Auryn keluar dari kamarnya. Ia turun tangga dengan tampang malas. Auryn duduk dan sarapan bersama keluarganya.
"Taufan akan jemput kamu. Pulang nya fitting baju," ucap Anaya sambil mempersiapkan makanan Ryan.
Auryn yang masa bodo hanya menghabiskan makanannya. Ia tak memperdulikan ucapan mommy nya.
Auryn menyelesaikan makanannya. Saat akan keluar Taufan sudah ada di depan rumah dengan bersandar di motor.
Tanpa basa basi lagi mereka langsung pergi ke sekolah. Di perjalanan hanya ada keheningan saja menyelimuti mereka.
Auryn dan Taufan sampai di sekolah. Banyak murid menatap heran mereka termasuk Tiwi dan Fitri. Auryn pun menghampiri temannya.
"Tumben lo sama tuh orang," tunjuk Tiwi ke arah Taufan dengan dagunya.
"Udah lah kekelas aja." Auryn yang malas pun menarik temannya kekelas.
Bukannya kekelas mereka sekarang berada di rooftop sekolah. Auryn malas mengikut pembelajaran.
"Lo kenapa sih dari tadi bete mulu," ucap Tiwi dan diangguki Fitri.
"Ada masalah apa ryn?" tanya Fitri.
Auryn menghela napasnya panjang. Ia. Memandangi jalanan di bawah. Sedangkan Tiwi dan Fitri duduk di sofa.
"Gue di jodohin."
"What! Lo di jodohin! Ganteng ngga cowoknya. Jangan jangn jelek ya makanya lo cemberut terus," ujar Fitri.
"Taufan yang jadi jodoh gue."
Tiwi dan Fitri menetap heran Auryn. Auryn hanya masa bodo saja.
"Ya elah Ryn. Bersyukur napa. Jodoh lo itu sempurna banget dari atas sampe bawah iya ngga Fit."
"Iya benar kata Tiwi. Jodoh lo tuh sempurna banget gila. Siapa sih yang ngga mau sama Taufan yang gantengnya kebangetan. Kalo gue malahan ni ya sujud syukur dapat yang kayak Taufan. Hitung hitung dapat keturunan ganteng."
"Apa gue kabur aja ya," teka Auryn.
"No!" tegas Tiwi dan Fitri.
Auryn memandangi temannya dengan tanda tanya.
"Ngga boleh. Lo tuh ya dikasi yang sempurna malah ngga mau. Mau yang kayak gimana lagi?" kesal Tiwi.
"Gue belum siap Wi."
"Itu urusan belakangan ni..."
"Ngapain kalian?" Suara berat itu berasal dari pintu rooftop. Siapa lagi kalo bukan si Taufan. Ketua osis.
Auryn memandangi jengah Taufan. Sedangkan Tiwi dan Fitri cengengesan.
"Masuk kelas!" titah Taufan.
Mereka pun pergi dari rooftop namun tangan Auryn di tahan oleh Taufan. Auryn pun menoleh ke arah Taufan.
"Pulang sekolah fitting baju," ucap Taufan.
"Ngga!" tolak Auryn dan melepaskan kasar tangan Taufan.
* * * *
"Mommy jodohin lo?" tanya Bram. Auryn mengangguk.
Auryn bolos ke markas. Ia tidak mood untuk kembali belajar lagi. Dan lebih memilih bolos saja.
"Keputusan mommy itu selalu yang terbaik buat anaknya," sahut David.
"Tapi bang. Auryn ngga mau." Auryn masih kekeh dengan pendiriannya.
"Aur....."
Auryn langsung pergi dari hadapan Bram dan David. Ia malas kalo akan membahas masalah pernikahan.
Sedangkan di sekolah Taufan menunggu Auryn di depan kelas. Kelas Auryn pun keluar. Tiwi dan Fitri menghampiri Taufan.
"Auryn ngga ada," ucap Tiwi saat berhadapan dengan Taufan. Taufan mengangkat sebelah alisnya.
"Auryn bolos ngga tau bolos kemana," celetuk Fitri.
Taufan mengangguk ngerti dan pergi meninggalkan Tiwi dan Fitri. Tiwi dan Fitri menatap Taufan yang pergi.
"Auryn belahau apa gimana sih. Sempurna kek begituan ditolak. Emang gesrek otak tuh anak," geram Fitri.
"Lah tumben nyambung lo," heran Tiwi.
"Yaiyalah orang ganteng gitu di anggurin. Kalo ngga mau kan tinggal kasi ke gue."
"Taufan nya ngga mau sama lo."
Tiwi pun meninggalkan Fitri. Fitri mendengus sebal dan menyusul Tiwi karna ia numpang sama Tiwi. Bisa bisa balik naik angkutan umum.
* * * *
Auryn sudah sampai di rumahnya. Ia berharap orang rumah sedang tidur karna auryn pulang sudah pukul 12 malam.
Ia sengaja pulang malam agar mommy dan daddy nya tidak bertanya kenapa dirinya tidak fitting baju.
Auryn masuk dengan mengendap ngendap ia membuka pelan pintu rumahnya. Ternyata rumahnya sepi dan gelap. Auryn menghela napasnya lega.
Klek
Lampu pun hidup menampakan Anaya, Ryan, dan Galaksi. Ryan menatap tajam anaknya. Tatapan itu tak pernah ia berikan kepada anaknya.
Auryn yang melihat itu menundukkan kepalanya. Takut akan tatapan Ryan.
"Habis dari mana?" nada dingin Ryan keluar membuat Auryn meneguk saliva nya susah payah.
"Da....ri markas," jawab Auryn.
"Kenapa ngga fitting baju sama Taufan. Taufan ke butik cuman sendiri!"
"Auryn ngga mau nikah dad," mohon Auryn.
"Kami nikahkan kamu itu karna kami sibuk! Kami jarang di rumah! Kami nikahkan kamu agar ada yang menjaga kamu! Ngga mungkin kan Galaksi jaga kamu terus! Dia juga punya kepentingan pribadi nya! Mommy ngga mungkin juga ada di samping kamu! Karna mommy merupakan dokter yang harus membantu pasiennya! Daddy ngga akan selalu ada di samping kamu juga! Ngga akan juga daddy harus ngawasi kamu 24 jam!
Ini jalan terbaik buat kamu! Biar ada yang menjaga kamu! Kamu tau setiap hari kami khawatir ninggalin kamu sendiri di rumah! Biarpun ada satpam dan bibi disini! Kami sebagai orangtua juga khawatir sama kamu! Apa pun yang kamu mau selalu kami kabulkan!
Bukan daddy ngga tau tingkah laku kamu di sekolah gimana! Oke, kamu nolak perjodohan ini! Silahkan tolak secara mentah mentah! Batalin semua acaranya mommy! Ngga usah nikah! Kita khawatir sama dia tapi dia tidak mentingin kita!
Itu kemauan dia! Kita turuti! Dia ngga mau nikah kan udah batalkan semuanya! Telpon Nathan dan bilang semuanya batal! Turutin kemauan dia! Biarkan dia melakukan apapun sesuka hatinya!"
Ryan pun pergi setelah mengeluarkan semua uneg uneg nya kepada anaknya itu. Karna terlalu sering di manja Auryn jadi suka ngebantah.
Padahal Ryan mengajarkan kepada anaknya untuk berlaku sopan. Ryan sudah geram saat Auryn meninggi kan nada bicaranya di depan Nathan dan keluarga.
"Dad," lirih Auryn melihat kepergian daddy nya. Auryn menatap Anaya dengan memelas.
"Mommy."
"Urus sendiri."
Anaya pergi dengan perasaan kecewa. Karna hanya permintaan kecil saja anaknya tidak bisa menuruti kemauannya.
"Bang."
"Abang sih ngga tau kalo udah lihat daddy kamu marah."
Auryn menghela napasnya panjang saat akan kembali bersuara galaksi sudah pergi. Auryn berjalan dengan langkah gontai menaiki tangga.
Ia merasa bersalah dengan atas perlakuan dirinya. Ia mau menerima perjodohan ini. Ia akui sekarang setelah melihat daddy nya marah.