-Kunjungan-

1029 Words
Sati P.O.V Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang, kini keadaan Nia sudah membaik hanya saja nafsu makan nya maish kurang dan demamnya sesekali sering naik pesat. Tok! Tok! Tok! Beberapa kali ketukan dipintu dilanjutkan dengan bunyi decitan pintu dari kamar ini. Ternyata ada Bu Kartika dan seorang lelaki berseragam loreng memasuki kamar ini. "Gimana Sati? Apa Lolita rewel?" tanya Bu Kartika yang ku jawab gelengan. "Ga rewel kok, bu. Tadi setelah makan dia langsung tidur. Kayaknya capek."ujarku. Bu Kartika tersenyum dan meletakan tas jinjingnya. "Mas kenalkan, ini namanya Sati. Dia yang dari tadi menjaga anak kita. Sati, kenalkan ini suami saya. Namanya Dani. Dia dinas di Bandung makanya dia baru bisa datang sekarang." kata Bu Kartika. Aku hanya bisa menganggukan kepala ku dengan sedikit tersenyum setelah itu barulah aku kembali ke sisi kanan Nia. "Ka, Nia laper deh. Kakak ada cemilan gak?" tanya Nia. "Nia mau cemilan? Yaudah kakak turun dulu ya kalo begitu. Bu Tika, titip Nia sebentar ya." ujarku sambil memasukan dompet ke saku celana yang ku pakai. Kaki ku langsung berjalan keluar dari kamar rawat, memasuki lift, dan setelah sampai di lantai lobby, aku segera berjalan ke Indomart. Saat aku melirik ke parkiran, mata ku mendelik saat melihat seorang laki-laki dengan kemeja merah maroon dan celana bahan hitam nya memasuki lobby rumah sakit. Sepertinya aku mengenal dia wait! Aku mulai mengingat-ingat setiap orang yang pernah ku temui dan akhirnya aku mengingat siapa laki-laki itu. Dia kan Pak Sena! Dosen di kampus. Ada keperluan apa dia kesini? Tanpa memperdulikan rasa keingintahuan ku, aku melanjutkan langkah ke indomart dan membeli beberapa camilan seperti roti, mie cup, biskuit, tiga botol satu liter air putih, dan minuman mansi yang di botolan. Setelah membayar, aku langsung keluar dari Indomart dan tanpa sengaja mata ku kembali melihat Pak Sena dan kali ini dia bersama dengan Raynar. "Ray!!" panggilku yang membuat Raynar langsung menengok dan tersenyum. Ditangannya aku bisa lihat ada pesananku berupa kasur lipat. Dia langsung menghampiri ku berbarengan dengan Pak Sena. "Lho? Pak Sena? Ngapain bapak kesini?" tanya ku bingung. "Kamu tau saya?" tanya Pak Sena balik yang membuatku hanya memutarkan bola mata ku kesal. Nih orang kenapa coba? Ditanya bukannya jawab malah balik nanya. "Yaiyalah kan anda dosen di fakultas masa iya saya ga kenal siapa anda." jawabku yang hanya membuatku tersenyum sekilas dan aku akui, dia sangat tampan! "Oh iya saya kesini karna mau jenguk adik kamu. Kan kamu tadi izin ke saya juga jadi ya sekedar memastikan kalau izin yang kamu berikan itu karna benar adanya." kata nya yang akhirnya membuatku kesal dan memilih untuk berjalan mendahului mereka. "Gimana keadaan Nia?" tanya Ray saat kami sudah berada didalam lift. "Udah membaik tapi ya gitu deh, panas nya sering naik turun. Gw agak ngeri takutnya keadaannya malah jadi parah kalo di rawat jalan. Makanya dokter nyaranin rawat inap." ujarku. "Oh begitu yaudah lah nanti malem kalo emang lo ga bisa jaga biar gw sama bocah gw aja yang disini. Lo besok harus kuliah nanti lo ketinggalan matkul kalo terus-terusan jaga." kata Ray yang hanya ku jawab anggukan. "Thanks tapi gw bisa kok jaga sendiri. Di kamar Nia juga ada pasien lain namanya Lolita. Kasian deh tangannya patah jadinya dia harus di operasi gitu." ujarku. "Tunggu! Lolita? Euummm nama ibu nya Kartika?" tanya Pak Sena yang membuatku terdiam. Bagaimana dia tau? Apa dia suaminya Bu Kartika? Tapi kan tadi udah ada Pak Dani. "I-iya. Kok bapak tau? Bapak kenal?" tanya ku yang dijawab anggukan Pak Sena. "Tentu, dia kakak sepupu saya." jawab Pak Sena yang membuatku terpelongo. "Lah kok bisa kebetulan banget ya, ga nyangka ternyata tetangga adek lo itu keponakannya Pak Sena." kata Ray. Aku pun hanya bisa menganggukan kepala dan kembali berdiam diri sampai akhirnya pintu lift terbuka di lantai 3. Kami segera masuk ke lorong ruang Lily dan masuk ke kamar nomor 3. Saat pintu terbuka, aku bisa melihat Nia dan Lolita yang saat ini sedang mengobrol. Bu Kartika sedang menonton tv sedangkan Pak Dani sedang tertidur di sofa yang ada. "Lho? Sena? Kok kamu disini?" tanya Bu Kartika saat melihat Pak Sena datang. "Iya mbak, Sati itu mahasiswi yang saya ajarr jadinya tadi pas dia izin saya mau mastiin apa benar dia izin karna adiknya sakit atau bukan." jawab Pak Sena yang langsung mendatangi Lolita dan memeluknya. "Om Sena! Om harus kenalan sama temennya Lolit. Ini namanya Nia. Tadi kami habis ngobrol om, seru deh!" kata Lolita dengan senyuman lebar dibibirnya. "Iya dong. Oh iya Sati, yang itu ga dikenalin?" ucap Bu Tika dengan tangan menunjuk Raynar. "Eh iya bu, ini Raynar. Dia sahabatnya Sati. Ray, letakin kasur nya disana aja!" kata ku yang membuat Ray tersenyum dan langsung meletakan kasur lipat di sisi kanan Nia. "Mbak, Sati kan maish kuliah kalo misal besok dia harus kuliah apa mbak keberatan untuk menjaga Nia?" tanya Pak Sena yang membuatku tercengang. Ngapa dia yang jadi urus perihal Nia? "Eh ga usah, bu. Pak Sena ini ada-ada aja. Tenang aja, Ray dan teman saya ada yang bisa kok untuk jaga disini." kata ku menanggapi omongan Pak Sena. "Setidaknya nanti anak buah sahabat kamu malah ketinggalan pelajaran. Kamu mau memangnya kalau nanti kegagalan anak buah Ray karna kamu? Kalo tidak mau, mending percayakan Nia pada mbak dan mas saya. Gitu aja kok repot." tanggap Pak Sena yang hanya membuatku menatapnya kesal. Arogan banget sih! "Cukup! Kok kalian berdua malah jadi ribut begini. Udah begini saja, Nia akan menjadi tanggung jawab kami kalau Sati kuliah. Itu keputusan final nya. Ga usah di ganggu gugat!" kata Pak Dani yang akhirnya membuatku menghela nafas perlahan, capek juga ternyata nanggapin keluarga ini. Aku hanya bisa menganggukan kepala ku pasrah dan memilih duduk didekat Nia. Ray duduk diatas bangsal dan tersenyum menatap wajah adik ku. "Anak pintar, cepet sembuh ya. Nanti Ka Ray janji deh kalo Nia sembuh langsung kakak bawain coklat yang banyak." kata Ray yang hanya bisa membuat Nia ttersenyum kecil. "Thanks tapi ga usah begitu banget, Ray. Kulkas gw masih penuh sama permen yang lo sama bocah bawa, kalo ditambah sama coklat mah otw langsung beli kulkas lagi gw." kataku yang membuat mereka berdua tertawa namun ada satu hal yang ku sadari, Pak Sena menatap Ray tajam. Ada apa dengan dia?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD