Tentang kejadian dimana Venya menerima pesan yang berisikan foto Gemma yang setengah telanjaang daada dan tertidur pulas itu, Venya memang sempat mengumpat. Hanya saja, dia harus mendengarnya secara langsung dari Gemma. Maka dari itu, Venya tidak membalas pesan semalam.
Hari ini, Venya ingin bertemu dengan Gemma dan sudah membuat janji. Sore nanti Gemma akan menjemputnya ke panti dan mungkin Venya akan meminta penjelasan tentang foto yang bahkan tidak seharusnya Venya lihat. Iya. Venya akan mempermasalahkan bagaimana Gemma m*****i matanya. Bahkan, Venya sendiri tidak pernah melihat orang telanjaang dadaa apalagi laki - laki secara terang - terangan karena yang malu mungkin akan kembali kepada Venya. Bukan saja pada orang yange mengumbar aurat seperti itu, Venya akan malu sendiri pada akhirnya. Maka dari itu, Venya akan meminta pertanggung jawaban dari seorang Gemma yang m*****i matanya ketika malam hari sampai - sampai Venya tidak bisa melanjutkan pekerjaannya.
Venya langsung terbaring di tenpat tidur. Telungkup dan menenggelamkan wajahnya ke bantal yang biasa Venya pakai untuk tidur. Dia malu dan mengumpat berkali - kali di sana. Padahal, bantal yang ia umpati itu tidak salah apa - apa tapi terus menerus terkena u*****n kasar dari seorang Venya.
"Mau kemana, Nak?" Tanya bunda Kori ketika melihat Venya sudah emngalungkan handuknya di leher. Tidak biasanya Venya hari libur seperti ini sudah akan mandi. Belum tengah hari juga. "Tumben udah bangun sama udah mau mandi." Kata Bundanya lagi.
Venya menunjukkan giginya, "iya Bun. Semalem ga sampe malem.banget begadangnya." Jawab Venya bkemudian mengikuti bunda Kori ke dapur, "mau ketemu Gemma juga sore nanti." Sahutnya lagi kemudian duduk di meja makan panjang yang biasa digunakan untuk makan bersama orang - oeang yang ada di panti asuhan ini.
Selanjutnya, Venya mencicipi gorengan yang ada di atas meja sampai pada akhirnya, bunda Kori yang tadi membelakanginya kini menatap Venya dengan wajah yang menahan tawa.
"Nak, mandi dulu baru makan." Kata bunda Kori, "itu loh, belum cuci muka lendir di mana - mana. Apa ga jorok?" Tambah bundanya lagi.
Venya seakan tidak endengarperkataan bundanya itu kini malah asyik menyantap makanan yang sedang ia pegang.
Merasa terabaikan, kini bunda Kori mencubit pipi Venya. "b***k atau beneran b***k?" Cap bunda Kori sambil tertawa. Venha juga ikut tertawa. b***k dalam artian bunda adalah budegnya kita, tidak mendengar, "sana mandi dulu, setidkanya cuci muka kek." Kata bundanya lagi.
Kini Venya mengangguk, "iyaaa abis ini." Ucao Venya sedikit manja. Setidaknya, mungkin Venya tidak akan bisa bersikap seperti ini lagi jika sudah keluar dari panti. Mungkin Venya akan merindukan bagaimana Bundanya menyikapi hal kecil yang dilakukan Venya seperti ini. Mungkin Bundanya sudah tidak bisa lagi merasakan bagaimana punya gadis remaja seperti Venya yang bekerja keras bukan saja hanya untuk dirinya sendiri. Dan masih banyak kemungkinan diantara Venya dengan panti ini, khususnya dengan bundanya sendiri. "Bunda masak ini banyak ga?" Tanya Venya.
"Masih ada, tinggal goreng. Kenapa?" Tanya bundanya balik ketika mendengar Venya bertanya.
Venya menggeleng, "mungkin aku bakal makan banyak hari ini. Gorengan kan meningkatkan gairah makan. Apalagi pake sambel. Wih mabtao." Kata Venya lagi.
Bundanya mengangguk kecil, "iya nanti bunda masakin sama gorengin lagi deh." Kata bundanya, "terus bunda bikin sambel." Tambahnya.
Senyuman Venya membuat bundanya ikut tersenyum juga, "okay dah kalau begiti." Kata Venya beranjak dari tempat duduknya kemudian bersiap untuk mandi. "Bun?" Panggil Venya pada bundanya yang akan beranjak dari dapur.
"Hmm?" Jawab bundanya pelan sambil membalikkan badannya menatap Venya, "apa lagi, Venya?" Sahut bundanya ketika Venya hanya diam menatap bunda dari jauh.
"Satu lagi lah boleh?" Tanya Venya.
Sebenarnya, Venya hanya meminta ijin. Namun, kenyataannya, sebelum diijinkan juga Venya sudah membawa gorengan itu baru ia memanggil bundanya dan meminta ijin. Kemudian, karena melihat bundanya akan memakinya walaupun makian yang bukan sebenarnya, Venya kabur ke belakang. Bukan ke kamar mandi. Ke belakang dapur yang ada taman bunganya. Venya akan bersantai di sana sebentar sebelum mandi sambil menikmati gorengan bakwan yang dibikinkan bunda Kori.
"Nanti mungkin gue bakal kangen sama masakan bunda." Kata Venya bermonolog. Lalu ia menyuapkan gorengan bakwan tersebut, "ah gampang, tinggal balik ke sini aja." Katanya menghibur dirinya sendiri.
*** *** ***
Venya sudah berada di mobil Gemma.
Sebenarnya, Venya beeniat mengajak ngobrol Gemma di panti asuhan. Di belakang, di ayunan yang biasa mereka pakai untuk mengobrol. Bamun, melihat keadaan panti yang ramai pada sore hari karena ada kegiatan anak - anak panti lainnya jadi Venya mengajak Gemma keluar. Memastikan bahwa mereka bisa mengobrok layaknya obrolan serius. Padahal, menurut Venya sendiri tidak sepenting itu.
Venya emngajak Gemma keluar juga sebenarnya ada modus terselubung. Dia ingin makan makanan ayam krispi di salah satu outlet fast food di kotanya. Tidak setiap hari Venya begini, hanya saja untuk kali ini dia benar - benar ingin memakannya. Kemudian ditambahi float moca yang menurutnya enak dan cocok di sore hari ini.
"Lo mau nambah apa lagi?" Tanya Gemma ketika sedang memesan makanan yang akan mereka kan nantinya. Gemma dan Venya sengaja ke drive thru agar mereka bisa balik lagi ke panti dengan cepat. Venya sendiir punya jadwal menulis setelah ini. Gemma juga ada kelas sore katanya.
Venya diam, "udah deh itu aja." Kata Venya setelah berfikir sebentar.
Anak - anak panti mungkin kan menantikannya, namun, setelah ini Venya akan meminta Gemma ke restoran lain. Karena anak - anak inginnya bukan di restoran ini tapi di restoran sebelah. Restoran di sini adalah outlet fast food. Menurut anak - anak, tempat makan di luar dan di mall sama saja di sebut restoran. Maka dari itu, Venya jadi terbawa menyebutnya restoran tadi.
"Ven, gue ga bawa dompet." Kata Gemma tiba - tiba ketika memeriksa tempat penyimpanan dompet di mobilnya yang biasa ia pakai untuk menyimpan dompet jika sedang dalam peejalanan dengan mobil ini.
Venya tertawa, "iya deh yang punya dompet hanya sim smaa stnk doang di dalem mobil." Kata Venya berniat meledek.
Venya tahu jika dompet yang dimiliki Gemma berbeda dengan dompet yang isinya sim mengemudi Gemma dan juga stnk mobil ini. Biasanya, Gemma hanya membawa dompet berisi uang dan atm dsri rumahnya tanoa harus membawa dompet dengan isi sim juga stnk mobil. Karena dompet yang isiinya stnk dan sim ada di dalam mobil tidak pernah Gemma keluarkan.
"Gapapa, gue ga minta lo jajanin kali. Bayar aja pake QR gue nih." Kata Venya memberikan ponselnya pada Gemma.
Setidaknya, seperrt itulah terkadang.
Namun, setelah di sadari oleh Venya. Ini sudah bukan 'terkadang' lagi. Tapi sudah menjadi 'kebiasaan' dan 'sering' terjadi.