11 Tahun Berlau

475 Words
Sebelas tahun telah berlalu. Razi dan nuri semakin akrab hari demi hari seperti layaknya saudara kandung yang akur. Jika orang yang tak mengetahui latar belakang nuri, tentu saja mereka akan mengira bahwa nuri dan razi adalah saudara kandung asli bukan saudara angkat. Wajah mereka yang mirip dimana razi memiliki rupa yang rupawan, tinggi semampai, putih, hidung mancung, rahang terpahat sempurna, karismatik, dermawan membuat cewek diluaran sana dengan ikhlas sukarela secara sadar tidak akan menolak jika dipersuntingnya menjadi istri. Sedangkan nuri yang sangat cantik, anggun, putih, lesung pipi yang membuat senyumnya semakin indah, rahang tirus tanpa lemak terpahat sempurna, hidung mancung, tinggi yang sangat ideal untuk perempuan, dan mata yang sangat indah, membuat laki-laki manapun akan sangat beruntung jika memiliki dia sebagai istri. Kemiripan sifat dan tampang inilah yang membuat orang-orang yang belum tahu tentang latar belakang mereka, mengira bahwa memang benar mereka saudara kandung yang dilahirkan dari bapak dan ibu yang sama. Razi sudah menjadi pemimpin pesantren menggantikan ayahnya yang sekarang sudah sepuh. Di umurnya yang sudah dua puluh delapan tahun, dia juga menjadi seorang pembisnis hebat yang strategi cerdasnya sudah tak asing lagi di kalangan para pembisnis. Nuri sekarang berusia 18 tahun, is sudah hampir menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas negeri. Ia mengambil jurusan ahli tafsir. Betul, nuri mempunyai bakat di bidang itu. Hal ini dikarenakan nuri disekolahkan di pesantren ayahnya dan ditambah lagi dia selalu dibimbing oleh sang ahlinya yaitu abangnya razi dan ayahnya pak abdullah. "Abang, nuri izin ke rumah teman ya mau membantu teman mengerjakan skripsinya?" "Teman princess tidak bisa datang kesini saja? "Tidak bang. Ibunya kebetulan sedang sakit, jadi dia belum bisa kemana-mana." "Boleh. Tapi tunggu abang menyelesaikan tugas abang dulu, nanti abang antar kesana." "Nuri bisa kesana sendiri kok bang, nggak usah ditemenin kalau abang sibuk." "Kamu tidak boleh pergi sendirian tanpa abang, abang tidak mau kamu sampai kenapa-kenapa. Abang takut kamu diganggu orang jahat. Nah lagian dari tadi kita membicarakan teman kamu, dia teman cewek apa cowok princess?" "Dia cewek kok abang, mana mungkin nuri berani ke rumah cowok sendirian yang ada nanti nuri bakal dikulitin sama abang yang super protektif gini." nuri menjelaskan kalimat di akhir dengan nada pelan dan dengan ekspressi yang sedikit mengejek. "Sayang. Abang sangat sayang sama princess. Abang tidak mau kehilangan saudara perempuan untuk kedua kalinya. Abang sangat cemas kalau princess pergi tapi abang tidak bisa temanin." razi menjelaskan dengan penuh kelembutan sambil tangannya memegang bahu sang adik. "Iya abang. Nuri juga tahu, tapi kadang suka kesel kalau abang terus-terusan ikutin nuri kemanapun. Terima kasih sudah sangat sayang dan selalu menjaga nuri sampai saat ini." "Iya sama-sama princess." razi mengelus kepala nuri yang sudah tertutup hijab. Oiya, penulis mau menginformasikan bahwa setelah nuri mengerti menjaga aurat dan usianya sudah baligh, mereka membatasi diri untuk tidak bersentuhan kulit dan kulit. Walaupun rasanya sangat sulit karena keduanya sudah terbiasa saling menguatkan dengan cara memeluk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD