Aku Sangat Takut Kegelapan

1236 Words
    Aku berjalan keluar Villa dengan sebuah koper besar di tanganku. Berjalan melewati aspal kecil yang hanya bisa dilewati oleh satu mobil. Jalanan aspal itu ditumbuhi semak belukar di sisi kiri dan kanannya. Sepertinya lahan ini baru saja dibuka dan hanya ada Villa pria arrogant itu di ujung jalan ini. Harus naik turun bukit kecil agar bisa sampai di jalan besar. Aku hanya bisa berjalan kaki karena tak ada satupun kendaraan yang lewat. Tiba-tiba aku merasa takut berjalan sendiri di tempat yang sangat sepi ini. Seperti tidak ada kehidupan disini, hanya ada semak belukar yang tinggi dan beberapa pohon besar yang rindang.       Sudah setengah jam aku berjalan dijalanan kecil ini namun belum juga sampai di jalan besar. Cahaya matahari mulai sirna di langit yang hampir gelap. Aku merasa sangat tersiksa hari ini. Aku juga tidak bisa menghubungi siapa-siapa karena handphone-ku tertinggal di kantor. Nasibku benar-benar malang hari ini.       Malam mulai menjelang dan langitpun sudah gelap. Tak ada satupun lampu jalan di jalanan ini. Aku yang merasa lelah berjongkok di pinggir jalan. Air mata mulai mengalir di pipiku karena hatiku resah dan sangat ketakutan. Aku benar-benar takut sendirian di tempat terpencil ini. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk padaku? Tiba-tiba sebuah cahaya sangat terang ada di hadapanku, membuat mataku sangat sakit melihatnya. Seorang turun dari mobilnya dan menghampiriku. “Nona…”       Aku yang mendengar suara seorang pria menyapaku seperti mendapatkan sebuah harapan. Aku berdiri dan langsung menghempaskan tubuhku ke d**a bidang pria itu. Aku menangis memeluk erat tubuh pria itu dan memanggil sebuah nama yang ada di pikiranku, “Carlson…”       Mendengar aku yang memanggil nama ‘Carlson’ dan memeluknya erat, pria itu hanya berdiri diam memelukku. Kemudian ia mengeluarkan suara memecahkan keheningan. “Masuklah ke dalam mobil. Aku antar kamu pulang.” Ia membukakan pintu dan menyuruhku masuk.       Setelah masuk dan duduk di bangku co-driver, aku melihat interior mobil yang tak asing bagiku. Aku menoleh kearah pria yang sudah duduk di bangku driver. OMG! Bertemu pria ini lagi! ucapku dalam hati. Aku baru menyadari kalau pria yang membantuku malam ini adalah pria yang tadi mengusirku. Pria yang beberapa hari terakhir ini selalu bertemu dan membantuku. Kenapa aku selalu bertemu dengan pria ini?       “Kamu tinggal dimana?” Pria yang sedang mengendarai mobil dengan santai  itu bertanya.       “Antar aku ke kantor saja.” Aku menjawab dengan wajah datar tanpa menoleh. “Terimakasih telah membantuku beberapa hari ini.”       Pria itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata. Ia terus menatap ke depan mengendarai mobilnya dengan tenang. Berbeda dengan siang tadi, suasana di mobil saat ini begitu tenang. Yang terdengar hanya suara bunyi knalpot mobil sport yang menderu. Sesekali pria itu mengetukkan jari telunjuknya pada setir mobil. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.       Aku yang sedang duduk di samping pria pengemudi itu menatap keluar jendela mobil. Ada rasa sedikit malu dan bersalah dalam hatiku. Aku merasa bersalah dan malu karena telah memanggil nama orang lain pada lelaki yang ada di sampingku.       “Maaf…” Aku menatap dan memberanikan diri untuk minta maaf pada pria itu.       “Untuk apa?”       “Karena telah memanggilmu dengan nama orang lain.”       “Apa pria itu sangat berarti bagimu?” tiba-tiba pria itu bertanya padaku.       Aku kembali menoleh ke jendela mobil tanpa memberikan jawaban. Melihatku yang enggan menjawab, pria itu tidak lagi memberikanku pertanyaan. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak jatuh, tapi air mataku berhasil lolos membasahi pipi. Aku masih dengan pikiranku sendiri, sampai-sampai aku tidak memperhatikan mobil yang aku tumpangi sudah melaju sampai mana.     Flashback On…       Ya, saat aku melihat kegelapan orang yang pertama kali aku ingat adalah Carlson. Aku sangat takut gelap. Dulu saat aku menemukan kegelapan, selalu ada Carlson menemaniku. Mungkin karena kenangan masa lalu itu, tanpa sengaja aku menyebutkan nama ‘Carlson’ saat pria tadi yang membantuku di kegelapan jalan tanpa cahaya.       Dulu aku pernah hampir tewas dalam kegelapan. Waktu aku masih berusia 10 tahun, aku bermain petak umpet di halaman belakang rumah kakek bersama Carlson. Carlson adalah teman masa kecilku, anak dari sahabat ayahku. Setiap hari ia datang ke rumah untuk bermain bersamaku.       Saat kami bermain petak umpet, Carlson yang kalah menutup matanya. Sedangkan aku  yang menang mencari tempat untuk bersembunyi. Aku menemukan sebuah lobang di tanah belakang rumah kakek ku. Aku yang masih kecil merasa lobang itu dangkal, berniat untuk bersembunyi disana. Aku dengan berani melompat ke dalam lobang tersebut. Tapi semua di luar perkiraanku. Lobang yang berukuruan dua kali tubuhku itu ternyata sangat dalam untuk anak seumuranku. Kedalaman lobang itu sekitar 3 meter, berarti dalamnya mencapai dua kali tinggi tubuhku.       Aku yang terjebak dalam lobang yang dalam berteriak sekuat tenaga. Tapi tidak satupun orang yang mendengarkanku. Lobang itu sangat gelap dan lembab, permukaannya sedikit di tutupi oleh rerumputan liar. Aku menangis ketakutan hanya meringkuk di dalam lobang itu hingga malam hari. Tiba-tiba sebuah cahaya menyinariku dari permukaan lobang. Aku mendongak ke atas melihat kearah cahaya itu berasal. Terdengar suara anak laki-laki kecil dari atas sana, “Freya…apa kau baik-baik saja? Tunggu aku di sana, aku akan turun membantumu.”       Aku yang mendengar suara anak laki-laki itu seperti mendapatkan sebuah harapan. “Carlson….!” Kemudian lelaki kecil itu turun ke dasar lobang dengan tali yang menjulur ke dalam lobang. Setelah sampai di dasar lobang, ia membungkukkan tubuhnya dan menyuruhku naik ke atas punggungnya. Saat itu tubuhnya sedikit lebih besar dari tubuhku, karena sebenarnya ia memang lebih tua dua tahun dariku. Aku menaiki punggungnya dan melingkarkan kedua lenganku di lehernya. Satu tangannya menahan bokongku dan satu tangannya lagi memegang kuat tali yang ada di tangannya untuk naik ke atas lobang. Aku tahu itu sangat sulit baginya yang masih berusia 12 tahun untuk menggendong anak yang berumur 10 tahun sepertiku. Tapi ia dengan sekuat tenaga berusaha naik ke atas permukaan untuk menyelamatkanku.       Beberapa menit kemudian akhirnya kami sampai di permukaan tanah. Nafasnya yang masih terengah-engah memelukku dengan erat. “Apa kamu tidak apa-apa? Apa kamu takut?”       Aku yang mendengarkan pertanyaannya dengan lemas mengangguk. Aku sangat ketakutan, bahkan hampir saja tewas karena lemas. Udara di dalam sana juga sangat sedikit bahkan membuatku sesak nafas saat berada di dalamnya. Lobang yang gelap itu membuatku sangat takut. Untung saja Carlson datang menyelamatkanku. Kalau terlambat mungkin hari itu aku sudah menjadi mayat saat mereka menemukanku.       Carlson kecil memelukku sangat lama, seperti seseorang yang sangat takut barang berharganya hilang. “Aku sangat takut kehilanganmu. Besok aku akan menjagamu lebih baik lagi. Tidak akan membiarkanmu terluka dan ketakutan seperti ini.”       Kemudian ia melepaskan pelukannya dan memapahku untuk berdiri. “Sekarang mari kita pulang dan bersihkan dirimu. Sebelum kakekmu pulang dan memarahi kita.” Aku pun berdiri dan berjalan bersamanya hingga kami sampai di rumah. Semenjak kejadian buruk itu, aku sangat takut kegelapan hingga sekarang.   Flashback Off…         Tiba-tiba aku melihat batu karang dan ombak kecil di balik kaca mobil. Aku baru sadar kalau sekarang aku sedang berada di pinggir pantai. Pria itu berhenti dan memarkirkan mobilnya di pinggir pantai. “Apa kau butuh bahu untuk bersandar?”       Aku menoleh pada pria yang ada di sampingku, tidak memberi jawaban. Aku terdiam sejenak dan kebingungan. Kenapa pria ini membawaku ke pantai? Bukankah tadi aku memintanya untuk mengantarkanku ke kantor?       “Keluarlah! Kau butuh melampiaskan kesedihanmu.” Suara pria itu menyadarkanku. Ia membuka pintu dan berjalan keluar mobil. Kemudian ia duduk bersandar di kap mesin mobilnya yang menghadap ke pantai. Ia menghisap sebatang rokok yang ia ambil dari saku celananya, lalu membuat kepulan asap putih. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD