera saya menjadi kakak ipar kamu." kata Pak Sena yang membuat ku terdiam begitu juga dengan Ray, Bu Kartika, Pak Dani, dan Lolita. Mereka semua terdiam mungkin sama terkejutnya denganku mendengar perkataan Pak Sena. "P-pak, jangan ngomong aneh-aneh. Nia masih kecil." ujarku gugup. "Nia tau gak kakak ipar itu apa?" tanya Pak Sena yang dijawab gelengan polos Nia. Aku yang melihat Nia menggelengkan kepala hanya bisa menepuk keningku merasa sebentar lagi pasti dia akan banyak bertanya. "Jadi gini Nia, kakak ipar itu pasangan dari kakak kamu. Nih misalkan Nia kan punya kakak namanya Sati, nah Ka Sati menikah sama Ka Sena berarti Ka Sena itu kakak iparnya Nia." kata Pak Sena yang hanya dijawab anggukan Nia singkat. "T-tapi om bukannya sudah menikah? Nia mau nya kakak ga nikah aja biar bisa temenin Nia terus." kata Nia yang berhasil membuat Ray tertawa sampai terbahak-bahak. "Om ga tuh hadeuh! Maaf ya Pak Sena, kadang anak-anak jujur lho kalo ngomong." kata Ray yang membuat Pak Sena menatapnya tajam. "Jomblo harap diam. Kamu aja serong ga usah ngomong begitu ke saya." kata Pak Sena yang akhirnya membuat Ray berhenti tertawa. "Saya masih normal kali pak. Cuman emang sahabat saya yang paling bener ya tiga cewek doang sisanya kayak fir'aun semua." kata Ray. "Sudah! Kalian ini baru aja tadi tenang malah ada keributan lagi. Sena, bercandaan mu itu lho mas ga suka ah. Kamu jangan begitu sama anak kecil, kalo mau langsung ke kakak nya aja biar langsung dapet." kata Pak Dani yang awalnya ku kira netral ternyata malah berpihak ke Pak Sena. "Mas, sudah jangan diteruskan. Kasian Nia malah bingung tuh." kata Bu Kartika yang dijawab anggukan suaminya. "Iya deh iya tapi kan mas cuman berharap aja kalo Sena bisa dapat jodoh sebaik Sati, langsung deh mas suruh dia berhenti jadi dosen biar urus perusahaan aja." kata Pak Dani yang tidak mau ku ambil pusing. "Eeeuummm, Sati? Kamu besok mau masuk kuliah?" tanya Bu Kartika. "Iya, bu. Kalo kelamaan ga masuk ga enak sama dosen apalagi yang itu tuh, gahar!" jawabku sambil menunjuk ke Pak Sena yang saat ini berada diluar kamar rawat. Dia sedang duduk di ruang tunggu bersama Pak Dani dan Ray. "Hahahaha! Sena tuh bukannya gahar sebenernya. Dia emang sifatnya dingin begitu tapi saya rasa kalau sama kamu ga akan kok." kata Bu Kartika yang membuatku bingung. Kok bisa? "Emangnya ada apa bu dengan saya?" tanyaku. Bu Kartika tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dia berdiri dan mengelus rambutku lalu kembali duduk. "Bukan hak saya untuk memberitahu kamu. Lagipula perasaan Sena masih belum menentu jadi belum saatnya." kata Bu Kartika yang ku jawab anggukan. Hari sudah semakin sore, matahari mulai tenggelam tapi rasanya ruang rawat ini tetap cerah mengingat ada beberapa orang didalam kamar rawat 303 yang kami tempati. "Sati, kenalkan ini teman-teman saya. Hey kalian! Hormati gadis ini, jangan ada yang aneh-aneh kepadanya. Dia adik saya!" kata Pak Dani yang membuatku terkejut sedangkan Bu Kartika tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Wah, sabi kali Dan kalo mau saya persunting. Neng, orang Jakarta asli?" tanya salah satu teman Pak Dani. Ya kalian benar! Beberapa tentara datang ke kamar rawat ini untuk menjenguk Lolyt. Kebanyakan dari mereka masih lajang, ada juga yang masih baru salah satunya ya yang tadi bertanya kepadaku. Aku hanya bisa menganggukan kepala ku dan kembali fokus dengan Nia yang masih tertidur. "Kalian jangan macam-macam. Saya ga mau adik saya dapat cowok sembarangan!" kata Pak Dani tegas. Entahlah, apa aku harus merasa beruntung atau justru bingung. Secara tiba-tiba Pak Dani dan Bu Kartika menetapkan ku sebagai adiknya juga. Apa ada yang aneh? Atau karna Pak Sena? Tapi aku rasa tidak mungkin! *** Pagi ini aku terbangun setelah semalam tidak bisa tidur nyenyak di ruang rawat ini. Dan disinilah aku sekarang, didepan gedung fakultas ku. Aku yang membawa tas kecil berisikan buku dan beberapa alat tulis dan make up pun menjadi pusat perhatian dan tentu saja aku bingung. Apa yang salah? "Astaga Sati!!!" panggil seseorang, hmmm dari suara nya aku kenal nih! Dengan segera aku mengedarkan pandangan ku dan akhirnya ketemu! Tidak salah tebakanku, ini suara salah satu sahabatku, Isyana. "Apa, Na?" tanya ku seraya melihatnya berjalan menghampiriku. "Gila tuh mata! Udah bener-bener mirip mata panda oy!!! Lo ga tidur?" tanyanya yang hanya ku jawab anggukan. "Gw ga bisa nyenyak. Emangnya hitam banget ya?" tanyaku kembali. "Iya weh! Udah kayak zombie!!! Ayo ikut gw!!" ajaknya sambil menarik tanganku. Kami berjalan ke perpustakaan, Isyana membuka tas ku dan aku bisa melihat tatapannya yang seperti kebingungan. "Lo ga bawa make up?" tanya nya. "Bawa kok. Itu ada bedak, sama lipbalm." jawabku santai. Isyana menepuk keningnya dan menatapku dengan tatapan yang tidak ku mengerti. "Lo sebut ini make up? Seriously Sati? Ini mah cuman perintilan make up doang! Udah sini lo menghadap ke gw!" katanya. "Ga! Gw ga mau nanti pasti lo dandanin gw menor!!" tolakku. "Kagak. Pokoknya lo harus percaya sama gw, gw ga mau ta sahabat gw kayak mayat hidup. Sini!" kata nya gemas. Aku menghela nafas dan menuruti kemauan sahabatku yang satu ini. Dengan segera, aku memejamkan mata hmmm lumayan buat tidur sebentar. "Lo tidur aja gapapa nanti kalo beres, gw bangunin." katanya yang ku jawab anggukan. Hembusan hawa dingin dari AC dan wangi buku-buku disini membuatku nyaman dan mulai tertidur. Ya walaupun tidak nyenyak tapi gapapa deh lumayan pengisian energi. Aku bisa merasa kalau Isyana me-make over ku selama dua puluh menit dan dia langsung menepuk pundakku pelan agar aku bisa terbangun. "Nah kalo gini kan cakep lo lebih seger!!" kata Isyana dengan senyuman di bibirnya. Aku menyalakan kamera di ponsel dan terkejut melihat hasilnya. Astaga! Apa ini aku??? "Asli ya, Na!!! Bibir gw ngapa jadi merah banget kayak abis makan orok begini astaga!!" ucapku histeris melihat bibirku yang kini terlihat full dengan lipstick. "Astaga lo bilang segitu menor? Yang natural menurut lo kayak gimana sebenernya, Sati???" tanya Isyana yang gemas dengan ku. "Hehehehe! Sorry, babe. Tapi menurut gw, bibir gw terlalu merah. Boleh gw hapus sedikit?" tanyaku kembali yang membuat Isyana menghela nafas dan menganggukan kepalanya. Aku langsung mengambil tisu dan menjepitkannya diantara bibirku agar tidak terlalu merah. Setelah ku rasa cukup, Isyana tersenyum dan dia mengacungkan jempolnya. "Nah ini nih yang gw suka kalo ngedandanin lo. Ga di hilangin lipsticknya." kata Isyana dengan tawa yang keluar di bibirnya. Aku melihat ke sekitar dan tatapan ku tertuju pada seseorang di depan pintu perpus, Pak Sena. Apa perlu aku menghampiri nya? "Sat? Lo ngeliatin apa sih dari tadi?" tanya Isyana. "Gw mau mastiin, lo tau ga sih siapa Pak Sena sebenernya?" tanya ku balik. "Hmmm selalu begitu. Tumben lo kepo tentang Pak Sena. Lo suka ya??" goda Isyana yang hanya ku jawab dengan gelengan kepalaku. Aku menghela nafas dan mulai menceritakan aktivitas ku kemarin di rumah sakit dan ketika masuk ke bagian Pak Sena memberikan perhatian kepadaku, Isyana membelalakan matanya dengan mulutnya yang tercengang. "Asli dia ngasih perhatian ke lo? Really??? Bukannya dia itu dingin ya, kok ngaish perhatian sama lo? Astaga bestie, lo beruntung banget bisa diperhatiin dia!" kata Isyana. "Y-ya iya sih tapi gw agak risih kalo dia nya begitu. Udah gitu ya sekarang Bu Kartika sama Pak Dani nya juga ikutan agak posesif. Kayak kemaren tuh, adek letting nya Pak Dani jenguk Lolyt dan lo tau? Pak Dani negasin kalo gw adik mereka jadi mereka ga ngebolehin juniornya itu macem-macem ke gw. Astaga, Na! Gw bingung mau bahagia karna akhirnya gw dapet kakak atau kesel karna di atur begitu!" ujarku gemas. "Wait, lo tau nama lengkapnya Pak Sena?" tanya Isyana. "Euuummm seinget gw Fusena Gumilar Ganendra deh apa kebalik ya? Ah ga tau deh pokoknya tiga nama itu aja!" jawabku. "Lo seriusan? Seinget gw ya, ada perusahaan yang nama pemiliknya itu keluarga Gumilar. Hmmm menurut lo mungkin gak sih Pak Sena itu salah satunya? Karna kalo gw perhatiin ya banyak mahasiswi yang ngeidolain dia, ya biar kata itu dosen muka sama sifatnya dingin kayak kulkas 80 pintu sih." ujar Isyana. Apa benar begitu? Tapi kenapa ya aku malah penasaran dengan dosen itu? Siapa Pak Sena?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD