Semakin Akrab

1089 Words
Selesai melaksanakan sholat magrib, razi mendekati nuri yang masih tertidur lelap. dia mencoba membangunkan gadis kecil itu dengan suara yang sangat lembut sambil tangannya mengusap-usap pelan rambut sang adik. sebenarnya dia tidak tega membangunkan nuri yang sangat pulas tidur, apalagi dia mendapatkan informasi bahwa nuri sangat trauma dan masih mengingat kecelakaan yang menimpa dia dan keluarganya. saat malam, sedang sendirian, hujan ataupun gelap akan membuat nuri menjerit histeris, badannya gemetar, menangis, dan keringat dingin bercucuran. sulit sekali dia bisa tertidur lelap. mengenang hal itu pula razi tidak tega. namun, dia ingin adik kecilnya itu mandi, dan sholat magrib. walaupun belum baligh tapi razi ingin mengajarkan hal-hal baik kepada gadis kecil yang belum lama menjadi adiknya itu, dan inilah tugas pertamanya menjadi seorang abang. "princess kecil, ayo bangun mandi lalu sholat, habis itu kita makan" bisik razi pada nuri. (pelan-pelan nuri membuka mata indahnya kemudian ditatapnya lama sosok lelaki tampan, gagah, dan menampilkan senyum manis yang ada didepannya). "abang razi!" ucapnya. kemudian ia bangun dengan senyuman yang tak kalah indah. "ayo!" serunya sambil membuka tangan dan kaki seperti orang yang meminta digendong. razi tersenyum lembut menyadari kemana arah gerakan itu diminta. anehnya orang sedingin kulkas sepuluh pintu selama ini sama sekali tak terlihat saat dia berhadapan dengan nuri seperti sekarang. dia malah berbalik badan dan bersiap untuk menggendong princess kecilnya. "ayo princess!" kita berangkat sekarang. senyuman hangatnya tidak jua luntur. nuri sudah berada di punggung razi. selama perjalanan ke kamar mandi dia tersenyum hangat. nuri merasa nyaman dan senang. sudah lama ia tidak pernah digendong lagi saat bangun tidur semenjak ayahnya pergi. kemudian tangannya sakin erat memeluk punggung sang abang, yang mungkin kedepannya mereka akan semakin akrab. Selesai mandi dibantu oleh bibi yang bekerja di rumah tersebut. nuri diajari razi untuk sholat. untungnya nuri sering diajak sholat oleh kedua orang tuanya dahulu, sehingga tidak perlu pengajaran khusus ia telah bisa. ia tergolong anak yang cerdas. "udah ya sholatnya? ayo ikut abang makan!" Mereka makan bersama, disitu juga ada pak abdullah. suasana di meja makan yang biasanya sepi dan terasa dingin, malam ini sungguh berbeda. terasa hangat, bahagia, dan ramai. syukurlah den razi sudah bisa tersenyum kembali. ucap bibi. "sayang, anak ayah nuri mau nggak besok kita belanja kebutuhan nuri ke mall. kita beli baju, boneka, es krim dan apapun yang nuri mau. jadi boleh nggak kita pergi besok?" "iya ayah nuri mau. tapi, apakah nuri boleh beli s**u vanila dan es krim kesukaan nuri ayah?" semua orang pun tersenyum hangat dan tertawa kecil. mereka menatap gadis kecil tersebut sambil mengatakan dalam hati bahwa, gadis kecil ini sangat polos. dan siapapun yang melihat tingkahnya saat ini pasti akan sangat bahagia sekaligus sedih. Selesai makan, nuri diajak ke pesantren tempat ia memimpin. Tujuan mereka ialah memperkenalkan nuri kepada semua orang. Selesai melakukan perkenalan, pak abdullah melanjutkan aktivitasnya mengajar. Sementara razi diizinkan ayahnya untuk pulang. Sejak tadi nuri sudah tertidur pulas di pangkuan razi. "Apakah memang sebahagia ini?" tanya razi dalam hati, sambil menatap gadis kecilnya tertidur pulas. Entahlah, tanya itu diajukan untuk apa. Apakah maksudnya bahagia karena memiliki saudara perempuan yang selama ini telah pergi. Atau bahagia dalam bentuk lain. Dalam hal ini hanya razi yang memahami pertanyaannya. Pagi telah datang. Semua orang sudah bangun, sholat, dan sarapan tak terkecuali nuri. Pagi ini, gadis kecil itu semakin pintar karena ia bangun tanpa disuruh. Ia juga bisa mandi dan memakai pakaiannya sendiri. Jadk semua orang mengagumi semua tindakannya. "Habis sarapan, princess ikut abang ke sekolah mau tidak?" " iya, sebaiknya nuri anak ayah sayang ikut abang ke sekolah ya. Kalau di rumah nanti takut bosan nggak ada temannya." "Apakah tidak mengganggu? Apakah tidak ada yang marah?" "Tidak sayang, ayah kan pemilik sekolahnya." jawab pak abdullah sambil tersenyum. Selesai sarapan, mereka pergi bersama-sama ke sekolah. Nuri duduk di pangkuan sang ayah. Selama perjalanan ke sekolah, ia menanyakan banyak hal mengenai apa yang dilihatnya di jalanan. Mulai dari pertanyaan polos nan menggemaskan khas anak kecil, sampai pertanyaan yang membuat tegang. Semua pertanyaan itu mampu di jawab pak abdullah dan razi . Di sekolah razi, nuri menjadi pusat perhatian anak-anak di sana baik laki-laki maupun perempuan. Iya, razi bersekolah di sekolah agama milik pak abdullah, hanya saja di sekolah tersebut tidak ada ayahnya yang mengajar. Teman-temannya juga tidak mengetahui bahwa ayahnya sang pemilik sekolah. Tujuan razi memang tidak mau diketahui orang lain, sehingga tidak ada yang mengistimewakannya. Alasan itu juga yang membuat ia tidak sekolah di pesantren tempat ayahnya memimpin. "Hai gadis kecil, kamu siapanya razi hem?" tanya seorang teman laki-laki razi. Nuri diam seribu bahasa. Dia hanya menatap teman kakaknya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Perlahan jarinya mencari jari abangnya untuk ditautkan. Kelihatannya dia takut. "Wah, sayang sekali gadis kecil yang sangat cantik dan manis ini sangat sombong sekali. Yasudahlah kalau kamu tidak mau menjawab kakak." teman laki-laki razi itu semakin menggoda nuri. "Bukannya sombong, tapi dia tahu mana laki-laki yang baik dan playbouy. Lihat saja jarinya ini seperti sedang mencari perlindungan ke abangnya". Jelas razi dengan ekspressi datar sedikit tersenyum mahal khasnya. "wah adik kecil, kamu takut ya kakak goda? Tenang-tenang, kamu masih kecil walaupun dari kecil sudah nampak bahwa kamu bibit unggul tapi kakak tidak akan melamar kamu sekarang kok gadis kecil, hehehe!" "Sudahlah kami pergi dulu, bisa-bisa menangis nanti adikku lama-lama berdekatan dengan kamu. Assalamu'alaikum!" razi dan nuri menjauhi mereka semua karena takut princessnya tidak nyaman berada disana. Apalagi nuri belum akrab dengan orang lain selain dirinya. "Aduh possesive sekali razi, baru kali ini dia begitu." jawab temannya dan di-iyakan oleh teman-temannya yang lain juga. "Princess nggak apa-apakan? Maaffin teman abang tadi ya, insyaAllah abang akan lebih hati-hati lagi jaga princess." razi mencoba membuat suasana hati adiknya menjadi tenang. "Nuri nggak apa-apa kok bang. Tapi nuri mau tanya, nanti kalau abang belajar nuri tinggal dimana? Nanti mengganggu belajar abang tidak? " Alhamdulillah abang sedang ada kegiatan ekskul, jadi tidak belajar. Jadi princess akan sama abang terus dan akan abang jagain kemana saja princess mau pergi." razi menjawab dengan senyuman manisnya. "Abang akan jagain sampai selamanya? Kemanapun nuri pergi? Sampai nuri tua? Sampai jadi nenek-nenek?" "MasyaAllah pintarnya princess abang, pertanyaannya sekali langsung banyak ya hehehe. Iya sayang, kemanapun princess pergi abang akan jagain. Sampai kapanpun, selamanya sampai kita tua dan sampai ajal yang memisahkan kita, barulah saat itu abang nggak bisa jagain princess lagi." "Janji ya abang." nuri menganggat tangan kiri yang jari-jarinya dilipat semua kecuali jari kelingking, khas orang yang mau mengajak berjanji. "Iya abang janji, insyaAllah semoga Allah mampukan abang untuk menunaikan janji ini sampai akhir." Mereka akhirnya saling menautkan jari-jari kelingkingnya dan terakhir razi menawarkan pelukan hangat kepada princessnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD