bc

Indifferent Mom

book_age16+
829
FOLLOW
3.8K
READ
others
possessive
self-improved
drama
comedy
sweet
humorous
serious
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Awalnya ku kira keputusan untuk menerimamu adalah hal yang terbaik untuk kehidupan kami. Ku akui, awal dari semua perjalanan kita memang manis, bahkan mampu membuatku lupa akan apa itu rasanya pahit. Hingga suatu kenyataan membuat segalanya berubah, kenyataan yang menjadi sebuah kunci di kehidupan kita.

Buih manis yang selama ini memabukanku, mengubahku menjadi sesosok gadis lemah. Melupakan pahitnya rasa kecewa yang akhirnya, bagaikan pil pahit yang harus ku telan tanpa sebuah pelantara.

Rachelia Anastasia Faurelio,

chap-preview
Free preview
Ma-Bo 1
"Astaga Cila, bangun kebo udah jam berapa ini, kebiasaan bener deh ngebo gak kira-kira, mentang mentang gak kerja laju ngebo hah!?" begitulah kicauan nyonya besar di pagi hari kala menghadapi putri kesayangannya yang satu ini. Putri paling tersayang malah, satu-satunya anak curut yang pernah keluar dari rahimnya dan mampu membuat nyonya besar kesal bukan main di tiap paginya.  Kebiasaan yang sudah sangat tak asing lagi bagi penghuni rumah itu. Bahkan mereka para penghuni rumah hanya memaklumi dan mengacuhkan ritual pagi yang bising itu. Belum lagi tingkah ajaib dari putri kesayangannya itu selalu sukses membuatnya naik darah, bukan cuma naik darah, malah sampek membuatnya naik pitam, bahkan kalo bisa nyonya besar itu pilih naik kaki alias angkat kaki sangking tidak kuat menghadapi tingkah si bungsu itu. Namun sayang, rasa sayang kepada keluarganya lebih besar dari apapun hingga membuatnya tak tega untuk melakukan itu. Nyonya besar yang kini sudah berkacak pinggang menatapnya dengan tatapan kesal, pasalnya ia sudah mengguncang, menendang, menyumpal mulut yang terbuka dengan ujung selimut yang kini sudah ia tarik kebawah karena ia tarik berharap agar udara AC mampu membuat putrinya terbangun. namun semua itu tak berefek sama sekali, gadis yang tengah ia bangunkan itu masih nyaman di dunia mimpi, tanpa terganggu dari apapun yang di lakukan nyonya besar terhadapnya. "Astaga Cila, mommy hitung sampek tiga ya, sampek gak bangun juga jangan salahin mommy kalo kamu jemur kasur lagi siang ini!" tak ada jawaban dari gadis yang kerap di panggil Cila itu yang ada malah dengkuran keras ala bapaknya yang selalu mengganggu tidur nyenyak sang nyonya besar. Keras dan bising. "Argh... Dasar anak curut!!" dengan darah yang sudah naik ke ubun-ubun, nyonya besar melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ada di kamar itu, setelah beberapa saat ia keluar menenteng sebuah ember dengan isi yang hanya setengah. yap, se-galak apapun nyonya besar di rumah itu, tetap saja ia masih punya hati nurani atau lebih tepatnya, malas jika malamnya terganggu karena anak bungsunya itu mengungsi di kamar dengan alasan "salah sendiri nyiram kasur Cila sampai basah ke akar-akarnya" dan, ya, tentu saja bukan cuma itu, dirinya juga malas jika ritual malamnya dengan sang tuan besar sampai absen hanya karena kesalahannya. Namun satu hal yang ia lupa. Cila sudah tidak lagi tinggal bersamanya mungkin hanya jika hari Sabtu dan Minggu saja barulah Cila menginap di sana Byur... Tanpa belas kasihan nyonya besar  telah sukses memindahkan setengah air yang ada di ember tepat di wajah putri bungsunya, bukan hanya di wajah namun juga di permukaan kasur empuk itu. Merasa basah, sang korban dari kekejaman nyonya besar kini gelagaban, membangunkan tubuhnya dengan teriakan histeris tanpa mau membuka matanya, bahkan teriakannya itu mampu memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. "Kyaaa...!!! Banjirrr...!! Siapapun tolong Cila. Emak, tolong Cila mak, Cila gak bisa berenang, Cila gak mau mati muda mak. Belum kawin mak!!" Seperti itulah Cila, langsung saja teriak tanpa peduli apapun, bahkan kini sang nyonya besar hanya menatapnya perihatin, "astaga, ngidam apa dulu sampai punya keturunan macem gini, perasaan yang lain gak ada yang separah ini deh," gerutuan yang selalu keluar hampir di setiap paginya, bahkan tangan kanannya sudah hafal, seolah tanpa menunggu kinerja otak, tangan itu sudah bergerak dengan sendirinya mengelus d**a sang nyonya besar. Cila yang sudah basah kuyup dan berhenti berteriak, kini mulai meraba tangannya, ia merasa sedikit aneh, pasalnya dia merasakan ada air begitu banyak menghampiri wajahnya. Merasa ada yang aneh dan rasa penasaran yang kian meninggi, Cila mengintip dari sela kelopak matanya. Ada yang aneh di sini. Seluruh penjuru ruangan itu terlihat kering lalu kenapa ia merasa tenggelam di lautan air?. Cila membuka matanya dengan sempurna, sadar akan sesuatu ia mulai menggerakkan tubuhnya, dengan santainya Cila menggantung kedua kakinya di sisi kiri ranjang tanpa menyadari aura sengit sang nyonya besar yang telah melipat kedua tangannya di depan dadanya. Perlahan Cila turun dari ranjang, melangkahkan kakinya kearah pintu. begitu sampai di sana dan telah membuka pintu itu, Cila terdiam untuk sesaat menarik nafasnya dalam-dalam. Kegiatan yang sukses membuat sebelah alis nyonya besar terangkat "apa lagi yang akan di lakukan bocah ini" "EMAK!! KAMAR CILA BOCOR"  lengkingan suara itu keluar dari mulut mungil Cila membuat telinga nyonya besar itu berdenging kencang hingga membuatnya terpaksa menutup telinganya dengan kedua tangan. Bahkan suara itu menggema di seluruh ruangan itu. Setelah pendengarannya berhasil pulih, nyonya besar itu melangkahkan kakinya dengan kesal ke arah putri bungsunya itu, sejurus kemudian jari lentik itu sudah bertengger di daun telinga Cila membuat sang empu terpekik kaget. "Ihh apaan nih main jewer aj..." ucapan bernada protes itu kicep seketika bak kerupuk nyemplung kedalam air melempem. Cila memasang cengiran khas ala dirinya di ikuti dengan tampang polos, sepolos p****t bayi yang belum ternoda. Menurunkan dan melembutkan nada suaranya. "Eh makfis, kok disini?" pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja di ikuti cengiran yang menunjukan gigi putihnya, bukan luluh atau apa, Nyonya besar yang sering di panggil makfis atau lebih tepatnya Fisa kini menatapnya dengan raut jengkel. "Eh, anak curut.." "Emak, babonnya curut dong?" kebiasaan Cila, selalu saja menjawab sepontan setiap omongan Fisa. Perlakuan yang selalu sukses membuat nyonya besar itu naik pitam. Fisa menatap Cila tajam. Kemudian mengeluarkan nada mengancam yang sukses membuat Cila kicep. "Jawab aja terus, jawab. Potong juga uang jajan kamu sekalian si bontot emak masukin garasi biar kapok sekalian!" "Aih, emak mah curang ngancem nya. Gak adil ih..!" "Suka-suka, salah sendiri jawab mulu kayak burung beo aja" "Emak, buyu-" Cila membungkam mulutnya, sadar jika di lanjutkan masalah ini tak akan berakhir, Cila juga sadar akan sesuatu, jika ancaman Fisa sudah tak berhasil sekarang ini, karna nyatanya Fisa sudah memiliki hidupnya sendiri. Bahkan kini Cila juga telah berhasil mengalihkan kemarahan emaknya hingga lupa untuk memberi kultum panjang yang sukses membuat kupingnya panas, jadi sekarang lebih baik dirinya diam dan mengalah. "Em, ok ok Cila ngaku kalah deh. Ampun mak jangan siksa hidup Cila buat gak ketemu sama si bontot!" Fisa mengerutkan keningnya, menatap intens putri bungsunya itu yang entah kenapa malah memilih mengalah daripada berdebat seperti biasanya. Tak mau ambil pusing, Fisa meninggalkan Cila sesaat setelah memberi intruksi pada putri bungsunya itu untuk bersiap dan langsung ke meja makan. "Yaudah lah serah kamu, buru mandi ganti terus ke meja makan. Daddy sama yang lain udah pada nunggu" namun belum saja tapak kaki itu jauh melangkah, Fisa teringat akan sesuatu. Nyonya besar itu lupa jika ia akan memarahi Cila hanya karna perdebatan tak seberapa tadi! "Astaga! Cila!! anak curut emang kamu ya. Jangan kelamaan, bersihin dan keringin itu kasur! gak ada acara ngungsi untuk malam ini, gak pake protes atau si bontot bener-bener emak pa-!!" Fisa membungkam mulutnya rapat-rapat saat sepasang matanya melihat pintu kamar dengan gambar hello kitty tepat di sebelah kamar Cila. "Bodoh. Buat apa teriak-teriak dari tadi. Toh semua itu juga gak akan berefek sama sekali. Dasar pikun" Fisa menatap sayu dengan seutas senyum manis di bibirnya. Fisa beranjak meninggalkan mereka dan melangkah turun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.1K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.6K
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.5K
bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook