Ancaman

753 Words
Rapat itu terasa sangat membosankan, apa tidak ada yang membahas sesuatu yang ku pahami? Oke, memang aku yang salah. Tugasku disini hanya sebagai sekretaris bukan manager. ‘Dasar’ Lalu, suasanya tiba-tiba menjadi berbeda. Semua orang jadi begitu fokus dengan rapat. Ups, salah. Bukan pada rapat tapi pada orang yang sedang berbicara di depan sekarang. ‘Astaga..itu kan orang tadi..’ Begitu kupalingkan wajahku mencari posisi Dista, aku melihatnya sudah kehilangan kesadaran. Badannya disini tapi nyawanya melayang. Dengan mata yang begitu mendamba. Dan ternya bukan hanya dia. Semua wanita di ruangan ini pun sama. Tapi, sepertinya hanya aku yang menyadari keanehan ini. Atau aku yang tidak normal ya? ‘Heyy..mereka yang tergila-gila kok..tenang..’, ucapku dalam hati membela diri. *** ‘Huft..akhirnya selesai juga rapatnya..’ Kamipun keluar dari ruang rapat. Dan tiba-tiba seseorang memanggil Pak Dika, pria tadi. “Eh..Pak Rey ada apa?” Setelah percakapan selesai..Pak Dika meminta Dista untuk membuatkan sebuah laporan. Merekapun berjalan mendahuluiku. “Hey kau!”, suara itu menghentikan langkahku, membuatku segera membalikkan badan. Orang itu lagi. “Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?”, tanyaku sopan. Ia justru menatapku dengan begitu dingin dan menusuk. Memajukan langkahnya dan menunduk. Berbisik ditelingaku, “Jangan cari masalah denganku!” Kata-katanya begitu mengancam. Baru saja aku ingin meminta penjelasan, ia sudah berbalik dan pergi. “Memang apa yang sudah ku lakukan pada orang itu? Kenal enggak..tiba-tiba ngancem. Mulai nggak waras kali ya?”. Mungkin suaraku yang terlalu kencang atau telinganya yang terlalu tajam tiba-tiba saja ia berhenti dan berbalik menatapku. “Ehm..tadi kayanya ada cicak ngomong didekatku tapi apa ya?”, ucapku sambil membalik badanku dan berjalan secepat yang ku bisa. *** Esoknya ‘Astaga!! Apa-apaan orang ini? Selalu muncul di semua tempat! Bisa teleportasi kali ya??’ Kali ini Fenny benar-benar terlihat kesal, bagaimana tidak? ‘si orang ini’ tiba-tiba mendekat dan membuat semua orang memusatkan perhatian padanya. “Ayo bermain denganku”, seringainya terlihat jelas setelah ia mengatakan kata-kata aneh lagi. Flashback Kantor tempatku dan Dista bekerja sedang mengadakan liburan bersama di puncak. Beberapa staf wanita terlihat sedang berkumpul. Ya, kalian tentu tau kenapa wanita selalu berkumpul kan? Entah apa yang mereka bicarakan kali ini. Tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku yang dari tadi hanya memandang mereka dari jauh. “Hey..Fenny!! kemarilah!!” ‘Ish..apalagi kali ini??’ Dengan malas aku menyeret kakiku yang terasa begitu berat. Aku memang paling tidak suka jika mereka membicarakan orang, yang ada nantinya malah menciptakan fakta-fakta baru versi mereka sendiri. “Ada apa?”, tanyaku begitu sampai di depan mereka. “Wajahmu itu kenapa sih kucel banget! Belum cuci muka ya??”, sindir salah satunya. “Iya..iya..sekarang ada apa?”, jawabku malas. “Dista bilang kemarin kamu berbicara dengan Pak Rey ya?” Aku mengerutkan kening, “Pak Rey siapa?” “Itu loh pimpinan Perusahaan GR, yang sering datang ke perusahaan kita..!!”, jawabnya heboh. Aku berusaha mengingat, apa sih yang mereka omongin? Mana mungkin aku bisa mengingat setiap detail wajah orang yang menemui bosku. Mereka aneh. “Aku tidak tau”, akhirnya aku menyerah mengingatnya. “Fenny cantiiikk, kemarin kalian bertemu waktu ra..pat! Dan Dista bilang ia melihatmu berbicara dengannya setelah rapat se..le..sai!”, ucapnya penuh penekanan. Satu-satunya orang yang berbicara denganku setelah rapat selesai ya hanya Pak Dika. ‘Ahh..maksud mereka orang itu??’, Fenny mulai mengingatnya. “Ya..aku sudah mengingatnya sekarang, kenapa?” “Ya ampun Fenny! Kita ini penasaran apa yang ia ucapakan padamu? Hm? Apa? Aku berusaha mengingatnya tapi yang kuingat hanya.. “Aku tidak terlalu ingat, hanya saja ia sepertinya mengatakan “masalah””, jawabanku justru membuat mereka diam dan mengerutkan kening. ‘Ternyata akhirnya bukan hanya aku yang menganggap dia aneh’ “Sebegitu mudahnya kau melupakanku?”, ucap seseorang dengan nada berat dari belakangku. Melihat reaksi para wanita di depan sepertinya aku tau siapa dia. ‘Tidak..jangan dia!! Jangan orang menyebalkan itu,,’ Author POV Fenny bergegas membalik badan menghadap tubuh pria di hadapannya. “Selamat pagi Pak Rey..”, ucap mereka sedang Fenny hanya terdiam melihat laki-laki sadis di hadapannya itu. “Kenapa? Kau begitu merindukanku sampai tak bisa berkata apa-apa?”, tanyanya pada Fenny. Fenny masih dia, mendengar suaranya tiba-tiba ia ingat percakapannya kemarin. Ia menelan ludah. ‘Orang ini mengerikan.’ Tiba-tiba Rey memajukan badannya selangkah dan merendahkan badannya. Persis yang ia lakukan padanya. Ia menatap Fenny tajam, membuat gadis itu membeku ketakutan. Lalu berbisik..”Ayo bermain denganku..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD