bc

Candy & Chain

book_age18+
8
FOLLOW
1K
READ
dark
family
HE
age gap
forced
opposites attract
arranged marriage
badboy
mafia
heir/heiress
drama
tragedy
sweet
addiction
like
intro-logo
Blurb

WARNING!!!

21+

Amanda Lily Wijaya, gadis berusia 16 tahun yang ceria dan penuh kasih dengan tinggi 178 cm. Disaat usianya masih belia dia harus dipaksa menikah untuk melunasi semua pinjaman keluarganya. Dia yang tidak mengetahui kejamnya dunia harus berjuang sendiri memaksa dirinya mengerti bahwa hidup tidak hanya tawa tetapi ada juga airmata.

Leo Dominique Vinc, pria berusia 30 tahun yang kejam dan tiada ampun. Tuhan memberinya banyak kelebihan dari fisiknya. Wajahnya yang tampan dengan rahang kokoh, bibir merah, hidung mancung, mata tajam bagai elang dan alis tebal. Tubuhnya yang memiliki tinggi diatas rata-rata (187cm) membuatnya terlihat sangat maskulin dengan otot keras dan sixpack. Keluarganya yang kaya raya dan berkuasa membuatnya bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya, semua bertekuk lutut dikakinya.

(NOTE: Cerita ini hanya fiktif dan imajinasi author. Kesamaan karakter hanya kebetulan.)

chap-preview
Free preview
SATU - Perkenalan
Amanda POV  Hari ini ayahku dan ibuku terlihat sangat tertekan. Aku sudah bersemangat untuk mendaftar ulang sebagai salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa di California University pagi ini. Aku dinyatakan lulus dengan nilai dan prestasi yang kuraih selama bersekolah. Sebenarnya aku sudah menyudahi level secondary ku saat usia 15 tahun namun aku memilih vakum sebelum memilih untuk bersekolah di Amerika. California memiliki suasana yang mendukungku dalam belajar tentang bisnis dan manajemen. Ayahku memiliki perusahaan tambang dan ibuku adalah ibu rumah tangga biasa. Ayahku berharap aku bisa meneruskan perusahaan keluarga tersebut yang diwarisinya dari kakekku. Aku sudah bersiap dengan dressku yang diberikan oleh tanteku, Janet dari Dior. Tanteku adalah salah satu branch manager untuk Dior Asia Tenggara. Janet memilih berdomisili di Singapura. “Amanda…” panggil Ayahku seketika saat aku sudah akan keluar rumah. Aku menoleh kebelakang, di ruang tamu ibuku sudah duduk dengan wajah sedih. “Ya, pa? Aku harus segera pergi.” Kataku. “Duduklah.” Suara berat ayahku mendominasi dan dia pun duduk di samping ibuku dengan wajah sedih. Aku memilih menurut dan duduk di depan ayah dan ibuku dengan kening berkerut. “Aku akan terlambat, pa.” kataku lagi. Mereka berdua seakan tidak mendengar suaraku. “Nak…” kata ibuku kemudian. “Perusahaan Papa bangkrut.” Kata ibuku kemudian dan menangis tersedu-sedu. Aku yang masih belum mengerti apa yang terjadi mencoba untuk mengerti dengan menelan ludah keras. “Maksud Mama?” “Perusahaan kakek yang berusaha kita pertahankan bangkrut sudah.” Kata ayahku dan memeluk ibuku. “Ba…bagaimana mungkin?” tanyaku tergagap. “Tambang sedang jatuh-jatuhnya nak, kita tidak bisa bertahan. Banyak karyawan yang belum dibayar pesangonnya. Rumah ini akan di lelang dan semua aset kita. Bahkan untuk itu tidak bisa menutupinya. Terlebih lagi papa meminjam sejumlah uang di salah satu teman bisnis papa dan sampai saat ini kita belum melunasinya.” Tanganku bergetar, “Aku memiliki tabungan pa.” Papaku menggeleng keras, “Itu tidak cukup nak.” Suara ayahku terdengar sangat sedih. “Jadi?” tanyaku penuh kuatir. “Mereka akan memenjarakan kami.” “KENAPA?” Kataku syok. “Kita tidak punya apa-apa lagi.” Ibuku kembali menangis. Aku menghampiri ayah dan ibuku, memeluk mereka dan menangis bersama. Bagaimana mungkin kami runtuh dalam satu hari saja. “Aku tidak bisa melihat papa mama di penjara.” Kataku menggeleng keras. “Oh nak….” Ibuku mengelus pipiku dan menangis bersama. “Maafkan papa mama.” Saat kami masih menangis bersama, tiba-tiba pintu depan kami terbuka dengan keras. Beberapa pria mengenakan pakaian serba hitam dan kekar masuk membuat barisan. Mereka berjumlah 10 orang. Lalu seorang pria tua, sekitar 50 tahunan memakai jas rancangan Ralph Laurent terlihat sangat mengintimidasi dan menghampiri kami. “Rudy.” Panggilnya keayahku. “Freddy Vinc.” Ayahku bangkit dan melindungi kami. Pria bernama Freddy itu melepaskan kacamata hitamnya, “Kamu tahu konsekwensinya.” “Kamu bisa memenjarakan kami tapi tidak dengan anak kami satu-satunya!” tegas ayahku. Freddy tertawa kecil dan melirikku. “Dia sangat cantik. Lebih cantik dari foto yang detektifku berikan.” Ayahku mengepalkan tangannya keras, “Aku tidak akan menyerahkan anakku!” “Ckckckc” Freddy tertawa kecil. “Berani sekali kamu. Bagaimana kamu akan membayar semuanya? Perusahaanmu sudah tidak bisa diselamatkan.” Ayahku kembali mengepalkan tangannya keras. “TIDAK AKAN!” Wajah Freddy berubah keras, “PENGAWAL!!!” 2 pengawalnya maju dan menarikku dalam pelukan ibuku, sementara 2 lainnya menahan ayah dan ibuku. “Maaaaaa….” Teriakku. “LEPASKANNNN!” “Bawa dia pergi!!!” kata Freddy. Dan hal yang terakhir aku saksikan adalah ibuku dan ayahku yang memohon dan terus memanggil namaku. Aku di masukkan dalam van hitam dan seketika van itu melaju dengan cepat meninggalkan rumahku dengan mata tertutup kain. Apa yang terjadi? Setelah sekitar beberapa menit kemudian, penutup mataku terbuka dan aku sedang berada di sebuah kantor yang sangat mewah. Aku melihat sekeliling dengan takjub. Ikatan tanganku dibuka. “Amanda Lily Wijaya.” Sebuah suara memanggilku berwibawa. Aku menoleh dan disanalah Freddy duduk dengan berkuasa. Auranya sangat mengintimidasi. Tanganku terkepal marah, “DI MANA PAPA DAN MAMAKU?!!!!” “Kecilkan suaramu!” desisnya. “Jaga sikapmu di hadapanku.” Aku menelan ludah keras. Aku dalam bahaya. “A….apa maumu?” “Duduklah.” Freddy akhirnya melembut dan menunjuk kursi di hadapannya. Kami dibatasi oleh meja mahogany mewah. Aku memilih mengikutinya. Freddy menarik napas panjang. “Rudy meminjam sejumlah uang yang tidak bisa di gantinya. Perusahaan keluargamu jatuh. Aku adalah orang yang menyelamatkannya.” Tanganku terkepal, “BOHONG!” Wajah Freddy kembali mengeras, “Jaga sikapmu!” katanya berdesis lagi. Aku memilih diam, baru kali ini aku merasa sangat ketakutan. “La…lalu?” “Aku yang menyelamatkan Rudy dan ibumu dari masalah. Aku menyelesaikan semuanya. Ibu dan ayahmu aman. Mereka sudah kembali kekampung halaman mereka dan hidup di sana. Aku menjamin itu.” Katanya menatapku tajam. “Tetapi ada harga untuk itu.” “Ma…maksudmu?” “Dirimu.” Aku menatap kaget Freddy. “A..apa?” Freddy mengangguk, “Harganya adalah kamu harus melayani keluarga ini.” Informasi ini membuatku bergetar dan takut, dengan reflex aku bangkit dan mencoba kabur tetapi pengawal Freddy menahanku. Freddy berdiri di hadapanku. “Kamu akan menikahi puteraku satu-satunya dan menjadi istri yang baik untuknya. Melayani dia sepenuh hati layaknya istri yang sempurna.” Aku menatapnya kaget sekali lagi, “Aku masih 16 tahun!!! Bagaimana mungkin aku menikah!!!!” kataku keras. “Aku bisa mengurus untuk itu.” Freddy kembali duduk. “Jika kamu tidak bisa menerima ini dan bersikap tidak kooperatif, nyawa dan nasip ayah ibuku bisa saja terancam. Aku bukan orang yang suka bermain-main, Nak. Percayalah.” Freddy mengambil cerutunya dan menghisapnya. Kepulan asap membumbung tinggi. “Aku tahu kamu sangat cerdas dan dapat mengerti dengan cepat.” Aku kembali menelan ludah keras, tanganku bergetar. Nyawa ayah dan ibuku? Airmataku begitu saja mengalir dengan deras. Aku masih 16 tahun, bagaimana mungkin aku sudah akan menikah dengan orang yang tidak kuketahui? Aku terus menangis. Freddy menghela napas panjang. “Hapus airmatamu. Aku akan menyelenggarakan makan malam keluarga besok dan aku akan memperkenalkanmu dalam keluarga dan anakku yang adalah calon suamimu.” Airmataku semakin deras mengalir. Freddy menyuruh pengawalnya membawaku menuju sebuah kamar yang didominasi warna pink. Kamar itu sangat indah. Begitu aku memasukinya, mereka menguncinya dari luar. Aku memilih duduk dipojokan dan menangis disana. Aku melihat sekeliling. Jam masih menunjukkan pukul 11 pagi. Aku terus duduk dipojokan dan merindukan ayah ibuku. Setidaknya mereka selamat. Satu jam kemudian pintu terbuka dan pelayan masuk dengan troli penuh dengan berbagai macam makanan. “Tuan besar menyuruh anda makan, Nona.” Katanya hormat dan berbalik keluar. Perutku lapar tetapi aku tidak memiliki napsu untuk makan. Aku masih duduk di pojokan dengan memeluk lututku erat. Aku merasakan mataku panas karena terlalu lama menangis. Jam menunjukkan pukul 3 sore dan aku masih di tempat yang sama tanpa bergeming. Pintu terbuka dengan seketika. Aku mengangkat wajahku dan melihat sosok itu. Pria tertampan yang pernah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Tubuhnya sangat tinggi dengan d**a bidang dan bahu kokoh. Matanya melihat sekeliling dan mendapati diriku dipojok. Dia menatapku tajam. Aku terpaku seketika. Tatapannya membuatku bergetar dan bahkan menggelitik perut bawahku. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Aku menelan ludah kaku. Matanya masih menatapku dengan tajam, kedua tangannya di dalam kedua kantong celana kainnya. Dia masih terdiam dan kemudian melirik troli yang masih penuh. Aku memilih menunduk. “Amanda…” panggilnya dengan suara baritone yang dalam. Baru kali ini namaku begitu seksi diucapkan oleh bibirnya yang merah. Aku mengangkat wajahku dan ekspresinya masih sama. Hanya matanya yang berbicara dan melihatku bergantian dengan troli makanan. Okeh. Dia menyuruhku makan. Aku menggeleng keras. Wajahnya mengeras. “Aku tidak lapar.” Aku membuang tatapanku. Aku tidak tahan dengan tatapan dan wajah tampannya. Tanpa sadar dia menarikku berdiri dan memelukku erat. Tubuhku menempel erat didadanya yang bidang. “Listen….” Desisnya. Aku bisa mencium bau colognenya yang maskulin dan aroma mint dari mulutnya. Dia sangat tinggi. “Aku tidak suka dibantah. Paham?” desisnya lagi. Napasnya menyapu mata dan pipiku. Dia sangat seksi jika sedang mendominasi. Aku mengangguk seketika. “Good.” Dia melepaskanku dan mendudukkanku di ranjang. Ditariknya troli makanan untuk berada di hadapanku. Dia berdiri mematung dengan tangan terlipat di d**a. Kemeja hitamnya tidak mampu menyembunyikan d**a bidangnya. Aku perlahan menghabiskan makananku dan saat suapan terakhir, handphonenya berbunyi. Aku melihat ekspresinya yang berubah lembut saat melihat layar handphone tersebut. Dan keluar cepat dari kamar seakan aku tidak pernah ada disana. Hatiku perih sejenak namun aku memilih mengabaikannya. Siapa dia?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERNODA

read
198.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.3K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
31.6K
bc

My Secret Little Wife

read
131.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook