Part 3

1505 Words
Hari ini aku sudah ada di apartemen milik om Hans. Om Hans sangat perhatian padaku, ia menggendongku ala bride style memastikan aku sampai di kamar dengan selamat. Padahal aku sudah pulih, hanya saja om Hans bilang ia ingin memanjakanku. "Om...", "Iya sayang", "Apa aku sudah bisa jadi kekasih om?", "Belinda... Berat untuk om, memberi keputusan satu hubungan yang serius dengan kamu...", "Sudahlah Om, jangan di teruskan, mungkin kali ini aku akan lompat dari jendela agar rasa sakitku hilang selamanya, begitupun....", Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, om Hans menutup mulutku dengan jarinya. "Hentikan Bel... Om sayang sama kamu... Beri om waktu, okay... Kita pendekatan dulu... Bagaimana?", "Terserah om aja...!! Belinda ngantuk mau tidur", "Ya udah, kamu tidur dulu..", Cup... Ia mendaratkan ciuman di keningku Meski aku bilang padanya mengantuk dan ingin tidur, namun bukan itu yang ku mau. Aku ingin lebih dari itu, aku ingin miliknya dan milikku bersatu. Bagaimana caranya agar ia mau denganku. Apa aku harus menjadi wanita jalang itu atau harus seperti diriku sendiri. Seluruh pikiranku di penuhi oleh om Hans, bahkan hingga tertidur pun ia muncul di mimpiku. "Ahh...", desahku tiba-tiba "Bel... Lo sange?", suara Chris mengejutkanku "Hah? Gak...", "Jangan bohong! Gue denger lu ngedesah gitu tadi...", "Apaan sih! Aku bilang gak ya gak!!", Suara kencangku membuat om Hans datang menemui kami. "Ada apa Chris?", "Ga ada apa-apa, pa", "Hmm kalian tengkar?", tanya om Hans "Ga om, Chris cuma salah denger tadi, aku ngigau gitu katanya", "Oh... Chris, papa mau bicara sebentar... Belinda, om tinggal ke ruang kerja dulu ya sama Chris", pamit om Hans "Iya om..", Jantungku rasanya seperti mau meledak karena hampir saja Chris memergokiku sedang sange. Apa sebenarnya yang aku pikirkan, kenapa aku bisa mendesah saat tidur. Semua ini pasti karena isi kepalaku hanya tentang bersam om Hans. Membuat ku frustasi dan lebih sering memanas dengan sendirinya. Author pov Diruang kerja, Hans sedang mengobrol dengan Chris. Ia memberi tahu mengenai tujuannya untuk menikahi Belinda. Seketika hal itu membuat Chris naik pitam. Ia mengumpat pada papanya, membuat Hans kecewa dengan penolakannya. "Papa gila ya.. Belinda itu cocoknya sama Chris!! Kenapa jadi papa yang ngebet sih! Apa p*****r yang papa bawa kurang memuaskan papa?", Plak.... "Jaga bicaramu!!", "Papa yang jaga sikap! Emangnya Belinda mau nikah sama papa?", "Dia mau...", "Apa? Jangan bercanda sama Chris!!", "Terserah jika kamu ga percaya! Kamu tanya sendiri ke Belinda... Sebenarnya papa masih mau pendekatan dengannya!", "Hah? Inget umur dong, pa!! Aaarrgghhh!!", "Karena inget umur makannya papa maunya nikah aja bukan pacaran!", "Eh busyet... Masih ga mau kalah deh...!", "Kamu juga suka sama Belinda?", "Pertanyaan konyol! Jelas dong suka! Belinda cantik, perfect banget... Sayang.... Chris udah di tolak mentah-mentah", Chris tertunduk lemas "Oh God... Maaf papa ga tau... Tapi maaf sayang... Belinda menginginkan papa, hanya saja papa mau tes dia dulu... Cintanya itu cinta monyet apa beneran!", "Yaelah pa!! Kayak mau audisi apa aja sih!! Kasihan anak orang!!", "Gapapa kali Chris, biar dia tau, kalau jadi istri papa itu harus gimana!", "Entah apa yang merasukimu..... Tauk lah pa! Oya Chris mau pegang perusahaan yang di Bali! Bilang om Anthony, lusa Chris berangkat!!, Chris juga udah keterima di Gajayana", "Hah... Ya sudah... Nanti papa telepon om Anthony!", "Kalo lagi berdua jangan aneh-aneh pa, awas aja kalo sampek papa bikin Belinda sakit hati, Chris ga segan-segan buat ambil Belinda", ujarnya dengan tegas "Kamu sudah dewasa ya, perasaan baru kemarin kamu merengek minta beli PS4 karena bosan dengan mainan lamamu..", "Apaan sih pa!! Chris udah gede kale! Udah bukan anak manja", terang Chris pada Hans "Ya ya ya... Baiklah, anak papa sudah besar... Papa pasti bakal kangen kamu...", "Udahlah pa, ga bakal papa kangen itu, Belinda di samping papa pasti bakal bikin papa lupa sama anak papa yang ganteng satu ini", "Hmmm kau ini!!!", Belinda pov "Mereka ngobrol apaan sih lama amat!, jadi penasaran kan!! Hufh...", gumamku Ting... Ting... Text Message From Kiki 'Bel, lo udah bisa hangout belum? Bosen nih gue!' To Kiki 'Turun dari ranjang aja di gendong, kamu suruh aku hangout, yang ada om Hans bisa gendong aku keliling mall tau!', From Kiki 'Bwhahahahahahahaha anjiiiirrrr..... Enak banget sih jadi lo!! Iri gue sumpah!! Ya udah... Nikmatin deh sama om Hans... Hahahaa', "Busyet dah ni anak! Mulutnya emank udah kayak toa masjid aja!", Ceklek... "Om.. Chris mana?", "Chris keluar... Biasa anak muda..", "Owh..", "Kamu minggu depan daftar ulang ya ke kampus, jangan sampai telat...", "Iya om, oya Chris gimana? Jadi satu jurusan juga sama aku?", "Chris ke Bali, dia keterima disana sekalian mau pegang perusahaan om di sana", "Yaa..... Sepi dong...", "Kan enak sepi, Bel..", "Lah kok enak sih Om...", "Kan kita bisa berduaan aja... Katanya mau deket sama Om...?", Seketika wajah aku memerah seperti tomat. Ga mungkin kan om Hans bilang gitu. Astaga, apa ini cuma mimpi aku aja?. Aku nyubit pipi aku sendiri karena ga percaya kalo om Hans bisa bilang gitu ke aku. " Auh... ", " Ngapain di cubit pipinya? ", tanya om Hans "Hehe... Om serius nih?", Om Hans hanya mengangguk dan tersenyum manis padaku. Aku melompat kegirangan hingga tanpa sadar aku sudah berada di pelukan om Hans. "Eh.. Maaf om...", "Sesenang itu kamu, Bel... o*******g asal kamu bahagia...", Om Hans mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak lagi. Om Hans mulai melumat bibir ku, dan aku membalasnya. Kami saling di mabuk cinta, aku tak perduli dengan perbedaan umur. Yang aku tau, aku mencintai om Hans. " om mau kamu, mau semua yang ada di dirimu", ucapan om Hans seketika membuat jantungku berdegub kencang " Ehm... Ahh.. I'm yours.. ", desahku " I love you, Bel...", "Ehmm... I love you too om", Kami masih saling melumat, bertukar saliva. Lidah kami saling bermain di rongga mulut kami. Hingga aku merasakan sentuhan lembut di buah dadaku. Om Hans menurunkan ciumannya menuju leherku, sedangkan tangannya sudah menggerayai area intimku. Kini tubuh om Hans menindihku, satu persatu bajuku di lucutinya, di lemparkan entah kemana. Hingga hanya menyisakan CD dan Bra yang menutup area sensitifku. "Kau mau melakukannya, Bel?", tanya om Hans "Iya om, Belinda mau... Mau punya om Hans...", "Baiklah...", Om Hans kembali menciumi payudaraku, meninggalkan tanda kepemilikan disana. Kini CD ku pun sudah tak lagi menutup area intimku. Om Hans memasukkan satu jarinya kedalam vaginaku, membuatku semakin basah disana. "Ahh.. Om... Ahh.. Enak...", desahku "Panggil namaku saja Bel... Aku milikmu sekarang", "Ahh... Hans...", "Punyamu basah sekali sayang... Pasti nikmat", Jari nya menekan klitorisku, sedangkan jari lainnya mengocok di area dalam v****a. Membuat aku menggeliang tak karuan, mendesah dengan penuh hasrat. Berharap siksaan nikmat itu tak akan berakhir cepat. "Ahh.. Hans... Aah... Nikmat", "Memang nikmat sayang, apalagi jika milikku masuk kedalam sana... Pasti akan lebih nikmat", "Masukkan Hans... Ahh aku tak tahann..", "Tunggu dulu sayang... Belum puas aku bermain..", "Ahh.. Kau nakal Hans... Aahh... Shit.... Uhh...", Kini kepala om Hans berada di area vaginaku, sempat aku bingung apa yang akan dia lakukan di bawah sana. Dan akhirnya aku tahu, ia melumat bibir vaginaku dengan sangat lihai, membuatku semakin merancau tak karuan. Lidahnya masuk kedalamnya membuat sensasi nikmat itu semakin memuncak. "Hans... Ah... Aku... Keluar... Ahhh", "keluarkan sayang, akan ku hisap hingga habis", Seperti perkataannya, ia menghisap habis cairan orgasmeku. Aku tak menyangka gaya s*x nya sangat pro. Aku berfikir untuk belajar lebih baik lagi dari ini. Karena ini yang pertama kalinya untukku, mungkin ia akan memakluminya. "Kau siap sayang, akan sedikit sakit... Tahan ya", "Iya... Ahh... Sakiit.. Hans... Ahh..", Om Hans menyumpal mulutku dan melumatnya secara lembut. Ia berhasil menembus selaput darahku. Rasanya perih, namun semakin ia menggesek semakin nikmat dan hilang rasa sakitnya. "Ahhh... Hans... Ahh.. Nikmat sekali...", "Oohh. .. Sempit sekali sayang... Milikmu begitu nikmat... Ohh...", Senang mendengar perkataannya yang bilang kalau milikku sangat nikmat. Om Hans mempercepat temponya, ia akan mencapai klimaks nya. Hingga saat hendak mencabut juniornya, aku menahannya. Ia hanya melotot melihatku, aku mengisyaratkan tak apa. " Kau yang minta sayang.... Aahh.... Oohh....", Kini rahimku di penuhi benih cinta kami. Setelah itu ia mengeluarkan juniornya perlahan. "Aahhh....", desahku "Kau nikmat sekali sayang", Cup... "I love you...", Dan kami tertidur dengan masih tanpa busana dan hanya tertutup selimut saja. Aku sempat membuka mata, membayangkan apa yang baru saja kami lakukan. Seperti mimpi namun ini kenyataan, kenyataan yang sangat indah. Beberapa bulan aku hanya bisa melihatnya melakukan hubungan badan dengan wanita lain, namun malam ini. Aku memilikinya seutuhnya, bahkan aku berharap hal ini akan membawa kami kedalam kisah cinta yang berakhir di pelaminan. Ku belai rambutnya umyang hitam, membuatnya terganggu namun ia tetap terlelap dalam mimpinya. Ku kecup dengan cepat bibirnya, ia masih tetap memejamkan matanya. Apa ia sengaja atau tidak, siapa yang tau. Yang aku tau sekarang aku adalah miliknya, dan ia adalah milikku. Tak akan kubiarkan siapapun mengambilnya dari genggamanku. Aku berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diriku dari sisa persetubuhanku. "Om, kau memang hebat di ranjang.. Tak salah jika setiap wanita yang bersamamu akan tergulai lemas", gumamku "Bel...", aku mendengar sura om Hans memanggilku Buru-buru aku keluar dan melihatnya. "Sedang apa kamu, sayang?", tanyanya "Habis bab om..", "Owh.. Ya sudah.. Cepat sini.. Besok om harus kerja.. Jadi kita istirahat sekarang", "Iya... Belinda juga ngantuk kok", Aku mendekatinya dan kembali tidur di sampingnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD