Yuri sudah sampai di apartemen, selesai membersihkan diri dan memasuki kamar ia melihat Sissy sudah terlelap padahal ia ingin menceritakan tentang hari ini.
"Ting", sebuah chat dari Ryu.
"Hai, lagi apa sekarang? Besok saya rencana ke panti jompo dan mau ajak kamu, kamu temenin saya ya".
"Lagi rebahan nih. O panti jompo di daerah mana? Kamu ngapain ke sana?"
"Di daerah Bogor, di sana saya mau kenalin kamu ke seseorang. Saya gak akan macam-macam koq cuma satu macam aja. Jagain hati kamu dengan emoji kiss".
"Apaan sih? O, boleh jam berapa? Kita naik mobil aku aja ya".
"Emoji senyum, jam 8 pagi ya saya jemput ke apartemen kamu. Oke, kalo mau naik mobil padahal naik motor lebih romantis lho".
"Ryu..."
"Iya, iya, canda doang. Oke sampai jumpa besok ya. Selamat bobo. Mimpiin saya ya. Daah dengan tambahan emoji kiss".
"Iya sampai jumpa besok. Daah".
Keesokkan paginya, Yuri bergegas mandi, memilih setelan yang informal, berdandan dengan riasan tipis, memakai sepatu skets dan tas ransel gaya-gaya abg. Mungkin yang tidak mengenal Yuri pasti mengganggap ia baru berusia 20 tahun. Yuri memang terlihat lebih muda daripada umurnya sekarang yang sudah menginjak kepala 3.
Sissy yang baru bangun dan melihat Yuri terlihat sudah rapi bertanya, "Mau kemana, Yur sudah rapi aja?"
"Aku mau ke panti jompo dengan Ryu".
Sissy mendekatkan wajahnya ke Yuri dan memperhatikan wajah Yuri sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Sepertinya ada yang lagi kasmaran nih, Kalian sudah jadian ya?"
"Ehm...iya, semalam aku ingin cerita ke kamu tapi kamu sudah tidur nyenyak banget jadi aku gak tega deh banguninnya".
"Congratz ya, akhirnya sahabatku menemukan belahan jiwanya, semoga bisa cepat nyusul aku".
"Apaan sih kamu?, baru juga kenal masih jauh lah ke arah sana".
"Ting", sebuah pesan dari Ryu memutus perbincangan mereka.
"Saya sudah di parkiran nih. Kamu sudah siap belum?"
"Aku sudah siap koq, aku turun sekarang ya".
"Oke".
Sis, "Aku pergi dulu ya".
"Have fun ya", sambil melambaikan tangan.
Yuri juga membalas dengan senyum dan lambaian tangan.
Ryu duduk di motornya menunggu Yuri dan tak lama Yuri sudah di parkiran.
"Hai".
Ryu selalu saja terpesona dengan penampilan Yuri. Ryu memandang Yuri dari bawah ke atas dari atas ke bawah sedikit membuat Yuri canggung.
"Kenapa? Ada yang aneh?"
"Gak koq, saya cuma terpesona sama kamu, cantik banget soalnya".
Yuri tersipu malu.
"Ini, kunci mobilnya, kamu yang bawa ya, motor kamu tinggal di sini saja".
"Oke".
Mereka memasuki mobil dan memulai perjalanan ke Bogor. Suasana masih terasa canggung dan Ryu memulai perbincangan agar suasana lebih akrab di antara mereka.
"Kamu sudah sarapan?, Nanti kita mampir ke rest area gimana?"
"Aku tadi sudah sarapan, langsung aja deh, kita makan agak siang aja".
Ryu menganggukan kepala.
"Di panti kamu mau kenalin aku ke siapa?"
"Saya mau kenalin kamu ke Bi Nissa, Beliau itu pengasuh saya dari kecil, saya sudah menganggap dia seperti nenek saya."
"Lalu kenapa dia di panti sekarang? "
"Iya Bi Nissa tidak menikah dan sekarang sebatang kara, dia juga mempunyai penyakit pikun, jadi ya terpaksa saya bawa dia ke panti agar ada yang merawat".
"Yang waktu itu kamu jual snack untuk panti jompo, maksudnya apa?"
"Itu buat bantu dana panti karena kekurangan donatur".
"O, kamu sering berkunjung ke panti?"
"Iya hampir tiap minggu kalo libur dan gak ada kegiatan kampus ya pasti saya ke panti".
Yuri merasa kagum dengan Ryu meski masih muda tapi jiwa sosialnya tinggi.
Perjalanan ke Bogor melalui jalan tol hanya memakan waktu 2 jam. Mereka sudah sampai di panti. Ryu memarkirkan mobil di halaman panti dan mereka turun bersama. Disana mereka disambut oleh Pak Karyo tukang kebun di sana.
"Den Ryu, Aden datang dengan siapa ini gelis?"
"Ini teman Ryu, Pak".
"Saya Yuri, Pak teman Ryu".
"Saya tukang kebun di sini Neng Yuri, panggil aja Pak Karyo".
"Mari, mari masuk ke dalam".
Mereka masuk ke dalam dan bertemu dengan pemilik panti, Bu Broto.
"Bu, bagaimana kabar? sambil mencium tangan Bu Broto".
"Ryu, hari ini bawa teman spesial nih, cantik banget".
Ryu memperkenalkan Yuri.
"Iya, bu, ini Yuri".
"Yur, ini Bu Broto, pemilik panti" sambung Ryu.
"Saya teman Ryu bu, panggil saja Yuri".
"Kamu mau tengok Bi Nissa kan, beliau ada di taman belakang. Kesehatannya kurang baik, dia selalu menolak minum obat".
Entah kenapa Bi Nissa tak mau minum obat, ingatannya juga kurang baik, padahal dulu beliau sehat tapi semenjak kakek Ryu meninggal 3 tahun lalu Bi Nissa menjadi seperti sekarang.
"Kami ke taman dulu ya, bu", izin Ryu ke Bu Broto.
"Iya, iya, silahkan".
Ryu dan Yuri berjalan menuju taman belakang. Disana ada beberapa lansia juga sedang duduk di bangku taman. Dan Bi Nissa juga sedang duduk di bangku sambil menatap bunga.
"Bi, Bi Nissa".
Beliau menengok ke arah Ryu.
"Den Ryu, Aden kemana saja
sudah lama tak tengok bibi, bibi kangen, Den".
"Iya, bi, ini Ryu datang tengok bibi sekalian mau kenalin teman spesial Ryu nih".
Bi Nissa menengok ke arah Yuri.
"Wah, cantik teman Aden. "
"Saya Yuri, bi".
"Neng Yuri".
Mereka berbincang santai sampai waktu makan siang. Lalu Bu Broto menghampiri dan menawarkan untuk makan siang bersama.
"Mari, kita makan dulu, makanan sudah siap".
"Iya, Bu, sebentar kami menyusul".
Mereka makan siang bersama dan setelah selesai makan mereka berpamitan pulang.
Sebelum pulang Ryu menyerahkan amplop berisi uang, iya Ryu memang rutin menjadi donatur disana dengan menjual snack dan hasil keuntungannya selalu ia sumbangkan ke panti.
"Terimakasih Ryu, sering-sering kunjung ke sini bawa Yuri juga".
"Iya bu, doakan saja langgeng".
"Kalian serasi yang wanita cantik yang lelaki tampan, ibu senang kali pertama kamu bawa teman spesial kemari".
"Ibu, bisa saja" sambil tersipu.
Yuri pun menjadi tersipu dalam hati karena ia wanita pertama yang dibawa Ryu ke panti.
Setelah berpamitan mereka menuju mobil dan sebelum pulang Ryu mengajak Yuri ke tempat pemakaman kakeknya. Kakek Ryu sudah 3 tahun meninggal dan dikubur di daerah Bogor juga.
"Yur, kita ke kuburan kakek dulu ya, tak jauh dari sini koq".
"Kakek kamu dikubur disini?, iya gak apa-apa aku juga mau sekalian mendoakan beliau".
Hanya 20 menit, mereka tiba di pemakaman. Mereka menabur bunga dan mendoakan kakek Ryu. Baru mereka pulang menuju Jakarta. Tak lupa mereka membeli asinan Bogor dan ubi cilembu yang merupakan makanan khas Kota Bogor.