003. Cemburu (?)

1043 Words
"Dava!" panggil seseorang yang sangat Dava kenali karena dulu Dia pernah mengisi hari-hari Dava di setiap waktunya. Seorang wanita yang akhirnya membuat Dava sadar bahwa seseorang lain jauh lebih tahu dirinya dari pada orang lain. Dava membalikkan badannya saat berjalan dengan dua sahabatnya Zacky dan Bintang. "Ah elah cewek ini lagi." celetuk Bintang yang di angguki setuju oleh Zacky yang berada di sampingnya. Ke dua sahabat Dava itu terlihat muak dan tidak suka dengan hadirnya seorang cewek yang kini berjalan mendekat ke arah mereka. Mereka sekarang berada di jarak 4 M dari gerbang sekolah. Dava hanya diam memandang wanita itu, sifat dingin dan cueknya kembali menguar. "Dava, Kita jalan yuk?" ajak Fani. Mantan pacar Dava sebelum menikah dan sesudah menikah meski hanya berjalan beberapa bulan karena apa yang di lakukan Fani padanya membuatnya sadar, benar-benar sadar dan Dava tidak akan menyesalinya dengan pilihannya saat ini. "Eh cabe enggak usah ganggu Dava lagi bisa?" kini Zack yang bertanya, Fani memandang ke duanya sinis. Seolah meminta ke dua sahabat Dava itu untuk diam, tapi Bintang dan Zacky malah mengejeknya membuat Fani harus menegurnya. "Lo berdua diem deh!" Zack dan Bintang berdecak, tidak ingin ambil pusing dengan wanita cabe-cabean yang sudah sangat mereka hafal itu akan berlaku bagaimana ke Dava. Mereka juga tidak harus memperingkan Dava lagi untuk menyingkir dari Fani, karena Dava jauh lebih tahu bagaimana busuknya Fani pada pria tinggi dan tampan itu. Fani melaksanakan aksinya dengan bergelayut manja pada lengan Dava. Dava diam, bukan rasa nyaman seperti dulu yang Ia rasakan saat berada di dekat Fani melainkan rasa jijik dan muak. Muak atas sifat asli Fani yang selama ini hanya sebuah topeng di depan Dava, cewek bermuka dua yang sampai sekarang masih saja memerankan perannya dengan begitu baik dan apik. "Dav!" panggil Fani manja, Dava tidak bergeming karena kini mereka menjadi pusat perhatian di pagi ini. Banyak yang menduga bahwa Dava dan Fani akan CLBK karena Dava tidak menolak gelayutan manja dari Fani. Tahukah mereka jika Dava benar-benar ingin mendorong Fani jika Fani seorang pria, tapi Dava sadar. Fani hanyalah seorang wanita dan main fisik bukan untuk wanita. Dava mendadak membeku saat matanya bersibobrok dengan mata hijau tajam yang memandangnya dengan penuh ke lembutan, wanita yang kini berjalan dari gerbang itu menatap dirinya bersama dua sahabatnya. "Wah kayanya Fani mau ajak Dava balikan deh." ucap Sinta sahabat Dea, Rara mengangguk membenarkan dengan terus menatap sang mantan ketua Osis mereka. "Ya kayanya." tambah Rara, Dea diam meski matanya tidak lepas dari Dava dan beralih ke lengan Dava yang di gelayuti oleh Fani. "Kita ke kelas saja." ajak Dea, untuk yang terakhir Dea menatap Dava. Bukan karena penasaran tapi melihat bibir itu yang bergerak tanpa suara padanya. "I love U.". Dea tersenyum menanggapi ucapan Dava yang hanya di tangkap baik oleh Dea. Hati Dea sedikit bahagia, Dea berjalan ke arah kelasnya seolah tidak terjadi apa-apa. Apa Dea cemburu? Ya, sebagai seorang istri dan sebagai seorang yang dulu mencintai Dava dalam diam. Meski sampai sekarang Dea belum juga mengutarakan perasaannya. Dea masih enggan untuk mengungkapkan perasaannya pada Dava, bukan karena rasa itu hilang tapi karena Dea masih takut akan sebuah penolakan. Pernikahannya dan Davapun tidak ingin Dea koar-koar sampai sekarang, karena memang hanya keluarganya saja yang tahu pernikahan antara dirinya dan Dava telah terjadi. "De, Lo katanya cinta banget sama Dava. Kok Lo biasa saja sih?" tanya Sinta. "Ya Gue juga tahukan Dava cintanya sama siapa?" balas Dea dengan kata-kata jengahnya. "Lagian Gue emang cinta sama Dia tapi kalian juga." Sinta dan Rara tertawa. "Iya ya, Davakan di cintai banyak wanita." Dea tertawa menanggapi, inilah alasan ke napa Dea tetap menutup rapat hubungannya. Banyak fans Dava dalam satu sekolah, bahkan semua siswi satu sekolah fans fanatik dari Dava. Dan Dea ingin aman dari semua serangan. Entah itu padanya ataupun pada suaminya, Dava. "Hari ini pelajaran Pak Jos kan?" Dea dan Sinta mengangguk atas pertanyaan Rara. "Kira-kira Lo mau tebakan sama Gue enggak Ta?" tanya Rara, Dea dan Sinta menatap Rara. "Apa?" tanya Sinta yang penasaran dengan tantangan yang di berikan Rara padanya. "Gue tebak kalau Bu Meggy akan nunggu Pak Jos di depan pintu entar." Sinta tersenyum misterius, lalu menggeleng tidak setuju dengan jawaban Rara. "Gue jawab enggak buat hari ini, jadi Apa yang akan Lo kasih buat Gue?" Rara nampak berpikir keras, saat Sinta terlihat akan menyetujui tantangannya. Lagian Rara yakin, tidak seharipun Bu Meggy tidak menempeli Pak Jos. Dan dunia akan kiamat kalau hal itu sampai terjadi. "Ok Lo boleh makan bakso dua mangkuk." balas Rara, Sinta menggeleng tidak setuju dengan penawaran Rara padanya. "Gue mau tiket nonton dua film horror sama kalian." Rara melotot kaget atas permintaan Sinta padanya. "Eh buset, Lo tahu Gue paling takut film begituan!" tolak Rara yang sudah bergidik ngeri membayangkan setan ke luar dari layar lebar yang akan mereka tonton. "Gue enggak peduli ya, Lo mau?" Rara mendengus, lalu mengangguk pasrah. Rara jelas tidak akan mundur dari tantangan yang Ia buat sendiri. Dia tidak mau menelan ludah sendiri setelah di ke luarkan dari mulutnya. "Deal?" tanya Rara menyerahkan tangan kanannya agar di jabat oleh Sinta. "Deal!" Sinta membalas jabatan tangan Rara dengan mantap tanpa adanya ke raguan sedikitpun. "Gue sudah menang di awal." gumam Sinta yang dapat di dengar Dea, Dea hanya menggelengkan kepala melihat dua sahabatnya itu. Setidaknya Dia melupakan sejenak rasa cemburunya, rasa cemburu yang selalu berhasil Dea redam dalam waktu singkat selama berbulan-bulan yang lalu sebelum ke adaan mulai membaik seperti sekarang ini. Ponsel di tangan Dea bergetar, Dea membuka notif Line masuk padanya. 'Sudah sampai kelas Yang?' Setelah memberi jawaban Ya, ponsel Dea kembali bergetar. 'Istirahat ke kelasku' Dea mengerutkan alisnya, lalu membalasnya. 'Enggak bisa Yang!' Tidak lama ada notif lagi dari Dava setelah pesan perintahnya. 'Harus!' Dea memasukkan ponselnya di laci mejanya, karena bel pelajaran pertama baru saja berbunyi. Pak Jos masuk dengan senyum cerahnya berbeda dari biasanya. Menyapa para murid dengan senyum merekah seperti habis mendapatkan berkah berlimpah pagi ini. Sinta berbisik ke arah Dea. "Lihat? Pak Jos saja senyumnya manis banget hari ini, pasti karena enggak ada Bu Meg.". "Kita dapat tiket gratis De." bisik Sinta pada Dea dengan kekehan bahagianya. "Kamu kerjain Rara?" Sinta menggeleng dengan sangat antusias membuat Dea semakin memicingkan matanya ke arah Sinta. "Kita tunggu saja." Dea hanya mampu mengedikkan bahu setelah ucapan Sinta, mereka fokus pada pelajaran Pak Jos. Guru paling hot dan muda seantero sekolah mereka. Guru yang paling di incar oleh para guru wanita lainnya di sekolah Dea sekaligus wali kelas Dea. Madiun,20 Agustus 2020 Di sini Author pakai visual Manu Rios sebagai Dava dan Jade webber sebagai 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD