Part 1

1454 Words
"Bel, bangun dong! Hari ini ujian, lo mau lulus apa ga?" Suara Chris membangunkanku. "Ehm ... iya iya bawel!" Hari ini aku akan menghadapi ujian akhir sekolah. Hari yang akan menentukan masa depanku setelah ini. Aku satu sekolah dan satu kelas dengan Chris, ya ... dia anak Om Hans, orang yang merawatku sejak kematian kedua orang tuaku setahun lalu. " Om kemana, Chris?" tanyaku yang tak melihat keberadaannya di meja makan. "Papa udah berangkat, katanya ada meeting buat ngurusin perusahaan bokap lu!" "Owh ...." Aku menyantap sarapanku hingga habis, dan bersiap berangkat ke sekolah bersama Chris. "Chris, nanti pulang nya kamu duluan aja ya! Aku ada belajar sama temen-temen di rumah Kiki" "Okay ... Lagian gue juga ga bisa nebengin lo, soalnya Laura minta anter belanja ...." "Kamu tu di porotin mau aja sih!! Udah tau Laura matre banget!!" "Lo kesel? Apa cemburu? Kan yang di porotin gue bukan lo!" ujar Chris ketus. "Yaelah ... Biasa aja keles jawabnya!!" Aku tau Chris pacaran dengan Laura semata-mata karena dia menjauhiku. Itu karena beberapa waktu lalu, Chris menyatakan cintanya. Sayangnya aku tak bisa membalas cinta itu. Aku merasa Chris bisa mendaoatkan orang yang lebih baik dari pada aku. Meski om Hans setuju saja dengan hubungan itu, namun aku enggan. Chris sudah seperti kakak buatku, ia selalu menjagaku selama ini. Sebaliknya, aku memiliki ketertarikan pada om Hans. Sifat dewasanya membuatku hanyut dalam kebaperan. Setiap apa yang ia lakukan untukku selalu membuatku merasa menjadi wanitanya. Meski aku tau kalau om Hans sering bergonta ganti wanita hanya untuk memuaskan nafsu nya. "Turun woi ... Udah sampek kali ..." bentak Chris membuatku sadar dari lamunanku tentang om Hans semalam. "Bawel, cerewet!! Huh." Brak "Pelan pelan dong!! Mobil mahal ini!!" "Mau aku bikin penyok sekalian?!" ancamku "Jahat banget sih neng!! Udah sono masuk!!" Aku berjalan menuju ruanganku, bertemu dengan teman-teman ku disana. "Belinda ... sini ..." Kiki memanggil. "Hi... Ihh deg deg an ga sih ... ga nyangka bentar lagi kita bakal lulus!!" "Iya nih, lo mau kuliah dimana Bel?" "Ehm, om Hans mau masukin aku ke UI nih ..." "Widih ... bagus tu ... aku mah di IKJ aja ... hehe ...." ujar Kiki cengengesan "Belinda ...." Suara Mira memeluk dari belakang. "Baru dateng nih?" tanyaku "Iya ..." Ting... Tong... Ting... Tong.. (Bel sekolah) Kami sudah duduk di posisi masing-masing. Menunggu selebaran kertas yang menentukan masa depan di bagikan. Setelah usai kami terima, pada akhirnya jawaban kami sendiri yang membawa kami menuju masa depan. *** Aku sedang belajar sembari mendengarkan musik dari ipodku. Telingaku memang tersumpal oleh headphone namun suara yang membuatku penasaran akhirnya membuatku menyusuri asalnya. Aku mendengar suara desahan seorang wanita, ini bukan yang pertama kalinya buatku. Setiap pukul 12.00 malam, aku selalu mendengarnya. Namun aku tak berani untuk keluar kamar. Dan malam ini aku mencoba untuk memberanikan diri. Aku berjalan menuju satu kamar, yang aku tahu itu adalah kamar om Hans. Aku mencoba melihat dari celah pintu. Dan yang kudapati adalah live streaming antara om Hans dengan wanitanya. Aku membekap mulutku, berusaha tak mengeluarkan suara. Aku lihat dengan mata telanjang apa yang sedang mereka lakukan. Tak jauh beda dengan video blue yang biasa di tonton teman-teman di sekolah. "Ahh ... Hans ... kau selalu memuaskan" desah wanita itu "Jangan keras-keras, anak-anak sedang tidur." ujar om Hans menahan kenikmatannya Om Hans melakukan gerakan maju mundur, dan meremas p******a wanita itu. Setiap sentuhannya membuat aku merasa di sentuh juga. "Ahh ... sial... basah ...." gumamku Sudah lima belas menit aku disana menyaksikan live streaming. Saat om Hans mencabut juniornya, saat itu juga mataku melotot di buatnya. 'Astaga ... Besar dan panjang sekali milik om Hans' batinku. Aku kesulitan menelan salivaku melihat pemandangan indah itu. Hatiku ingin berlari kedalam pelukannya dan mengulum juniornya. Tapi sayangnya aku tak seberani itu. Om Hans mencapai klimaks nya, dan memuncratkan cairan kental putihnya di atas tubuh wanita itu. Aku yakin itu karena om Hans ingin bermain aman dengannya. Usai melihat om Hans, aku kembali ke kamarku dan melakukannya sendiri di kamar mandi. "Ahh sial ... pasti lebih nikmat jika jari om Hans yang masuk" gumamku. Jariku mengaduk liang kewanitaanku dengan dua jariku sendiri, menekan daging kecil milikku hingga mendapatkan pelepasan di dalam kamar mandi. "Ahh ... nikmat sekali ...." *** "Bel, gimana tadi? Bisa ga jawab soalnya?" Pertanyaan umum setiap teman yang bertemu denganku. "Bisa dong, hehe ..." jawabku sembari tersenyum nakal. "Jadi belajar ga nih?" tanya Kiki "Jadi dong! Dimana enaknya?" "Ke cafe sebelah aja yuk ... Biar nanti nyokap gue kalo jemput kagak bingung." "Ya udah, ayok!!" Kita akhirnya belajar sambil ngopi di cafe sebelah sekolah. Disana emank tempat nongkrong yang asik buat pelajar, selain tempatnya, cafe ini juga menyediakan buku buat di baca atau di pelajari. "Bel, lihat tu.. Ada Chris.. Lo udah baikan belom ama dia?" seru Kiki "Udah ga usah ikut campur. Biarin aja! Anggap ga liat!" "Ya udah." Setiap melihat Chris yang dekat dengan Laura, aku hanya menanggapinya biasa. Namun jika om Hans yang pulang dengan wanita club malam hatiku terasa sakit sekali. "Hoi ... Nglamun lo!" "Apaan sih!!" Selesai dengan belajar, aku pulang ke apartemen menggunakan ojek online. "Jam segini di rumah pasti ga ada orang,bisa tidur pules nih... Hehe" Sampai di apartemen, aku melihat ada makanan di atas meja. Aku pikir Chris sudah pulang. Ternyata aku melihat adegan panas lagi sore ini. Om Hans yang terkejut dengan kedatanganku langsung mengambil handuk dan menutup setengah tubuhnya yang telanjang. Sedangkan wanitanya berlari menuju kamar mandi. "Belinda sudah pulang?.. Hmm om kira kamu masih belajar sama temen-temen." Suara om Hans nampak takut dan gagap "Udah selese om, ya udah ... Belinda masuk kamar dulu ya? Om lanjutin aja, gapapa, entar Belinda pake headphones deh biar ga kedengeran suara tante itu." "Hah? Ehm ... maaf sayang ... Ini ga seperti apa yang kamu pikirkan,"ujar om Hans membela diri. "Belinda tau kok om, om tenang aja ... Belinda bakal diem ga akan bilang sapa-sapa." "Tapi sayang ...." Belum selesai om Hans berbicara, aku sudah masuk kedalam kamar, dan menutup telinga. Entah kenapa hatiku terasa sakit lagi. Dan tanpa aku sadari air mataku sudah mengalir deras saat ini. Aku hanya bisa berdiam di kamar, menunggu om Hans pergi bersama wanitanya. Dan aku ingin tidur agar tak mengganggunya. Bukannya tidur justru pikiranku terbayang adegan mesra mereka. Membuatku frustasi dan ingin sekali melakukannya bersama om Hans. Aku memang gila, mencintai orang yang sudah merawatku dan menjagaku selama ini. Ceklek ... "Bel ...," panggil Chris. "Chris.. Ada apa?" "Apa lo udah tidur?" "belum Chris.. Masuklah.. Ada apa?" "Hmm ... Gue beli camilan, apa lo mau?" "Beneran? Mau dong ...." Kami menghabiskan makanan yang Chris beli. Ia memang aku anggap sebagai kakak. Namun tidak dengannya, ia menyukaiku. Sudah beberapa kali aku menolaknya, namun ia tetap saja bersikeras untuk mendekatiku. "Apa lo tau soal papa?" tanya Chris secara tiba-tiba dan membuatku tersedak "Ehm.. Iya tau.. Kenapa?" jawabku takut "Yang beli ini papa.. Bukan gue ... Papa bilang buat lo, dan papa minta maaf," jelas Chris "Oh.. Gitu..." "Lah kok cuma gitu doang? Lo kayak ga kaget gitu sih.. Apa jangan-jangan lo pernah liat sebelumnya ya?" tanya Chris mendesakku "Menurutmu?" "Baiklah, gue ga mau tau juga soal itu. Karena lo udah tau ya udah.. Gue juga udah sebel sebenernya.. Ehm.. Setelah lulus kayaknya gue mau ke Bali, pegang perusahan papa disana, dan kuliah juga. Lo mau ga ikut gue?" "Maaf Chris.. Aku ingin tetap disini.." "Hmmm baiklah.. Terserah kamu saja." Aku melihat sorot mata kekecewaan pada Chris. Sungguh aku tak ingin melihatnya kecewa. Namun keputusan untuk tetap disini adalah yang terbaik menurutku. Itu karena orang yang kusukai tinggal disini, dan aku tak ingin kehilangannya Chris keluar dari kamarku dan menutupnya. Aku kembali berbaring di ranjangku. Memikirkan tentang beberapa kejadian yang aku lihat sendiri. Usiaku memang terpaut jauh dengan om Hans, namun aku berharap om Hans tak memandangku karena usiaku yang jauh di bawahnya. Aku melihat ke arah ponselku, ada satu pesan disana. Pesan penyesalan yang dikirim oleh om Hans. Text Message From om Hans "Sayang.. Maafkan om.. Om menyesal sudah membuatmu melihat perilaku b***t om" To Om Hans "It's okay, om.. Belinda ga masalah kok, toh Belinda juga bukan anak kecil lagi. Belinda bisa mengerti kenapa om melakukan itu semua" From Om Hans "Om malu sayang, sekali lagi maaf.. Om akan lakukan apa aja biar kamu senang.. Okay? Maafkan om sekali lagi" To Om Hans "Ya om.. Belinda tau.." Entah kenapa, kini kepalaku di penuhi oleh wajah om Hans yang beringas menyerang wanita bayarannya. Tubuhku terasa panas, terlalu memikirkan hal-hal seperti itu semakin membuatku tak bisa menahan lagi tentang perasaanku padanya. Semoga saja aku punya keberanian untuk menyatakan perasaanku. Aku berlari ke kamar mandi untuk menyelesaikan hasratku. Ku lepaskan bajuku, mandi di bawah air shower yang dingin. Namun bukannya dingin justru tubuhku terasa ingin sekali di sentuh. Aku bermain sendiri, ku lakukan seperti biasanya. Hingga aku mengalami o*****e. Keluar dari kamar mandi, aku memakai hotpants dan tank top tanpa bra tentunya. Ku baringkan tubuhku di atas ranjang dan membaca beberapa novel yang aku punya, hingga mataku terpejam sendiri. Berharap saat bangun esok hari, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini. Tanpa membuatku sakit hati. Karena yang aku tahu selama ini om Hans hanya dekat dengan wanita yang bisa memuaskannya saja. Bukan dekat seperti dengan wanita yang akan dinikahinya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD