Part 21

1152 Words
Adrian Pov Baru kali ini aku melakukan hal yang tak pernah aku lakukan selama hidupku. Masuk ke dapur, memakai apround dan memasak. Demi wanita yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Masakan penuh cinta yang kumasak dengan cintaku. Membuatkan sop ikan salmon untuk wanita yang sekarang mengandung buah cintaku. Kebahagiaan ini tak bisa aku ungkapkan. Aku merasa sangat bahagia dikelilingi oleh orang-orang yang aku sayang. “Ma....apa ini sudah matang?” tanya Adrian sambil mengaduk sop ikan salmon yang sedang dibuatnya. “Sebentar lagi Nak. Biarkan kaldu ikannya keluar dulu supaya rasanya semakin nikmat.” Ibu Celia melihat sop yang dibuat menantunya. Setelah mencoba rasanya, Bu Celia menyunggingkan senyuman. “Bagaimana Ma rasanya?” Adrian was-was kalo masakannya kali ini gagal. “Perfecto.....Sudah enak. Pasti Serin akan suka sama masakan yang dibuat suaminya dengan penuh cinta,” Adrian yang mendengar perkataan ibu mertuanya sedikit malu. Wajahnya memerah bak kepiting rebus. “Syukur Ma kalo masakannya masih bisa dimakan. Karena ini pengalaman pertama memasak saya,” ucap Adrian dengan menahan malu. Setelah matang Adrian menyajikannya di mangkuk dan membawanya ke meja makan. Adrian melepas aprondnya dan menghampiri istrinya di ruang keluarga yang sedang bersama papanya. “Sayang....sop ikan salmonnya sudah matang. Ayo dimakan dulu.” ucap Adrian dengan lembut. Serin tersenyum lebar dan menghampiri suaminya dan mengajaknya ke meja makan. Serin sudah tidak sabar ingin merasakan masakan pertama suaminya. “Ini mas sendiri yang masak?” ucap Serin sambil mencoba sop ikan salmon buatan suaminya. Serin berdecak kagum di luar ekpektasi. Masakan suaminya sungguh sempurna rasanya. Tekstur salmonnya yang lembut dan perpaduhan kuahnya membuat lidah nya terasa dimanjakan. Adrian yang melihat istrinya menikmati masakannya bersyukur dalam hatinya. “Gimana sayang rasanya?” tanya Adrian. "Enak banget, Sayang," ucap Serin jujur. Antonio Wijaya menatap putri dan menantunya yang terlihat hangat hubungannya. Di tambah lagi saat Antonio Wijaya di beritahu oleh istrinya kalo putri bungsunya sekarang lagi hamil muda. Ada perasaan khawatir terhadap keselamatan putrinya itu. Antonio Wijaya mengambil ponselnya dari saku celananya dan menghubungi putri pertamanya yang sekarang berada di Milan. Panggilan pun tersambung. “ Hallo Pap, ada apa?" ucap Arabelle dengan santai. “Sayang apa penjagaan adik kamu masih tetap kamu perketat?” tanya Antonio Wijaya dengan penuh kecemasan. Arabelle yang mendengar nada suara papanya sedang khawatir semakin penasaran. “Iya, memang kenapa, Pa? sepertinya Papa sekarang lagi ada yang dipikirkan soal Serin?” ucap Arabelle. “Adik kamu sekarang lagi hamil, Sayang. Papa takut akan keselamatannya, ditambah lagi keluarga Albert mengincar Serin.” Arabelle yang mendengar kabar Serin hamil, dia sangat bahagia. Apa yang ditakutkan Serin selama ini tidak terjadi. Kalau dirinya tidak bisa mendapatkan keturunan. “Itu kabar bahagia, Pap. Arabelle ikut bahagia dengarnya,” ucap Arabelle dengan semangat. “Entah kenapa papa ada perasaan khawatir sayang tentang keselamatan adik kamu,” ucap Antonio. “Arabelle mengerti Pap. Papa jangan khawatir. Arabelle sudah memasang alat pelacak di tubuh Serin, Pap. Jadi, Arabelle tetap bisa memantau Serin. meskipun dari sini. Anak buah Arabelle juga melindungi Serin, Pap. Seperti bayangan untuk Serin. Itupun tanpa sepengetahuan Serin. Jadi, Papa jangan khawatir. Setiap gerak gerik sesesorang yang ada niatan jahat ke Serin dengan mudah bisa Arabelle lumpuhkan, Pap. karena yang menjaga Serin bukan sembarangan orang. Mereka Mafioso Arabelle. Papa jangan memperlihatkan kekhawatiran papa ke Serin, supaya tidak jadi pikiran dan beban untuk Serin, Pap. Terlebih lagi dia sekarang sedang hamil,” ucap Arabelle panjang lebar. Antonio Wijaya sedikit lega mendengar perkataan anak sulungnya. Antonio Wijaya percaya akan kekuasaan putri sulungnya. Meskipun awal mulanya, dia sendiri juga kaget tentang kenyataan kalo putrinya adalah orang yang ditakuti para mafioso. “Iya Sayang...papa mengerti,” ucap Antonio Wijaya sambil mengakhiri panggilanya. Antonio Wijaya berjalan menghampiri istrinya yang sedang mengobrol dengan putri dan menantunya di ruang keluarga. Antonio duduk di sebelah istrinya dan ikut dalam obrolan. “Nanti kalian setelah resepsi pernikahan rencananya mau tinggal di mana?” tanya Antonio Wijaya. “Sebenarnya Serin pingin balik lagi ke Swiss Pap. Kalau Papa dan Mama mengizinkan, kalau Mas Adrian terserah Serin karena di Swiss juga ada cabang perusahaannya,” ucap Serin hati-hati. Serin takut kalau perkataannya menyakiti hati papa dan mamanya. “Papa berharap kamu bisa tetap di Indonesia sayang. Kakakmu sudah ada di Milan, apa papa dan mama harus di tinggal putri kita lagi,” ucap Antonio Wijaya dengan raut muka sedih. Serin tidak tega melihat ekspresi wajah papanya. “Mama setuju dengan perkataan papa sayang. Mama tidak pingin berjauhan lagi sama kamu.” ucap Ibu Celia pada Serin. Antonio Wijaya dan Ibu Celia menatap anak dan menantunya dengan penuh harapan. Mereka cuma bisa berdoa semoga keluarga kecil mereka selalu dalam lindungan Tuhan. Serin yang mendengar perkataan mamanya cuma bisa menghela nafas berat. Adrian menatap wajah istrinya. Dia tahu kalau istrinya sekarang dalam dilema. Adrian tahu alasan istrinya untuk kembali ke Swiss. Adrian tidak menyalahkan istrinya sama sekali. Semua butuh waktu dan proses. Meskipun Adrian percaya kalo istrinya sekarang mulai mencintainya. Semua keputusan Adrian serahkan pada istrinya. Karena dia tahu kalsu menyembuhkan luka dalam diri istrinya tidak seperti membalikkan tangan. “Kalo dengan Serin tetap berada di Indonesia mama dan papa bahagia. Maka Serin akan menuruti permintaan papa dan mama. Serin akan berusaha melupakan masa lalu Serin meskipun itu sangat menyakitkan. Selagi Mas Adrian tetap berada di samping Serin. Serin yakin pasti akan baik-baik saja karena mempunyai suami yang menyayangi dan mencintai Serin dengan sepenuh hati,” ucap Serin dengan penuh keyakinan. Adrian kaget dengan keputusan istrinya yang tidak terduga. Adrian sangat bahagia mendengar perkataan istrinya. Antonio Wijaya dan Ibu Celia sangat bahagia saat mendengar keputusan putrinya bahwa putrinya bersedia tinggal di Indonesia. “Apa Adrian sudah punya pilihan rumah yang akan kalian tempati nantinya?” tanya Antonio Wijaya dengan antusias. Serin yang melihat papanya bersemangat tersenyum dengan lembut. “Adrian sudah punya pandangan rumahnya kok Pap, rencananya Adrian dan Serin akan tinggal di tengah-tengah antara tempat tinggal papa dan mama dan tempat tinggal keluarga besar Adrian. Jadi, dekat satu sama lain,” ucap Adrian dengan sopan. Serin menatap suaminya dengan perasaan bangga dalam hatinya. Meskipun Adrian terkenal dingin dan masa bodoh sama orang. Adrian tetaplah laki-laki yang menyayangi keluarganya. “Kalau butuh bantun papa jangan sungkan-sungkan. Papa nanti akan bantu,” ucap Antonio Wijaya. Adrian membalasnya dengan senyuman hangat pada papa mertuanya. “Baik Pa...selagi Adrian masih mampu Adrian tidak akan merepotkan siapapun terlebih lagi ini untuk tempat tinggal Adrian dan Serin yang mana nanti anak-anak kami tumbuh besar di sana. Adrian akan membuat tempat tinggal kami senyaman mungkin untuk keluarga kecil kami nantinya," ucap Adrian dengan tegas dan penuh keyakinan. Serin menatap suaminya penuh cinta, melihat kesungguhan suaminya membuat hati Serin menghangat. Perasaan yang tanpa paksaan tumbuh dengan sendirinya di dalam sanubari. Cinta yang tak pernah terbayangkan oleh Serin. Adrian dengan caranya meluluhkan hati Serin. “Terima kasih Tuhan engkau memberikan cinta baru dalam hatiku yang membuat hari-hariku semakin hidup. terima kasih Kau pertemukan aku dengan suamiku secepat ini untuk menyembuhkan lukaku dengan perlahan. Menggantikan lukaku dengan cinta yang tulus yang diberikan suamiku.” ucap Serin dalam hati. *** Cinta yang tulus dengan keikhlasan hati saling menerima satu sama lain. Tanpa adanya paksaan satu sama lain. Memberikan ruang untuk saling memahami makna cinta yang sebenarnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD