Ingin pergi jalan-jalan

1180 Words
"Kalian ini budeg, atau tidak punya kuping?" bentak Abang Ryan yang ternyata terbangun dari tidur nyenyak nya saat kedua sahabat itu tengah asik berdebat. "Maaf, Abang! tapi Adek harus melakukan ini" ucap Riana yang tiba-tiba berlari, lalu segera menutup dan mengunci pintu kamar nya rapat-rapat. Dia menghela nafas panjang, lalu Kembali menatap ke arah Alana dengan tatapan mematikan. "ini semua gara- gara kamu, nahan tuh lapar sampai besok!" ketus Riana sambil mematikan lampu kamar nya dan kembali untuk tidur. *** keesokan harinya, Riana dan Alana masih tertidur pulas karena meskipun mereka bangun juga tidak tahu apa yang mau dilakukan. Bahkan, matahari pagi saja sudah terbit dengan sangat tinggi, setinggi harapan nya Riana yang ingin menjadi orang sukses dan kaya raya. Tapi, kerjaan Riana itu adalah pengacara (pengangguran banyak acara) yang sangat handal, jadi keseharian nya Riana itu hanyalah rebahan sepanjang masa. Alana, sahabat nya Riana itu masih anak sekolahan. Umur nya Riana saja masih sedikit lebih tua dibandingkan dengan Alana, mereka beda 3 tahun. Alana sekarang baru kelas 3 SMA, dia berumur 18 tahun. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, tapi kedua manusia itu masih belum bangun juga. Apakah mereka tidak sadar kalo diri nya itu adalah seorang gadis, bisa-bisa semua laki-laki yang ingin mendekati mereka malah mengurungkan niatnya karena kelakuan kedua gadis tersebut yang cukup malas. "Dek, bangun!!! ini sudah jam sebelas dan kau belum juga bangun? mau jadi apa sih kau ini, hah?" panggil Abang Ryan sambil berteriak-teriak dan menggedor pintu kamar nya Riana dengan sangat keras. Riana langsung terbangun saat mendengar Kan sang Abang yang sedang menggedor pintu kamar nya sambil berteriak-teriak, sedangkan Alana tidur seperti kerbau malas. Dia masih mengeluarkan suara dengkuran halus dari mulut nya. Riana segera beranjak dari tempat tidur dan duduk sejenak karena masih merasa sedikit pusing, dia masih belum penuh mengumpulkan kesadaran. "Adek!!! kalo Adek tidak bangun sekarang, akan Abang dobrak ini pintunya" teriak Abang Ryan yang semakin merasa sangat kesal. "Iya Abang, ini Adek udah bangun kok" sahut Riana masih setengah sadar, dengan suaranya yang serak khas bangun tidur. Riana kemudian langsung bergegas keluar dari kamar nya dan menuju ke kamar mandi, tanpa membangun kan Alana terlebih dahulu. Setelah beberapa lama kemudian, Riana kembali ke kamar nya. Gadis itu sudah selesai mandi dan berpakaian dengan rapi. Ini saat nya bagi Riana untuk membangunkan Alana sang kerbau malas yang masih terlelap dalam tidur nya itu. "Alana, Alana, bangun cepat!! ini sudah jam dua belas siang loh, cepetan bangun! atau kamu mau aku seret keluar? Baiklah, aku akan menyeret mu dengan paksa keluar dari rumah ku ya" ujar Riana mengancam, sambil mengguncang lengan nya Alana. "Jika dalam hitungan 3 detik, kau masih juga belum bangun, maka jangan salahkan aku jika aku menyeret mu seperti anak kucing ya! satu... dua.... ti....." Riana menghitung sambil memegangi kedua kaki nya Alana, dan siap untuk di seret. "Aku bangun sekarang!!!" pekik Alana yang tiba-tiba sudah bangun dan terduduk di atas ranjang sambil mengumpulkan kesadaran nya. Sedangkan Riana hanya tersenyum saat melihat kelakuan seorang Alana tersebut, dan seakan membuat nya ingin tertawa keras, namun ditahannya. "kau sudah mandi?" tanya Alana sambil menatap ke arah Riana yang sudah rapi dan wangi, Riana hanya mengangguk pelan. "Baiklah, aku mau pulang kerumah ku dulu ya" ujar nya lagi sambil beranjak dari atas tempat tidur, lalu segera bergegas untuk keluar dari kamar nya Riana. Riana pun ikut keluar untuk mengantarkan Alana sampai ke depan rumah, padahal rumah Alana tepat di samping rumah nya. "Hati-hati ya" ucap Riana sambil melambaikan tangan nya, Alana pun membalas lambaian tangan tersebut dan tersenyum kearah Riana. "Hufff, aku sangat bosan sekali tinggal dirumah setiap hari" gumam Riana dengan memasang kan ekspresi wajah yang sangat cemberut, sambil berjalan menuju ke kamar nya. "Adek kenapa?" tanya Abang Ryan yang sedang duduk di bangku sofa ruang tamu, ketika melihat sang Adek perempuan nya cemberut seperti itu. Riana tidak menjawab nya, dia hanya menggelengkan kepalanya saja. "Adek, wajahnya kenapa di tekuk seperti itu, hah???" tanya Abang Ryan lagi. "Adek bosen terus-terusan di rumah loh Abang, Adek itu seperti tidak punya kawan sama sekali tau nggak sih?" jawab Riana dengan suara yang cukup ngegas. "hei, lantas kenapa Adek harus marah-marah gajelas sama Abang" balas Abang Ryan. "Tadi Abang nanya, pas Adek jawab dibilang marah- marah" sungut Riana kesal diiringi dengan tatapan sinis nya. "Nggak harus ngegas juga kali, Markonah. Kan bisa di bilangin secara baik-baik sama" ujar Abang Ryan dengan suara yang sangat lembut dan penuh kesabaran saat menghadapi sang Adek perempuan nya yang sedang merajuk itu. "Adek mau keluar?" tanya Abang Ryan sambil mengangkat kedua alisnya. "mau banget lah Abang, Adek itu udah lama nggak keluar jalan-jalan" jawab Riana sambil memasang wajah masam nya. "ya udah, Adek siap-siap terus. kita akan pergi keluar, Abang akan bawa Adek ketempat yang sangat bagus. Tapi ingat! Jangan pakai baju yang terlalu bagus" perintah Abang Ryan sambil tersenyum miring, mencurigakan sekali ya bestie. Riana sempat tidak terlalu yakin, tapi dia menuruti saja titah dari sang raja untuk tidak memakai pakaian yang terlalu bagus. Riana masuk ke dalam kamar nya dan mulai memilih pakaian yang ada di dalam lemari. Riana mengambil kemeja berwarna hitam, celana kulot berwarna putih, serta memakai hijab berwarna coklat s**u, sederhana namun tampak sangat cantik. "Adek udah siap" ucap Riana sambil keluar dari kamar nya dan menghampiri Abang nya yang masih duduk santai di sofa, serta sibuk dengan ponselnya. kemudian mata nya teralih pada sang Adek perempuan nya yang berdiri tepat dihadapan nya, dia melihat dari bawah hingga ke atas. "Adek serius mau jalan dengan menggunakan pakaian seperti itu?" tanya Abang Ryan menyerngitkan dahinya, Riana pun menggangguk cepat. "baiklah, jangan salah Abang nanti jika pakaian mu kotor" gumam Abang Ryan tapi masih bisa di dengar oleh Riana. "maksud Abang apa?" tanya Riana tak paham, namun Abang Ryan hanya menggeleng. Mereka pun keluar dari rumah, Riana mengambil heels berwarna hitam yang ada di dekat rak sepatu dan langsung memakai nya. Riana kemudian langsung menaiki motor nya dan pergi bersama sang Abang. Motor melaju dengan mula kecepatan perlahan, lalu beralih dengan kecepatan yang sangat cepat, membuat Riana yang duduk di belakang merasa sangat jengkel sekali. Mereka melakukan perjalanan yang lumayan jauh, serta harus melewati jalan yang bebatuan. "Abang, kenapa kita malah pergi ke hutan seperti ini sih?" tanya Riana kemudian, karena merasa sudah tidak beres lagi. "Diam saja, Adek sendiri kan yang mau jalan-jalan, jadi duduk diam dan berpegangan saja dibelakang" jawab Abang Ryan santai. "kenapa Abang ku sangat berbeda ya, biasa nya jika orang lain ingin pergi jalan-jalan pasti di bawa ketempat yang mewah- mewah serta mahal oleh Abang nya, lah aku malah dibawa ke hutan" gumam Riana dengan suara yang sangat pelan, dia hanya bisa duduk diam Sambil memasang ekspresi wajah masam di belakang. Tiba-tiba Abang Ryan menghentikan motornya, dan mematikan start. "kita sudah sampai, ayo turun!" ujar Abang Ryan dengan memasang kan ekspresi wajah datar sambil menatap ke arah sang Adek yang sedang tercengang. Riana hanya bisa terbelalak dan mulut nya yang sudah menganga lebar saat melihat tempat yang akan mereka kunjungi Sekarang. "Abang, sebenarnya Abang ini mau nya apa sih?" tanya Riana dengan wajah memelas dan suara yang sedikit bergetar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD