Aku tertunduk membisu dengan tangan memeluk tubuh sendiri. Tidak ingin berpikir terjauh. Hanya melirihkan pengharapan dalam diam, semoga Ivan sekadar menggertak. Sesekali aku melirik ke samping. Ivan fokus menyetir. "Di depan ada rujak. Mau?" tanya Ivan setelah sekian menit terjebak dalam kebisuan. Aku menggeleng. Kecemasan masih tersimpan rapi dalam benak. Saran agar menjaga jarak dengan laki-laki itu seharusnya kupatuhi. "Kamu benaran takut aku menidurimu?" Ivan tertawa kencang, lalu menggetok pelan kepalaku. Ia menghentikan mobil di depan warung rujak, tetapi tidak bergerak turun. Tarikan napasnya terdengar jelas. "Aku laki-laki normal. Usiaku juga tak muda lagi. Kebutuhan seks tentu saja meronta-ronta, apalagi berdekatan seperti ini. Tapi, kamu tidak perlu takut. Aku tidak akan m

