Some Fourteen

1670 Words
Baik banget ini author langsung Double Up wkwk.... Mumpunng masih anget. AYo dong di kasih Love yang banyak sama Koment. Mau lihat pembaca - pembaca lama saya balik nggak di cerita ini. Deeva merenggangkan tubuhnya saat menolehkan kepala ke atas melihat atap kamarnya yang terbuka awalnya gelap dengan latar bulan sabit dan taburan bintang telah berganti dengan latar biru dengan awan putih yang berarak. Menyungingkan senyum cerahnya menyapa hari. Senyumannya memudar saat melihat di Reyhan sudah tidak ada di sampingnya, yakin bahwa pria itu sudah pulang bahkan sebelum matahari terbit. Dia berdiri merapikan selimut tebal yang menyelimuti tubuh bagian bawahnya. Dia yakin sahabatnya itu yang menaruhnya di sana sebelum kembali ke rumah. Deeva berjalan ke arah balkon, mengambil teropongnya yang dia letakan di salah satu rak tanaman lalu mulai mengeker ke arah Reyhan. Matanya sudah minus terlalu parah sehingga dia harus menggunakan alat itu untuk melihat. Dia melirik Reyhan yang tertidur di ranjangnya. Jam berapa dia pulang malam tadi? Batin Deeva terus memperhatikan apa yang Reyhan lakukan. “Va ...” Deeva meletakan teropong kecilnya ke tempatnya lalu melihat Rani masuk ke dalam kamarnya, “Iya, Mi?” Rani mengerutkan kening saat melihat beberapa kaleng minuman bersoda di bawah sofa kamar Deeva, “Kamu begadang nonton drakor lagi?” tanyanya membuat Deeva mengeluarkan senyuman tiga jarinya lalu menganggguk. “Nggak sampai malam kok, Mi. Deeva ketiduran pas dramanya baru mulai,” ujarnya membuat Rani menganggukan kepala. “Buang semua kalengnya ya, Habis itu bantuin Mommy,” ujar Rani meninggalkan Deeva yang bergerak mengambil kaleng sisa minumnya dan Reyhan. Dia menarik napas dalam sebelum kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka sebelum kemudian berjalan menuju dapurnya yang ada di lantai satu. “Mommy masak apa?” tanya Deeva melirik ke arah Rani lalu menarik napas dalam saat aroma nasi goreng buatan mamanya menggoda indera penciumannya. “Pedes kan, Mi?” “Sedang. Reyhan nggak terlalu bisa makan pedas.” Deeva mencibir saat melihat Rani lebih memilih menyesuaikan selera dari Reyhan daripada dirinya. “Dasar cemen tu anak, sama pedas saja takut,” cibir Deeva membuat Rani tertawa. “Mommy sudah buat sambal bawang buat kamu,” ujar Rani lagi membuat senyum Deeva kembali terulas. “Berarti tugas Deeva tinggal goreng telur kan, Mi.” Ujar Deeva yang dijawab anggukan Rani. Deeva bergerak membuka kulkas. Dia memang tidak terlalu bisa masak, tetapi dia tidak separah Aunti Biancanya yang memasak telur dengan cangkang – cangkangnya sehingga membuat Omanya mengusirnya dari dapur. Dia masih bisa memasak telur berbagai bentuk dan rasa. Dia membuatkan telur setengah matang untuk Mommy-nya dan Danira, Telur dadar dengan banyak bawang merah, daun bawang dan cabe untuknya dan juga Her Favorite Daddy dan juga telur garing dengan banyak minyak seperti abang-abang tukang nasi goreng kompleks untuk duo menyebalkan yang kadang membuat moodnya berantakan. “Wuidih makin pinter, Kak Deeva bikin berbagai macam telur,” puji Danira yang sudah masuk ke dalam dapur. “Pagi, Tante ...” sapa Danira mengecup pipi Rani yang dijawabnya dengan anggukan. “Itu satu-satunya keahlian Deeva,” celetuk Reyhan yang sudah berada di belakang Danira membuat Deeva mendengus. “Kamu sama kayak Deeva, begadang juga ya?” tanya Rani saat melihat ke arah Fabian dan terkejut melihat kantung mata Reyhan yang menghitam. “Nggak bisa tidur, Tante ... Kayaknya aku mimpi buruk dengar Deeva ngorok,” ujar Reyhan. “Aku tidur nggak ngorok, ya ...” ujar Deeva kesal membuat Rani tertawa. Deeva menaruh telur yang dia buat ke atas piring nasi goreng lalu memberikannya ke arah Reyhan, “taruh yang rapi. Berguna dikit lu,” decaknya membuat Reyhan mengacak rambutnya kesal. Deeva terus menatap Reyhan yang memang telihat kurang tidur. Dia bergerak mendekati Reyhan lalu berbisik. “Lu beneran nggak tidur?” bisik Deeva tepat di telinga Reyhan membuatnya mengangguk. “Gue ngehabisin itu series baru pulang,” ujar Reyhan membuat senyum Deeva mengembang. “Tuh kan gue bilang apa. Drama korea nggak mulu romantis kan, Han.” Reyhan mendelik lalu mencibir, “yang katanya berani nonton monster tapi malah dempet – dempet gue mulu, sudah begitu baru nonton separo episode sudah ngorok aja lu.” Deeva mendengus saat melihat Reyhan berjalan menjauhinya lalu menaruh nasi gorengnya ke atas meja sesuai dengan masing – masing telur yang Deeva buat. ***** “Kamu nggak mau bawa mobil sendiri?” tanya Alfian kepada anak gadisnya yang sedang duduk di sampingnya setelah bertengkar dengan adiknya rebutan untuk duduk di depan. “Daddy pengen mobilnya Deeva tabrakin pas markir.” “Ya belajar lah ... Kayak gini kan endingnya kamu yang repot. Makanya kata Daddy dari dulu, belajar nyetir, Va .... kamunya yang nggak mau,” ujar Alfian membuat putri sulungya itu cemberut. “Kalau Deeva nggak mau, biar Revan saja Dad, Yang belajar mobil,” celetuk adiknya yang masih kelas tiga SMP mendekatkan tubuh ke arah Alfian yang dijawab dengan delikan mata. “Nggak ada, kamu belum 17 tahun begitu main ingin belajar mobil saja,” ucap Alfian membuat Revan mendengus. “Kan tinggal dua tahun lagi, Dad ...” rengeknya yang dijawab gelengan Alfian. “berarti kamu tunggu dua tahun lagi baru belajar!” ujar Alfian dengan nada tegas membuat Revan terdiam. Deeva tersenyum, menikmati adiknya dimarahi oleh ayahnya, Menoleh ke belakang lalu mengucapkan ‘mampus lo’ tanpa suara membuat Adiknya itu mendelik kesal. “Kamu nggak bisa mengharapkan orang terus, Va. Gini ini kalau Reyhan sudah kerja di Firma Arsitek Om Bintang, kamunya kan yang repot harus tunggu Daddy atau cari angkutan umum.” “Kan banyak aja gojek sama Grab,” jawab Deeva membuat Alfian mendelik. “Daddy nggak ngizinin kamu untuk naik itu kalau sudah malam loh, Bahaya!” ujar Alfian tegas membuat Deeva mengangguk. “Belajar nyetir. Nanti Daddy yang ajarin,” lanjut Alfian membuat Deeva menggeleng lalu menatap Daddynya ketakutan. “Nggak deh, Dad. Deeva entar minta ajarin sama Reyhan saja. Deeva sudah cukup hapal bagaimana sifat Daddy kalau lagi ngajarin nyetir dari Aunti Tari sama Aunti Bi. Va enggak mau gendang telinga Va pecah karena teriakan Daddy,” geleng Deeva menolak ucapan ayahnya. Dia merinding ketakutan membayangkan bagaimana Daddynya yang begitu sayang dan selalu menuruti semua permintaannya berubah menjadi guru yang menakutkan. Alfian membulatkan mata tak percaya dengan apa yang putrinya katakan tadi, “Daddy guru yang baik kok, buktinya sampai sekarang Aunti Tari sama Aunti Bi handal nyetir kan?” Deeva menggeleng, “Daddy, Please ... lihat depan,” tunjuk Deeva meminta Alfian untuk mengarahkan mobilnya ke arah depan. “Deeva nggak mau memori Deeva sama Daddy terkontaminasi dengan jiwa guru Daddy. Cukup. Deeva nanti minta tolong sama Han saja yang ngajarin Deeva. Atau mungkin Uncle Sky. Cuma dua orang itu yang bisa dengan sabar menghadapi Deeva daripada Daddy dan kedua para Om yang pasti akan menggeram melihat keputus asaan Deeva dalam menyetir,” ucapnya panjang lebar membuat Alfian terkekeh lalu mengusap rambut putrinya ini lembut. Dia menggelengkan kepala memikirkan kecerewetan Mamanya yang menular pada putri kecilnya mengingat dia dan Rani adalah tipe yang lebih suka melakukan aksi daripada berbicara pajang lebar seperti ini. Alfian tersenyum melihat putrinya yang sedikit kelabakan memasukan beberapa barangnya ke dalam tas. Dia berada di depan kampus kedokteran putrinya setelah mengantarkan Revan ke sekolahnya yang tak jauh dari kampus Deeva. “Sangu kamu masih ada?” tanya Alfian membuat pergerakan Deeva yang memasukan barang – barangnya berhenti. Dia menoleh ke arah Daddynya lalu meletakan kedua tangan bertumpu dan menggerakkannya ke depan Daddynya yang membuatnya akhirnya tertawa. Dia tersenyum lebar saat ayahnya itu mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah ke tangan Deeva. “Jangan bilang – bilang Mommy kalau nggak ingin uang jajan kamu dipotong sesuai dengan yang Daddy kasih ini.” “Siap Bos.” Deeva memberikan hormatnya kepada Alfian yang dijawabnya dengan gelengan. Dia mengambil tangan Alfian ke atas kepala lalu mengecup pipi ayahnya itu sebelum keluar. “Thank you. Daddy ...” ujar Deeva keluar dari mobil ayahnya lalu melambaikan tangan membuat Alfian mengangguk. “Siapa ...?” tanya Nisa yang tiba – tiba berada di sampingnya membuat Deeva terlonjak kaget. “Lu bisa nggak, Jangan ngagetin?!” “Sorry ... tapi itu siapa?” tanya Nisa terus melihat ke mobil Land cruiser hitam yang dikendarai ayahnya tadi, Begitupula, Angga dan Putri yang berjalan mendekati Deeva “Sugar Daddy gueh ...” “Beneran?!” pekik ketiga temannya itu berbarengan. Dia menatap Deeva penuh binar. “Gila lo, Va ... punya sugar daddy jauh lebih tua tapi setampan itu, gue juga mau,” ujar Putri lagi membuat Deeva menggelengkan kepalanya. “Lu nggak bisa ngenalin kita ke sugar daddy yang setampan itu?” Deeva menggelengkan kepalanya, “Lu harus jadi anaknya Ibu Maharani Varisha dulu baru bisa jadi sugar baby bokap gue,” kekeh Deeva membuat ketiga sahabatnya saling pandang. “BOKAP LU!” teriak ketiga sahabatnya itu membuat semua orang yang ada di dekat mereka menatap ke arah mereka. Deeva hanya terkekeh sebelum kemudian mengangguk. “Kenapa bokap lu ganteng banget kayak Henry Carvill gitu sih, Va. Aduh kalau bukan bokap lu mau deh gue jadi sugar baby nya,” celetuk Nisa yang dijawab anggukan Angga dan Putri. “Aduh sayang gimana dong ...” ujar Deeva mengarahkan pandangan ke arah ketiga temannya. “Selera bokap gue terlalu tinggi nggak akan mau sama krucil kayak kalian,” ledeknya membuat ketiga temannya itu mendengus kesal sebelum kemudian tertawa. “Dah ah masuk, yuk.” Ajak Deeva menggandeng ketiga temannya itu menyusuri jalan kampus. “Kok lo tumben nggak sama Reyhan?” tanya Angga membuat mood Deeva yang awalnya baik kembali down. Dia menghela napas dalam sebelum kemudian cemberut. “Reyhan mulai magang selama beberapa bulan ke depan,” rengek Deeva membuat Ketiganya tertawa. “Duh ... duh ... duh ... kasihan, sini sama Tante. Nanti Tante anterin pulang ke rumah siapa tahu berkesempatan jadi ibu tiri kamu, anak,” canda Putri membuat Deeva mendelik lalu melepaskan gandengannya pada temannya itu, “Aduh tante, maaf. Ibu jauh lebih cantik dari, Tante loh. Lewat saja,” jawab Deeva membuat putri mendengus. “Sialan Lo!” pekiknya berpura
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD