Part 2

1523 Words
Hari ini adalah saat yang paling aku tunggu, memakai kebaya berwarna baby pink dengan riasan natural dan memakai high heels setinggi tujuh centi. Om Hans hadir untuk Chris dan juga untukku. Kami berfoto bertiga dan bergantian dengan om Hans. "Belinda..... Kita lulus.... Yeaaayyy....", teriak Kiki "Hahaha... Dasar bocah!!", "Sayang, om terima telepon dulu ya", Aku hanya mengangguk menjawabnya. "Bel, om Hans makin ganteng aja nih... Uhh... Mau dong jadi anaknya... Hehe", Selesai dengan ucapannya aku langsung saja menoyor kepalanya. Berharap Kiki akan sadar kalau om Hans itu cuma buat aku, milik aku seorang. Meski setiap seminggu dua kali ia membawa wanita pulang hanya untuk menemaninya tidur. "Bel... Gue balik dulu ya? Nyokap mau ke Kuala Lumpur... Gue di suruh nemenin..", pamit Kiki "Okay... Bye..", Tinggal aku sendiri deh nungguin om Hans di parkiran. Chris sudah pergi entah kemana sama Laura dan temannya. "Loh Bel... Kok sendiri..", suara familiar om Hans muncul dari belakangku "Iya om, udah pulang semua temen Belinda..", "Sepertinya om terlalu lama menelepon ya?, aduh maaf ya sayang... Yuk pulang", "Okay om...", Akhirnya aku masuk kedalam mobil om Hans, kembali ke apartemennya dengan perasaan senang. Awalnya aku hanya diam, namun karena hatiku yang sudah meronta-ronta. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatiku. "Ehmm... Om...", "Iya sayang, ada apa?", "Belinda kan udah lulus nih, usia Belinda juga udah 18tahun.....", "Iya... Kamu mau apa? Nanti coba om kasih deh..", "Aku boleh minta apa aja om?", "Apa aja buat kamu, sayang...", "Belinda mau om...", "Hmm.. Apa sayang?" "Belinda mau... Mau jadi kekasih atau apalah itu...", "Sebentar-sebentar... Kamu lagi becanda sama om?", "Belinda suka, sayang sama Om!!! ... Belinda udah coba buat lawan perasaan ini, tapi ga bisa om...", "Sejak kapan?", "Sejak tau kalo om sering bawa tante-tante pulang... Dan lagi... Hmm.... Ena ena..", Ciiitt...... Suara rem mobil.... "Sejak kapan kamu tahu hal itu?", "Sudah lama sih om...", "Astaga.... Maaf sayang... Om sudah salah membawa wanita itu pulang kerumah... Om sudah salah memberi contoh buruk buat kamu...", "Om ga salah, toh emank Belinda udah gede juga dan udah tau hal-hal kayak gitu itu.", "Hah... Tapi sayang, maaf... Kamu sudah om anggap seperti anak om, seperti Chris... Om mau kamu pilih lelaki lain yang lebih baik dari om...", "Tapi om... Belinda maunya om.. Belinda sayang sama om", "Belinda dengerin om...", "Gak... Gak mau...", Ceklek... Akhirnya aku turun dari mobil tanpa melihat jalan sekitar. Dan saat aku sudah berada di luar, tiba-tiba saja pandanganku gelap dan aku tak ingat apa yang terjadi. Yang aku tahu, tubuhku terasa terpental jauh dan terbentur sesuatu, hingga terasa mual dan aku memuntahkan darah. Sekilas sebelum mataku tertutup, aku melihat om Hans mengguncang badanku dan menggendongku. *** Tit.... Tit.... Tit... "Ehmmm", Kepalaku terasa sangat pusing dan berat, tubuhku terasa remuk. Aku hanya ingat sesuatu menabrakku hingga aku terpental jauh. Aku mencoba membuka mata dan melihat sekitar. Di sampingku ada alat deteksi jantung, di tanganku sudah tertancap infus. Dan aku melihat orang yang aku sayang sedang berbicara pada dokter di depan pintu. "Sayang... Kamu sudah sadar...", suara yang sangat aku suka bergema di telingaku "Om..", panggil ku lirih "Dok, segera cek kondisinya.. Saya tidak mau sesuatu terjadi padanya...", kegelisahan om Hans membuatku tersenyum masam "Kondisi pasien sudah stabil, kita tunggu kesadarannya kembali sepenuhnya, dan masa pemulihannya mungkin akan memakan waktu",terang dokter yang akhirny pergi dari kamarku "Astaga sayang... Kamu bikin om jantungan... Jangan ulangi lagi ya Belinda!!", Aku hanya mengangguk menjawab kegelisahan om Hans. "Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi om akan memikirkan lagi soal perasaanmu. Jadi om mohon kamu cepat pulih ya sayang", Mendengar pernyataan om Hans, aku langsung tersenyum lebar dan berusaha untuk segera pulih. "Makasih om...", ujarku lirih "Iya sayang...", Ceklek... "Pa... Gimana Belinda..", suara Chris yang baru saja datang "Udah stabil.. Tapi belum sadar sepenuhnya.. Coba kamu ajak ngobrol", "Bel... Lo gapapa kan?", "Badan aku sakit semua...", "Gimana ga sakit, lo mental sampai sepuluh meter... Kalo ada videonya pasti keren tu Bel.. Auh...", Ucapan Chris di hentikan om Hans dengan memukul kepalanya. Tatapan tajam om Hans membuat Chris menunduk takut. "Cuma becanda pa... Biar ni anak ketawa..", bela Chris "Tetap saja!! Kau mau papa bikin seperti Belinda?", "Gak pa, ampun...", Aku hanya tersenyum melihat tingkah papa dan anaknya di depan ku. "Sayng, cepat pulih okay? Ingat jangan terlalu banyak berpikir, om gak mau hal-hal yang tidak berguna mengganggu pemulihanmu!", "Iya om, Belinda akn coba untuk tenang dan cepat pulih.. Lagian Belinda juga ga betah lama-lama di sini!", "Ya sudah.. Sebentar om mau urus kerjaan, om keluar dulu untuk mengangkat telepon", Aku hanya mengangguk dan tersenyum pahit padanya Chris masih disini, ia sedang asik dengan ponselnya. Sungguh dia tidak khawatir yang berlebihan padaku, apa rasa itu sudah hilang, pikirku. Aku menepis lagi apa yang baru saja kupikirkan. Dan mengingat lagi ucapan om Hans sebelum Chris datang tadi. Pipiku nampak merah mengingat ucapannya. Hingga Chris yang menyadari itu bertanya, namun aku menepis pernyataannya. Tak lama Om Hans kembali dan berbicara lirih dengan Chris. Dan setelahnya Chris berpamitan padaku dan pergi entah kemana. *** Sudah emoat hari aku dirawat, dan om Hans masih setia menungguku di rumah sakit. Ia mengurus pekerjaannya dari ponsel dan laptop yang ia bawa. "Om..", "Iya sayang...", "Kapan Belinda bisa pulang?, Belinda udah baikan kok", ujarku pasti "Hmm, coba nanti om bicara sama dokternya ya sayang", "Iya..", Sorenya Kiki dan temen-temen lainnya datang buat jengukin aku. Kamar langsung rame pas Kiki dateng, dia memang biangnya bikin onar sih. Aku senang temen-temen masih mau tengokin, padahal mereka udah sibuk sendiri-sendiri. "Katanya pas lo di tabrak keren, Bel... Kepental 10meter ya... Widih... Gimana rasanya Bel...", celoteh Kiki "Rasanya warbiyasaaaahhh...", "Hahahahahha... Tapi sekarang lo udah gapapa kan?", "Iya... Udah mendingan kok, kalo bisa pengen pulang aja... Ga enak disini!", ujarku Ceklek.. "Sayang, oh ada temen kamu toh...", suara om Hans yang baru saja masuk "Sore om...", sapa temen-temen "Sore... Belinda besok pagi sudah boleh pulang, sayang... Tadi om bicara sama dokter, katanya kamu udah bisa pulang besok", "Beneran om?, yess...", seruku "Ya udah, om tinggal ke kantin ya? Kamu sama temen-temen kamu dulu aja, om ada kerjaan soalnya", "Iya om...", Aku melanjutkan obrolan bersama teman-teman. Mereka bercerita tentang cara masuk universitas di Jakarta dan lainnya. "Lo jadi masuk UI, Bel?", tanya Kiki "Iya jadi..", "Semoga keterima deh.. Susah banget masuknya", "Hahaha... Aku udah masuk kali Ki...!! Om Hans udah atur semuanya, ditambah nilai aku yang tinggi, akhirnya langsung masuk deh", jelasku "Widiihh....enak beud... Mau dong...", "Makannya Ki, belajar... Bukan molor aja kerjaannya!!", "Hmmm otak gue emank pas-pas an kali Bel... Masih untung gue bisa masuk IKJ kemarin....", ujar Kiki malu "Bel, lo ambil jurusan apa di UI?", tanya Siska yang sedikit diam dari tadi karena ponselnya yang terus berbunyi "Jurusan Bisnis.. Ya itu karena kedua orang tua aku punya perusahaan yang sedang di pegang oleh om Hans dan aku akan meneruskan perusahaan itu di saat aku sudah siap", terangku "Wah.. Keren ya.. Hehe", ujar Siska takjub "Ya kalo lo ma gak kaget, Bel.. Secar dari awal lo kan ank orang kaya plus pinter pula", sahut Kiki "Apan sih Ki, emank aku pernah pamer kekayaan orang tua?", "Ya enggak sih.. Makannya kita suka temenn sama lo.. Hahahaha", jawab Kiki "By the way, om lo kemana Bel? Kok belum balik sih.. Udah malem nih kita mau balik", ujar Siska Waktu berlalu cepat, gak kerasa udah jam tujuh malam. Om Hans juga ga balik-balik dari tadi, apa mungkin om Hans sibuk di kantor, bukan di kantin seperti katanya. Hatiku kembali sakit saat ini, entah kenapa pikiranku menjadi kacau jika mengingat om Hans seperti apa. Meski ia nampak lembut dan juga dewasa. Namun ia tetap manusia,manusia normal yang membutuhkan dukungan jiwa dan raga. Ceklek.. "Sayang maaf lama... Ada klien yang mendadak nemuin om disini tadi", ujar om Hans yang baru aja balik "Loh mau pulang semua?", lanjutnya "Iya, om.. Kita mau balik, entar di cariin ortu", ujar Kiki "Oh oke.. Kalian naik apa?", "Naik mobil om, di anter supir kok tadi", jawab Kiki lagi "Bel, kita balik ya... Sorry ga bisa lama-lama", pamit Siska "Iya.. Makasih ya..", Setelah kepergian teman-temanku, tinggal aku dan om Hans di dalam kamar pasien ini. "Om...", "Iya, sayang.. Ada apa?", "Aku laper.. Pengen makan bakmi goreng..", rengekku "Ya udah, om keluar beli dulu ya?", "Iya, jangan lama-lama kayak tadi!", "Iya iya... Ga lama kok..", Ceklek Akhirnya tinggal aku sendiri di kamar, bermain ponsel melihat Instagramku. Aku lihat ada tawaran endorse dan juga paid promote. Aku berpikir untuk menerimanya, namun aku harus ijin terlebih dahulu ke om Hans. Satu jam berlalu, om Hans akhirnya datang membawa makanan yangvaku mau. Dengan kesabarannya, ia menyuapiku sedikit demi sedikit. Awalnya aku merasa malu dan canggung. Namun om Hans membuatku nyaman sehingga malu dan canggung yang aku rasakan, hilang dengan sendirinya. "Selesai makan cepat tidur, besok kamu bisa pulang", ujar om Hans "Iya.. Makasih ya om, udah setia nemenin Belinda", "Sayang, kamu itu segalanya buat om.. Jadi mulai sekarang jangan terlalu kaku ya!", "Iya om, Belinda merasa senang dan hilang sudah kegelisahan Belinda..", "Memang kamu gelisah kenapa, sayang?", "Gelisah antara bisa bersama om Hans dengan status yang lebih serius atau ga", "Hahahaha... Kamu itu polos banget sayang, om sebenarnya tidak tega merusak kepolosanmu", Aku memanyunkan bibirku, namun om Hans justru semakin keras tertawa. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD