Race

1061 Words
Selain Bela dan teman-temannya. Ada dua gadis yang selalu mengganggu ketenangan Vanka Grizzle Jovanka sucad, bersekolah di SMA Anahtar ini. Mereka Aeere dan Zea. Yang selalu ingin mengalahkan Vanka dalam balapan mobil. Kali ini kedua gadis itu, mengusik Vanka yang tengah membaca di perpus. Menghabiskan jam kosong sebelum tiga puluh menit lagi sekolah akan berakhir. "Ada apa kalian kesini? Mending jauh-jauh sana, gue lagi nggak mood ngeladeni kalian." Vanka berucap tanpa melihat ke dua wanita dihadapannya, masih fokus membolak-balik lembar buku yang dibacanya. "Malam ini, gue mau tantang lo balap mobil lagi dan lo harus terima tantangan gue ini." Aeere menarik kursi di hadapannya lalu duduk bertumpu dengan satu tangan. "Apa kalian nggak bosan nantang dan harus selalu menerima kenyataan, kalau selalu mobil gue yang sampai di garis finis lebih dulu dari kalian?" "Kali ini, mobil gue yang akan sampai di garis finis lebih dulu." Aeere berucap penuh keyakinan. "Yakin?" cibir Vanka tersenyum sinis. "Kenapa nggak? Intinya lo harus hadir di arena malam ini." "Dan, kalau malam ini kami menang. Lo harus jadi babu kita selama seminggu," timpal Zea. "Terus, kalau gue menang? Siap nggak lo, disuruh bekerja apa aja di restoran punya onty gue. Ellen?" Vanka balik menantang. Kedua gadis itu, tampak berpikir keras. Keyakinan yang mereka tunjukan tadi mendadak hilang. Membayangkan berkutat dengan dapur. Mencuci gelas bekas minum mereka sendiri, saja tidak pernah. Apa lagi mengerjakan hal yang lebih dari itu. Kedua gadis itu, memandangi kuku-kuku yang terlihat indah dengan warna kutek. Mereka tengah membayangkan kuku-kuku cantik itu akan rusak karena bekerja. "Hello! Bagaimana masih mau menantangku?" Vanka menjentikan jarinya untuk menyadarkan lamunan kedua gadis itu. "Eh … em oke, gue tunggu lo malam ini di arena," ucap Aeere lalu beranjak dari kursinya di susul zea yang ikut bangkit dari duduknya. Mau tidak, mau kedua gadis itu harus melanjutkan balap ini, karena mereka yang lebih dulu menantang. Jika mereka membatalkannya. Harga diri kedua gadis itu akan jatuh di mata Vanka. Bell sekolah pun berbunyi. Vanka membereskan buku-buku yang diambil, lalu menghampiri Cia untuk mengajak gadis manja itu pulang. "Lo mau ikut nggak ke bengkel? Gue mau siapin mobil buat balap malam ini?" tanya Vanka sembari memasangkan helm sahabatnya itu. "Nggak akh! Cia pasti bosan nunggu kakak, yang sibuk bersama montir. Gue ke mall aja ya kak. Nonton sama teman, boleh kan?" "Heem … ingat kalau belanja yang dibutuhin aja. Kamar lo udah penuh dengan barang yang nyaris nggak di gunakan." "Siap kak, ayo." Vanka mulai melajukan motornya. • • • Sampai di bengkel. Vanka menghampiri Montir yang biasa menangani mobil Vanka. "Mang!" panggil Vanka berjongkok melihat montirnya yang tengah berada di bawah mobil., "Eh ada neng gelis, mau pakai mobil ya?" sapa Mang Edi keluar dari kolong mobil. "Iya mang, bantu aku check mobil ya." Mang Edi mulai bekerja di bagian Kaki mobil. (Ban, velg, chamber ban depan dan suspensi). Kemudian untuk sektor performa seperti knalpot, remapping, dan penggunaan piggyback.) Setelah memakan waktu dengan bagian itu. Kini Mang Edi beserta Vanka mengecek kondisi pelumasan dan cairan dalam kondisi oli mesin, transmisi gardan, air radiator, oil brake, power steering dan lainnya. Tidak ketinggalan Rem juga yang lainnya. Tidak terasa hari sudah sangat sore mereka baru selesai. "Akhirnya beres juga mang. Aku tes dulu ya mang." Vanka mulai menghidupkan mesin mobilnya. "Sok atuh, neng." Tes drive selesai Vanka pun pamit, hendak menjemput sahabatnya di mall. Sampai di apartemen. Kedua gadis itu bergantian mandi, sembari menunggu gof**d pesanan mereka. "Kak ayuk makan, udah aku siapin makanan yang dari gof**d tadi," ujar Cia nyelonong masuk kamar sahabatnya itu. "Onty Seno, pilih kasih ya kak, sama gue," cicit Gadis manja itu mendudukan diri di ranjang Vanka, sembari memeluk boneka yang ada diranjang itu. Vanka menautkan alisnya, menatap heran mendengar keluhan sahabatnya itu. "Pilih kasih apa?" tanya Vanka sembari menyelipkan revolver. Yang selalu dibawa jika keluar malam untuk berjaga-jaga dari orang jahat. "Lo di ajari taekwondo, bahkan di ajarkan memakai senjata api. Lah gue jangankan diajarkan pakai senjata api! Diajari nonjok orang aja nggak." "Bukan nggak mau ngajarin lo, matiin semut aja lo nggak bisa, apalagi menggunakan senjata." "Ih kasian atuh kak, semutnya kan kecil dia juga pasti pengen hidup sampai tua." Vanka hanya memutar bola mata malas, mendengar ocehan gadis manja di hadapannya ini. "Udah lo nggak perlu belajar pakai senjata, halu aja sono bareng oppa-oppa yang yang setiap hari kamu pantengin itu," ejek Vanka melempar boneka ke wajah sahabatnya itu Cia mendengus kesal, mengikuti Vanka yang keluar dari kamar. _______________________ Vanka dan Cia sudah sampai di arena balap sudah ramai orang, yang ingin menonton juga pendukung Aeera maupun pendukung Vanka sendiri. Pendukung Vanka mulai mendekati mobilnya memberikan semangat. "Sudah siap kalah!" Sinis Aeera dibalik kemudinya. Vanka hanya memutar bola matanya."Gak usah banyak bacot, ayo mulai." Vanka mulai menekan gas mobilnya menantang lawannya. Aeere pun mulai, menggas mobilnya. Girls start mulai menghitung mundur. "Siap! three, two, one … go!" Vanka juga Aeere mulai melajukan mobilnya setelah girl's strat melempar sapu tangan. Vanka memimpin, Aeere berhasil melakukan overtaking. Dia berhasil menyalip Vanka. Gadis itu pun mulai menambah laju kendaraannya berusaha melakukan overtaking cukup lama dia melakukan itu, baru dia berhasil menyalip. Setelah berhasil menyalip Vanka menjumpai tikungan dengan segera dia melakukan teknik Rolling speed (teknik menggantung gas saat menikung dalam kecepatan tinggi. Teknik ini bertujuan agar tenaga mesin mobil tidak melemah atau turun saat menikung. Jadi, mobil tetap bisa meluncur dengan kecepatan tinggi di tikungan. Mobil terus melaju sampai. Mendadak stroller bayi berjalan sendiri di tengah jalan. "Awas kakak! Ada kereta bayi!" Reflek Vanka yang bagus berhasil merem mobilnya, nyaris sedikit lagi menabrak stroller itu. Dengan segera kedua gadis itu keluar dari mobil untuk melihat kondisi bayi. "Ni kemana sih Mak nya, bisa teledor gini!" Vanka menggendong bayi sambil melihat sekeliling namun tidak ada yang merasa kehilangan bayi. "Yah kak! Aeere udah lewat tu, kita kalah," seru Cia yang melihat mobil Aeere melewati mobil mereka. "Udah biarin aja! Ini Baby gimana? Nggak ada yang merasa kehilangan. Mana komplek perumahannya udah sepi semua." Vanka menepuk-nepuk Baby yang masih tetap tertidur meski dia angkat dari strollernya. "Kita bawa ke kantor polisi aja kak." "Gak bisa, kalau lapor polisi nanti orang tua kita tau gimana? Nggak akan dibolehkan lagi tinggal di apartemen." "Terus gimana kak? Ya udah kita bawa aja dulu, besok kita pikirkan lagi." Vanka dan Cia pun kembali melajukan mobilnya. Dia menghubungi Aeere kalau urusan taruhan dibicarakan besok saat di sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD