Part 01

1286 Words
Gadis itu terlihat anteng menggerakkan penanya di sebuah jurnal, sesekali dia diam memikirkan apa yang akan di tuangkannya di sana. Senyumnya terus mengembang tanpa henti, kadang dia juga tertawa sendiri. Entah apa yang ia tulis sampai membuatnya terlihat macam orang gila. Satu rumah tak kan heran melihatnya begitu. Melihat gadis tersebut menulis dengan senyam-senyum sendiri, sudah hal biasa bagi mereka. Mungkin saja bila orang awam melihatnya akan takut. So scary! "Selesai!" ujarnya menengadahkan tangannya ke udara. "Gue harap lo bakal membacanya suatu saat nanti," titahnya sambil menatap sebuah foto yang menempel di dinding meja belajarnya. "Ya meskipun itu nggak mungkin juga sih," ujarnya meringis. "Boro-boro mau di baca. Kenal sama gue aja enggak," lanjutnya. Dia melangkah menuju tempat tidurnya dan merebahkan dirinya di sana, "Selamat tidur Gifta." ujarnya lalu ia memejamkan mata. *** Gifta Yoga Mahendra. Sosok bermata hazel, kulit bersih, hidung mancung, bibir merah. Sungguh perawakannya bak Dewa Yunani bukan? Yang mana sebagian kaum hawa langsung jatuh cinta kala melihatnya. Tak terkecuali Rakilla Pelangi Lolina. Yang selalu bermimpi untuk bisa dekat dengan Gifta. Bila Gifta selalu menjadi sorotan di manapun dia berada berbeda dengan Pelangi, mungkin hanya teman dekatnya saja yang mengetahui keberadaannya. "Mimpi aja dulu bisa deket sama Gifta, siapa tau kenyataan, ya kan?" ujarnya sambil mengikat tali sepatu bututnya. "Pelangi sudah hampir jam 7 lewat. Cepat, katanya ada kelas pagi!" teriak bundanya dari ruang makan. Dengan langkah cepat ia menuruni tangga, "Iya Bun. Ini sudah selesai," "Ayo sarapan dulu!" perintah Bunda Ratna selaku Bunda kandung Pelangi. "Nggak deh Bun, Pelangi bawa bekal aja," ia menyambar bekal yang sudah bundanya siapkan lalu memasukkan ke dalam tas ransel yang dibawanya. "Pelangi berangkat, dah Bunda!" ujarnya mencium pipi serta punggung Bundanya. "Hati-hati," "Siap bos!" "Assalamualaikum," "Walaikumsalam," Ia berjalan santai sambil menyenandungkan lagu-lagu yang Pelangi hafal, "Pagi Bu Yuli, belanja Bu?" sapanya kepada tetangga rumahnya. "Iya La, mau berangkat?" kata ibu yang baru saja gadis itu sapa. "Iya Bu," sahutnya dengan tersenyum. "Hati-hati La," "Siap Bu," di daerah komplek perumahannya Pelangi di kenal sebagai sosok yang ramah dan sopan. Tak segan Pelangi menyapa tetangga-tetangganya dimanapun mereka bertemu. Pelangi berhenti di salah satu halte yang biasa ia datangi. Sambil memainkan handphonenya ia menunggu bis yang menuju arah kampusnya. Sepertinya pagi ini keberuntungan berada di pihaknya. Netranya menangkap sosok yang sangat Pelangi kenali meskipun saat ini si pengendara menggunakan helm full face. Mood Pelangi berubah sangat baik, yang awalnya biasa-biasa saja ya seperti pagi-pagi biasanya, tetapi kali ini moodnya benar-benar sangat baik. Hanya karena Gifta. Ya! Gifta, laki-laki itu sangat berpengaruh dengan mood gadis ini. Tak lama lampu merah berubah menjadi hijau, Gifta kembali mengendarai motornya. Meninggalkan Pelangi yang masih ingin melihatnya. "Kenapa tadi nggak gue foto aja sih? Aishh!" kesalnya. *** "SELAMAT PAGI TEMAN-TEMANKU TERCINTA! PELANGI COME BACK AGAIN!" ucapnya di depan ruang kelas. Melihat kelakuan abstrak Pelangi teman-teman kampusnya jengah. Mereka semua tak heran dengan tingkah Pelangi yang lebih terlihat seperti anak SMP, padahal nyatanya gadis itu seorang mahasiswa, mahasiswa tingkat akhir lagi. "Pagi-pagi udah heboh aja! Sarapan apa lo La?" sahut salah satu temannya, Dio. "Belum sarapan malah, kalau lo mau beliin gue, yok dengan senang hati gue terima," "Ogah!" teriak Dio. Pelangi nyengir dan berjalan ke kursi dekat sahabatnya. "Lo kenapa deh La. Seneng banget kayaknya?" tanya teman sekaligus sahabatnya. "Jangan sampai gara-gara-" "Gifta!" sahut Pelangi cepat sambil mendudukkan pantatnya di bangku. "Hi hi hi," cekikiknya membuat sahabatnya memutar bola mata malas. "Hadeh! Bosen gue dengernya. Selama 6 tahun yang lo bahas Gifta, Gifta, Gifta dan Gifta! Inget tuh skripsi!" muak sahabatnya. "Gimana dong Bin, gue sukanya ke Gifta ya wajarlah kalo gue ngomongin dia terus. Ya kali gue suka ke Gifta tapi ngomongin sih Dio, males banget sih gue!" “Yaudah sih skripsi doang gampang, jangan terlalu lo pikirin Bin! Setres muda baru tau rasa!” ujar gadis itu santai. Bina menggeleng-ngelengkan kepalanya, rasanya pusing berbicara dengan Pelangi. Pelangi yang tidak bisa serius dan Bina yang tidak bisa bercanda, tetapi mereka berteman selama 12 tahun lamanya. Makanya mereka begitu paham akan sifat-sifat masing-masing. Meskipun mereka berbeda Pelangi dan Bina mampu berjalan serasi, mereka menghargai perbedaan tersebut. Sampai-sampai banyak yang iri melihat pertemanan dua orang anak manusia ini. "Jayus lo La," sentak Bina. Lalu Pelangi dan Bina beradu tatap seketika mereka tertawa terbahak-bahak. Entah tertawa karena apa hanya mereka yang tau. Tak lama dosen mata kuliahnya datang, ia sedikit bersyukur karena tak telat di kelas pertamanya. *** Di sisi lain sosok yang di segani satu kampus sedang berjalan angkuh bersama dua orang sahabat sekaligus sepupunya. Dia adalah Gifta Yoga Mahendra. Sekilas tak ada kekurangan yang ada dalam dirinya, tak ayal banyak yang iri dengan semua yang melekat dalam dirinya. Padahal jauh dari itu semua dia memiliki sifat yang semena-mena terhadap orang lain. Gifta akan menyerang habis-habisan siapun yang bermasalah dengannya, dengan bantuan Ozil dan Ziro yang merupakan sahabat sekaligus sepupunya itu. Tiga lelaki tampan yang setiap hari menjadi sorotan utama satu kampusnya, ditambah mereka semua anak jurusan teknik dimana itu adalah idaman para wanita di kampusnya. Mereka dengan mudah menunjuk perempuan yang akan di jadikan mainan barunya lalu jika bosan mereka akan membuangnya begitu saja dan mencari mangsa yang lain. Tapi tetap saja menurut kaum hawa yang berada di kampusnya itu bukan berarti apa-apa. Seolah mereka tutup mata melihat keburukan dari tiga orang laki-laki yang begitu di idam-idamkan. Salah satunya Pelangi, si anak sastra! *** Pelangi mengaduk-aduk bakso yang baru ia beli tanpa berniat memakannya. Padahal tadi dia sangat bersemangat untuk pergi ke kantin, ia menarik Bina untuk segera mengisi perutnya yang lapar. Di istirahat pertama Pelangi akan pergi ke kantin di Gedung Fakultas Teknik, hanya sekedar ingin melihat Gifta yang berada di pojok kantin bersama para pengikutnya, dimana tempat itu menjadi tempat andalan dari laki-laki sangar tersebut. Seakan pojok kantin itu adalah milik pribadinya, tak ada yang boleh menempatinya selain mereka. "Kalo lo bengong mending ke taman aja deh, lagian lo kan bawa bekal juga," Pelangi enggan menjawab ia masih terus mengaduk-ngaduk baksonya. "Lo cemburu gara-gara tadi?" Pelangi mengangguk. Tadi saat Pelangi dan Bina berjalan menuju kantin. Di lapangan dekat gedung fakultasnya banyak anak-anak berkerumun. Pelangi dan Bina iseng ikut menghampiri kerumunan tersebut. Sialnya Pelangi melihat adegan yang tak ingin ia lihat. Gifta-nya merangkul Siska dan hari itu juga keduanya mengumumkan bahwasan nya hari ini adalah hari jadian mereka. Semacam perayaan hari jadi mereka. Pelangi pergi begitu saja meninggalkan Bina yang malah asyik melihat keuwuan dua orang yang mengaku baru jadian tersebut. Hati Pelangi terasa mendidih, ia cemburu melihat itu. Baru tadi pagi ia merasa keberuntungan berada di pihaknya, ternyata dugaannya salah. Dengan langkah kesal ia pergi menuju kantin. Meskipun hawa laparnya sudah hilang akibat melihat Gifta dan Siska. "Yaelah kan udah biasa Gifta kek begitu." cerosnya Bina. Pelangi enggan berkomentar, hatinya sedang tidak baik-baik saja. Pelangi mengiyakan perkataan Bina barusan. Kenapa kali ini ia sangat amat sakit hati melihat Gifta jadian dengan Siska yang notabennya teman satu jurusannya. Apa gara-gara Siska teman satu jurusan, bahkan mereka sering berada dikelas yang sama untuk beberapa mata kuliah, jadi ia tak rela? Ya mungkin bisa jadi. Oh gadis itu semakin tak ada gairah untuk menggarap skripsi yang harusnya sudah mulai ia kerjakan. Padahal jauh sebelum itu sejak SMA bahkan, Gifta juga sering bergonta-ganti pacar. Mulai dari anak cheerleaders, anak modeling, anak populer di sekolahnya dulu juga sudah ia pacari, saat kuliah juga banyak anak ekonomi, management, hukum yang menjadi mantan laki-laki playboy itu. Jangan ditanya soal parasnya? Mungkin Pelangi jauh berada di bawah standart Gifta. Memang Siska cantik, dia termasuk kategori ciwi-ciwi populer atau lebih tepatnya primadona di kampus, tapi tetap saja Pelangi tidak suka jika dia berpacaran dengan Gifta. Menurut gadis itu hanya dirinya lah yang pantas bersanding dengan Gifta. Sedikit percaya diri memang tak apa, tak ada salahnya. Patah sebelum memiliki, ya! Itulah Pelangi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD