“Tidak usah kau bertanya seperti itu. Aku yakin kamu tahu apa yang ibu maksud. Tapi saran ibu, lebih baik kamu menyerah saja. Mereka berdua terlihat saling mencintai. Dan ibu harap kamu siap jika harus merasakan sakit hati, Nak! Sebab yang namanya perasaan itu tidak bisa dipaksakan.” nasehat ibunya sambil menepuk pundak Dito lembut. Kemudian bangkit berdiri. Sedangkan Dito hanya diam menatap kepergian ibunya dengan perasaan campur aduk. Bi Jumi masuk ke kamar Kanaya untuk melihat keadaan wanita tersebut. Rupanya masih sama. Hanya termenung dengan tatapannya yang menyiratkan kekhawatiran. Mungkin Kanaya memang butuh waktu untuk bisa menerimanya. Serta memikirkan jalan apa yang harus ia tempuh. Sebab ini jelas saja tak akan mudah baginya. Selalu ada konsekuensinya setiap pilihan yang nant

