Bab 4. Godaan Uang

1788 Words
Tanpa diberitahu pun, aku juga tahu bahwa Lindy sangat cantik. Setiap pria pasti akan sulit menelan air liur mereka ketika melihat tubuh Lindy dan pasti sangat ingin meniduri dia. Namun, aku tidak pernah menyentuhnya dan mungkin tidak akan pernah bisa. Jadi, untuk mengelabui Fanny, aku hanya bisa berpura-pura tersipu malu dan menjawab, "Ya, begitu lah pokoknya." Ketika kami akhirnya tiba di Fair Lady SPA, aku sudah bercucuran keringat dingin. Fanny meminta aku untuk memarkir mobil di luar dan berkata bahwa aku bisa menunggu di mobil atau pergi berkeliling di sekitar. Ada sebuah jalan kecil di dekat tempat itu yang kebetulan banyak penjual makanan. Jadi, aku pergi ke sana untuk makan sesuatu sambil menunggu selama dua jam sebelum kembali mengantar Fanny ke mana pun wanita itu ingin pergi. Dengan catatan, ponselku harus tetap aktif. Setelah Fanny masuk ke Fair Lady SPA, aku menghela napas panjang sambil mengingat-ingat kembali tadi aku jika aku sempat mengatakan sesuatu yang salah. Aku buru-buru mengirim pesan ke Lindy, "Fanny terus bertanya apakah kita menikah kontrak dan terus bertanya tentang apakah kita belum pernah berhubungan seks." Segera Lindy membalas pesanku, "Jadi? Apa kamu menjawab pertanyaannya itu? Ingat untuk menggunakan otakmu itu karena Fanny pasti sengaja bertanya seperti itu untuk memancing informasi darimu. Jangan memberitahunya apa pun dan tetaplah bersikap tenang." Aku membalasnya lagi, "Mengapa kamu begitu takut kalau dia tahu bahwa kita sebenarnya menikah kontrak?" Kali ini, butuh waktu sedikit lama sebelum Lindy membalas pesanku, "Aku kan sudah memberitahumu, Fanny dan mamaku itu berteman dekat. Jadi, jika Fanny tahu maka mamaku juga akan segera tahu. Gunakan otakmu itu untuk memikirkan segalanya dan aku akan memberimu hadiah jika kamu melakukan semuanya dengan baik." Aku membalasnya lagi, "Hadiah apa? Apakah kamu akan mengizinkan aku untuk menidurimu? Bagaimana kalau kita lakukan malam ini saja?" Aku menambahkan ikon tertawa kecil di akhir pesanku. Setelah itu, Lindy tidak pernah membalasku lagi jadi aku kembali menyimpan ponselku. Ketika Fanny sedang melakukan perawatan kecantikan di spa, aku berjalan-jalan di sekitar wilayah tersebut. Saat batas waktu dua jam hampir selesai, aku memutuskan untuk segera kembali dan menunggu di dalam mobil. Setelah dua jam berada di dalam tempat perawatan tersebut, Fanny keluar dengan wajah cerah merona menunjukkan perasaannya tampak sangat baik. Setelah dia masuk ke mobil, dia memintaku untuk langsung mengantarnya pulang. Tidak lama setelah mobil berjalan, Fanny tiba-tiba menyerahkan kartu ATM kepadaku dari belakang. Aku tertegun sejenak. Apakah Fanny membayar gajiku? Namun, ini baru hari pertama aku bekerja dan aku pernah mendengar Lindy mengatakan bahwa gaji dibayar oleh Citra Grup secara bersamaan. Jadi, kenapa tiba-tiba begini? “Untukmu," kata Fanny sambil tersenyum, “Ada dua milyar di dalamnya, kamu bisa menghabiskannya sesukamu.” Dua milyar?! Aku tertegun sejenak, “Nyonya, ini maksudnya apa?” Aku sama sekali tidak tahu apa yang ingin dilakukan Fanny. Namun, tangan dengan jari-jari halus itu masih tergantung di sampingku dengan kartu ATM terjepit di antara jarinya. Mendengar pertanyaanku, dia tersenyum aneh dan berkata, “Dua milyar itu akan menjadi milikmu semuanya jika kamu bersedia menjawab pertanyaanku dengan jujur. Kamu hanya perlu menjawab 'Iya' atau 'Tidak'." “Pertanyaan apa? Aku tidak mengerti... Tolong, jangan seperti ini, Nyonya." Aku benar-benar sangat cemas dan tidak nyaman saat ini, namun Fanny Fedrianti justru menepuk bahuku dan meletakkan kartu ATM itu di kursi penumpang. “Beritahu aku, apakah Lindy Kusnadi memberimu uang agar kalian bisa melakukan pernikahan kontrak?" Mata Fanny tiba-tiba melebar dan menampakkan pembuluh darahnya terbuka. Auranya saat ini seperti ingin membunuh. Aku berpura-pura terkejut lagi. "Hah?" “Jawab saya dengan jujur, 'Iya' atau 'Tidak'. Aku rasa kamu adalah orang yang sangat pintar, jadi kamu pasti tahu apa yang harus kamu lakukan.” Dengan santai, Fanny Fedrianti bersandar kembali di kursi belakang dan menunggu jawabanku. Aku akan mendapatkan dua milyar hanya dengan menjawab satu kata 'Iya'. Aku hanya perlu menjawab seperti itu dan bisa mendapatkan kartu ATM di sampingku saat ini. Untuk sepersekian detik, aku hampir tidak bisa menahan godaan ini. Wajah Lindy tiba-tiba melintas di benakku. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, Lindy mungkin akan mendapat masalah besar. Meskipun Lindy dan aku bukan suami istri yang sebenarnya, tetapi setelah setengah bulan bersama, aku memiliki sedikit perasaan padanya. Jadi, aku tidak boleh mengkhianati Lindy yang merupakan istriku. Lagi pula, kami menandatangani kontrak dan jika aku mengkhianati dia saat ini, aku tidak akan sanggup untuk bertemu dengan Lindy di masa depan. Tidak boleh! Aku diam-diam berpikir dengan serius. Lindy Kusnadi, aku melakukan ini untukmu meski sedang berhadapan dengan dua milyar. Jadi, jika kamu membohongi aku dan tidak memberiku hadiah malam ini, aku benar-benar akan sangat marah. Aku menggertakkan gigi dan tersenyum. Tatapanku mengarah pada wajah cantik Fanny, “Nyonya Fanny, apa yang Anda bicarakan? Aku dan Lindy adalah pasangan suami istri yang sudah menikah secara hukum dan agama. Kami saling menyayangi." Setelah mengatakan itu, aku dengan sopan mengembalikan kartu dengan dua milyar di kursi penumpang kepadanya. Fanny mengambil kartu ATM tersebut dan terdiam. Aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan lagi kali ini. Ketika aku pulang malam itu, aku menceritakan semuanya pada Lindy, termasuk semua yang ditanyakan Fanny padaku meski kami baru bertemu untuk pertama kalinya. “Dia benar-benar ingin memberimu dua milyar untuk membuatmu mengakui bahwa kita melakukan pernikahan kontrak?" Lindy sangat terkejut. “Benar sekali. Tapi demi kamu, aku telah menahan godaan uang, menahan ancaman Fanny, dan tidak mengatakan sepatah kata pun tentang hubungan kita padanya.” “Aku curiga kamu hanya mengarang cerita itu. Katakan padaku, kamu hanya mengarang cerita, bukan?" Lindy menjewer telingaku lagi. Aku benar-benar merasa kesal dan dengan cepat menyahut, “Itu benar! Kalau kamu tidak percaya, besok begitu kerja aku akan meminta kartu itu pada Fanny untuk mengakui kebenaran tentang hubungan kita. Setelahnya, aku akan membawa pulang kartu itu untuk menunjukkannya padamu. Kamu baru akan percaya jika aku melakukan semua itu, bukan?" “Awas saja jika kamu berani begitu.” Lindy tampaknya percaya setelah aku mengatakan ancaman semacam itu. Dia mengerutkan keningnya dengan khawatir ketika dia bergumam pada dirinya sendiri, “Bagaimana dia bisa tahu?” “Apa katamu, istriku?” Aku sengaja berpura-pura tidak tahu. “Bukan apa-apa dan jangan panggil aku begitu. Aku bukan istrimu!” Aku membalas ucapan kasarnya itu dengan menggoda, “Kalau begitu aku akan memberi tahu Fanny bahwa kamu bukan istriku.” “Jangan berani mengatakan hal bodoh semacam itu atau aku sendiri yang akan mengebiri dirimu, mengerti?” Lindy kembali menarik daun telingaku dengan kuat. Aku berteriak kesakitan. Setelahnya, aku melihat ke arah Lindy dan berkata, “Malam ini, ayo tidur bersama. Fanny selalu bertanya tentang bagaimana rasanya berhubungan seks denganmu namun aku tidak tahu harus memberinya jawaban macam apa. Jadi, ayo tidur bersama.” “Apa kamu sedang mengancamku?” Lindy menendangku sebelum kemudian menghela napas. Setelah berhasil menenangkan dirinya sejenak, Lindy kembali berkata dengan nada yang lebih santai, “Begini saja, karena kamu sudah lolos dari ujian menghadapi godaan uang dua milyar itu, aku akan memberimu hadiah.” Mendengar ucapannya tersebut, aku kembali merasa sangat bersemangat dan tanpa sadar menghampiri Lindy dan ingin memeluknya. Plak! Lindy justru memberikan sebuah tamparan keras di wajahku. “Aku tidak tertarik melakukan itu denganmu. Jadi, berhenti berharap agar kamu bisa melakukan hal itu padaku,” ucap Lindy tanpa rasa bersalah, “Tapi karena kamu tampaknya benar-benar sangat haus akan hal itu, aku akan memberimu hadiah ini. Tunggu beberapa saat lagi dan aku akan memberimu dua gadis bule untuk menemanimu selama seminggu bermain di pantai. Aku akan memberimu gadis Rusia yang merupakan kesukaan semua pria. Kamu bisa melakukan apa pun dengan dia. Bagaimana?” Mendengar tentang gadis Rusia, aku langsung mengangguk setuju tanpa rasa malu. “Kamu tidak akan menipu aku, ‘kan? Kamu tidak akan memberiku gadis jelek, ‘kan?” “Seorang gadis muda yang berprofesi sebagai model, apakah menurutmu mereka akan terlihat jelek?” sahut Lindy sembari memutar kedua bola matanya dengan kesal. Aku tiba-tiba menjadi serakah dan mengajukan permintaan lain, “Bisakah kamu juga menambahkan gadis Korea atau jepang?” Aku bertingkah seperti ini karena tahu dengan jelas bahwa aku memiliki kartu AS di tanganku dan Lindy akan menuruti permintaanku untuk saat ini karena dia masih harus memanfaatkan aku. Lindy memutar matanya dengan kesal untuk kedua kalinya, namun dia tidak menolak permintaanku. Dia mengatakan bahwa dia akan memberiku gadis Jepang lain yang sangat muda jika ada waktu. Hatiku penuh dengan harapan, tetapi Lindy mengatakannya harus menunggu beberapa waktu karena model-model muda ini tidak tinggal di dalam negeri untuk waktu yang lama, jadi tunggu biar mereka berkumpul dulu saat waktunya cocok. Setelah menyelesaikan masalah ini, aku mengungkapkan keraguan di hatiku, “Kalau kamu begitu takut Fanny tahu bahwa kamu melakukan pernikahan kontrak denganku, mengapa kamu justru ingin aku bekerja sebagai sopir pribadinya?” Lindy menjelaskan bahwa pada awalnya, dia mengatur agar aku bekerja sebagai sopir di Citra Group. Tapi entah bagaimana Fanny mendengar tentang hal ini dan meminta aku untuk menjadi sopir pribadinya saja. Lindy juga segan menolak jadinya harus pasrah membiarkan aku pergi. Sekarang, Lindy dan aku sama-sama mengerti bahwa Fanny Fedrianti sebenarnya ingin aku menjadi sopirnya supaya dia bisa memancing informasi dari aku. Bagaimanapun juga, Lindy tidak bisa menolak permintaan Fanny untuk menjadikan aku sopir, sebab jika Lindy menolak, itu akan terlihat mencurigakan. Sebagai jaminan untuk menghilangkan kecurigaan Fanny sepenuhnya, Lindy memintaku untuk berakting dengannya. Keesokan harinya, ketika aku mengantar Fanny untuk pergi berbelanja di Jalan Orchard, Lindy mengirimi aku pesan dan memintaku untuk membuka pesan suaranya. Lindy juga memberiku instruksi untuk menyalakan dengan suara yang paling keras untuk memastikan Fanny dapat mendengar isi pesan suaranya dengan jelas. Tak lama kemudian Lindy mengirim pesan suara ke ponselku. Begitu aku menekan tombol untuk memutar, suara Lindy terdengar sangat manis namun genit, “Suamiku, malam ini pulang lebih awal, oke? Aku ingin yang seperti tadi malam, meskipun kamu terlalu ganas hingga aku kesulitan untuk berjalan. Malam ini aku akan melayanimu dengan mulutku, tapi kalau kamu ingin di tempat lain, aku juga tidak akan menolak....” Begitu suara itu terdengar, aku benar-benar sangat malu. Aku segera meminta maaf kepada Fanny, tetapi Fanny yang duduk di kursi belakang hanya duduk dengan tenang dan tampak tidak terganggu sama sekali. Setelah hening beberapa saat, Fanny tiba-tiba berucap, “Kalian sepertinya bermain dengan hebat. Apa yang kamu lakukan pada Lindy hingga dia mengatakan sulit berjalan? Malam ini, kamu bisa pulang cepat. Ngomong-ngomong beritahu Lindy untuk tidak mencoba tempat lain karena itu benar-benar akan sangat menyakitkan.” Aku tidak tahu apakah Fanny percaya pada akting kami saat itu. Namun setelah itu, Fanny tidak pernah menanyakan soal pernikahan kontrakku dengan Lindy. Mungkin setelah dia menguji aku, dia percaya apa yang aku katakan. Mungkin juga dia masih tidak percaya, tetapi dia merasa tidak bisa mendapatkan informasi apa pun dari aku, jadi dia tidak ingin buang-buang waktu. Singkatnya, aku kemudian benar-benar menjadi sopir sejati yang hanya mengantarnya ke berbagai tempat di mana wanita sosialita akan pergi setiap harinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD