"TAUFAN!"
Benar benar jika Taufan belum turun lagi maka Agatha tidak akan berhenti berteriak. Nathan dan Laura hanya menjadi pendengar yang baik dengan duduk manis di sofa.
"Kemana sih nih anak lama amat," gerutu Agatha.
"Bentar lagi turun Ma," sahut Laura.
"Abang kamu lama banget Ra," kesal Agatha.
"Lagi nyiapin diri kali buat ketemu calon istri," asal Laura.
Taufan pun turun dengan stelan jas yang di pakainya. Tanpa membuang waktu lagi mereka langsung pergi ke rumah Anaya.
Taufan saja malas untuk pergi namun keinginan orangtuanya dan tak ingin sang papa marah lagi akhirnya Taufan mengalah saja. Lagian hitung hitung balas budi jasa kedua orangtuanya selama ini.
Tidak ada salahnya nikah muda menurut Taufan sendiri karna dapat pencerahan dari adiknya Laura. Pilihan orangtua itu selalu benar dan tak mau anaknya terjerumus dalam hal yang berbahaya.
Auryn keluar dari kamarnya. Ia menuruni tangga. Auryn memakai baju kaos putih yang kebesaran dan celana pendek.
Ia melihat di dapur banyak makanan dan tampak mommy dan bibi nya sibuk menyiapkan makanan.
Auryn pun menghampiri mommy nya ke dapur. Ia mengambil makanan yang disajikan dan memakan dengan santai.
"Ada acara apa mom?" tanya Auryn yang mengunyah makanan.
"Auryn, ganti baju kamu sana. Pakai dress dan dandan," Ucap Anaya berkacak pinggang di depan anaknya.
"Ngapain harus pake dress segala."
"Karna sahabat dad akan kesini," sahut Ryan yang entah datang darimana dan duduk di meja makan.
"Yang mau kesini kan sahabar daddy. Ngapain Auryn pake gaun dan dandan segala."
Anaya menipis tangan Auryn yang akan mengambil makanan lagi. Auryn cemberut sangat kesal.
"Nurut apa kata mom."
"Iya mom."
Dengan langkah gontai Auryn kembali ke kamarnya. Ia mengambil dress miliknya dan memakainya sedikit memoleskan make up di wajahnya.
Sedangkan di bawah keluarga Nathan sudah datang. Ryan dan Anaya menyambut dengan hangat mereka berjabat tangan. Laura dan Taufan menyalami tangan Anaya dan Ryan.
Anaya dan Ryan mempersilahkan mereka masuk. Bibi pun membawakan makanan dan minuman.
"Ayo di minum," ucap Anaya.
"Oh iya. Kita udah lama banget ya ngga ketemu," kekeh Nathan.
"Lo nya sibuk dengan bisnis," ujar Ryan.
"Anak lo mana?" tanya Agatha celingak celinguk mencari Auryn.
"AURYN!" teriak Anaya.
"Bentar lagi turun," sambung Anaya.
Taufan tak asing lagi dengan nama itu. Ia yang sedang bermain ponsel pun menghentikan kegiatannya dan melihat mama nya dengan tanda tanya besar.
Auryn pun keluar dari kamar dengan balutan dress merah maron selutut lengan yang pendek dan make up tipis.
Saat akan keluar kamar. Galaksi pun membuka pintu kamarnya sedikit dengan menyembulkan kepalanya. Kamar Auryn dan galaksi bersebelahan.
"Ssttt Ryn," panggil Galaksi. Auryn pun menoleh ke arah Galaksi.
"Apaan?"
"Semangat ya. Semoga lo terima," ucap Galaksi diakhiri tawa nya.
"Terima pala lo peyang. Terima apaan dodol," kesal Auryn dan pergi meninggalkan Galaksi.
Auryn pun menuruni tangga. Ia melihat Taufan dengan santai. Mata Auryn bertubrukan dengan mata elang Taufan.
Auryn yang masa bodo dan taktau pun menyalami tangan Agatha dan Nathan. Auryn duduk di sebelah daddy nya.
"Sok jual mahal kan lo. Dulu gue ajak main ke rumah ngga mau. Sekarang ngga di undang lo datang kan," ejek Auryn.
"Laura kan?" tebak Auryn. Laura pun memgangguk.
"Iya laura yang kemarin kenalan sama kakak."
"Iya gue ingat."
"Udah saling kenal juga langsung aja ke niatnya," ucap Nathan.
Jujur kalo di jodohkan dengan Auryn Taufan malahan mau. Siapa sih yang ngga mau sama primadona sekolah EHS. Taufan sih jujur aja biarpun Auryn ngeselin Auryn merupakan perempuan cantik dengan bodi yang bagus.
Biarpun datar dan irit ngomong diam diam Taufan sering merhatiin Auryn. Tapi Taufan belum tau dia cinta apa engga nya sama Auryn. Karna ia belum bisa melupakan cinta pertamanya.
"Niat kita kesini ingin membahas masalah beberapa tahun yang lalu. Perjanjian kita ketika mempunyai anak dengan jenis kelamin berbeda akan kita jodohkan unt..."
Uhukk uhukk. Auryn tersedak dengan minumannya. Ia tertohok mendengar omongan Nathan.
"Pelan pelan Auryn!" peringat Anaya. Auryn mengangguk.
"Kita mau Auryn dan taufan menjadi sepasang suami istri."
"HAH!" Auryn mengerjapkan matanya berkali kali. Ia melihat taufan yang tampak santai dengan muka datarnya Auryn sangat kesal.
"Jadi gimana Auryn?" tanya Anaya.
"Mom. Auryn ngga mau di jodohin lagian Auryn masih punya masa depan. Auryn janji akan menikah tapi ngga sekarang juga. Auryn belum siap," melas Auryn kepada Anaya.
"Lagian juga Auryn masih sekolah," sambung Auryn.
"Sabtu minggu libur," sahut Taufan.
"Nah minggu aja gimana acara pernikahannya. Kan besok rabu jadi masih ada waktu beberapa hari buat nyiapin acaranya." Auryn melongo dengan pernyataan daddy nya.
"Dad. Auryn, ngga mau," mohon Auryn.
Bagaimana ia ngga mau. Auryn masih ingin menikmati masa remaja nya dan belum siap menjadi istri di usia masih muda.
"Auryn. Kami mau yang terbaik buat kamu," ucap Anaya.
"Kalo mom mau yang terbaik buat Auryn. Auryn tolak perjodohan ini dan Auryn ngga mau di jodohin!"
"Auryn jaga nada bicara kamu!" tegas Anaya yang melihat nada bicara anaknya meninggi.
"Ini kesepakatan kami saat kalian masih kecil nak " kini Ryan angkat suara.
"Dad. Umur Auryn masih 17 tahun. Auryn masih mau senang senang dulu. Auryn ngga mau di jodohin!"
"Auryn!" tegur Anaya.
"Maaf mom bukan mau kurang ajar. Auryn ngga mau di jodohin!" tegas Auryn.
"Kalo nak taufan gimana?" tanya Ryan.
"Saya siap om."
Apaan ini. Auryn benar benar kesal ia meninggalkan mereka di ruang tamu. Auryn tidak memperdulikan teriakan mommy nya. Dengan enaknya Taufan menerima perjodohan ini.
Auryn membanting pintu kamarnya dengan keras membuat Galaksi yang di sebelah kamar Auryn keluar dan menatap Anaya penuh tanya di bawah.
Tok tok tok
"Ryn," panggil Galaksi.
"Auryn ngga mau bang!" Auryn menutup mukanya dengan bantal.
"Ryn. Dengerin dulu."
"Ngga!"
Sedangakan di ruang tamu tampak tegang.
"Gapapa. Mungkin kak Auryn butuh waktu buat nerima kenyataan ini. Awalnya juga bang Taufan nolak lama lama juga nerima," ujar Laura mencairkan suasana.
"Yaudah hari minggu pernikahannya," ucap Ryan dengan senang.
Mereka kembali bercanda gurau dan makan tanpa Auryn. Setelah lama berada di rumah Anaya. Mereka pun pulang.
"Auryn gimana?" tanya Anaya.
"Omongin baik baik," ucap Ryan menenangkan istrinya.
Anaya pun menaiki tangga. Ia menuju ke kamar Auryn.
Tok tok tok
"Ryn," panggil Anaya sambil menempelkan telinganya di pintu kamar Auryn.
"....."
"Mom masuk ya."
Cklek
Anaya melihat Auryn yang duduk di atas karpet dengan bantal di tangannya. Auryn bersandar di kasur dengan pandangan yang sulit di artikan. Anaya mendekati anaknya dan ikut duduk di samping anaknya.
"Ryn," panggil Anaya lagi.
"Mom. Auryn belum siap jadi istri di usia muda. Auryn takut ngga bisa jaga rumah tangga Auryn. Auryn pengen nikah sekali seumur hidup Auryn. Mom, ngga tau kalo Taufan itu ngeselin banget biarpun ganteng. Eh masa bodo lah Auryn ngga mau mom," mohon Auryn dengan menyatukan tangannya di depan d**a.
"Ryn. Orangtua akan menjodohkan anaknya dengan orang yang baik. Ngga mungkin orangtua asal menjodohkan anaknya. Nak Taufan baik kok. Taufan itu datar karna dulu om Nathan datar juga cuman ngga datar datar amat."
"Tapi mom, Auryn ngga mau."
"Minggu acara pernikahan kalian."
Anaya pun keluar dari kamar Auryn. Auryn mengerjapkan matanya dengan lucu. Apaan ini dia belum setuju udah ditentukan acaranya.
Auryn pun luruh di karpet dengan perasaan kesal. Ia menutup wajahnya dengan bantal. Auryn bangun lagi dan kembali berbaring lagi.