Bab 5

1059 Words
“Oke." Felly pun mengikuti Kevin, ia juga merasa badannya terasa lengket kena air laut."Aku mandi saja dulu ya, soalnya nggak nyaman." “Kevin menaikkan sebelah alisnya, ia mengikuti Felly."Fell, kamu nggak punya kamar kan?" Kevin terkekeh. Langkah Felly terhenti, semalam ia tidur di kamar Evans, begitu juga pagi tadi, ia mandi di sana. Benar juga apa yang dikatakan Kevin, kaku tidur dimana ia kalau tidak punya kamar. “Ayo ke kamarku!" Kevin memberi kode. "Aku ambil pakaianku dulu!" Felly melesat masuk ke dalam kamar Evans, mengambil pakaian seperlunya kemudian kembali menemui Kevin. “Sudah." "Ayo!" Kevin masuk ke dalam kamarnya. Pria itu membuka baju, membuka pintu kamar mandi."Kita mandi sama-sama." Fellycia masuk, dilihatnya Kevin sedang menyalakan air di bathup. Sepertinya mereka akan berendam, berdua. Felly membuka semua pakaiannya, menyalakan shower untuk membersihkan tubuhnya yang terkena sedikit pasir saat ia jatuh dari jetski. Kevin mendekat, memeluk tubuh Felly dari belakang, kemudian meremas p******a wanita itu dari belakang. Kemudian ia mengusap-usap seluruh tubuh Felly, membantu membersihkannya. Setelah itu, ia menarik Felly ke dalam bathup. Mereka berdua duduk berhadapan, berendam air sabun. "Kamu beneran mau sekolah lagi, fel?" "Iya. Aku mau. Tapi, mungkin...Madam nggak akan izinin. Lagi pula untuk apa orang sepertiku sekolah,"katanya sambil tertawa. Kevin mengusap puncak kepala Fellycia."Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Bisa saja suatu hari nanti nasibmu berubah, menjadi wanita yang derajatnya tinggi, menjadi istri orang-orang penting." “Amin." Fellycia tersenyum."Terima kasih...aku akan berusaha meneruskan pendidikanku." “Iya, karena wanita yang pintar, akan melahirkan generasi-generasi yang cerdas. Itu makanya, wanita harus tetap punya pendidikan walau nantinya ia tetap menjadi ibu rumah tangga." "Aku seperti dinasehati oleh Keluargaku." Mata Fellycia berkaca-kaca."Terima kasih..." “Oh, jangan menangis, cantik. Aku di sini untukmu." Kevin memeluk Fellycia. Usai berendam air sabun, mereka berdua membilas tubuh, kemudian Kevin membawa Fellycia ke tempat tidur. Dibaringkannya dengan perlahan, dikecupnya bibir Felly dengan lembut. Lalu, ia turun ke bawah, membuka kedua paha wanita itu lebar-lebar. Felly menelan ludahnya, deg-degan dengan apa yang akan dilakukan oleh Kevin. Kevin menatap daging lembut bewarna merah muda itu, lalu ia mendekatkan wajahnya ke sana. Lidahnya terjulur dan menelusup ke dalam milik Fellycia. Napas Fellycia tertahan, miliknya disedot begitu kencang oleh Kevin hingga ia o*****e dua kali. Kevin tersenyum, ia berjalan mengambil pengaman, memakainya lalu memasuki Felly. Tubuh Felly terasa begitu lemas hingga ia tidak bisa memberikan reaksi pada setiap apa yang dilakukan oleh Kevin. "Kevin,"desah Fellycia, ia semakin tidak berdaya di sela-sela kenikmatan itu. Rasa tidak puasnya terhadap Nathan kini tergantikan. Kevin menghunjamkannya dengan cepat, ia juga sudah mulai lelah. Kemudian ia mengerang dan tubuhnya ambruk di atas tubuh Fellycia. "Kamu tidur aja di sini, ya. Biar kupesan makan siang,"bisiknya di telinga Felly. Wanita itu mengangguk saja.   **    Empat hari berlalu, liburan empat sekawan itu diisi dengan kegiatan-kegiatan yang terkadang sulit dimengerti oleh Fellycia. Bermain bilyard,basket, berenang, terkadang mereka fokus berjam-jam di depan laptop, dan tak jarang pula keempatnya berdebat mengenai sesuatu yang Fellycia juga tidak mengerti. Mungkin itu adalah mengenai pekerjaan mereka. Fellycia merasa 'kecil' sekali berada di antara mereka, keempat pria itu adalah orang kaya dan pastinya juga berpendidikan tinggi. Fellycia menguap lebar saat film yang ia tonton sudah habis. Seharian ini, ia tidak disentuh oleh siapa pun karena mereka semua sibuk dengan laptop atau Ipad-nya. Ia pun memilih menghabiskan waktu untuk menikmati apa yang tidak akan bisa ia nikmati di rumah Madame Rose, yaitu bersantai-santai.Lalu terdengar suara ribut-ribut. Adam dan Kevin masuk sambil bicara. Setelah itu disusul oleh Evans dan juga Nathan. Kevin menghampiri Fellycia. “Hai, ngapain?" "Nonton film,"jawab Fellycia. “Berhubung kerjaan sudah beres, kita main yuk!"kata Nathan. “Main kuda-kudaan?" Adam tertawa. “Adu panco dulu, tes kekuatan!"kata Kevin sambil memukul lengan berototnya. “Hah, lengan kecil gitu!"ejek Adam."Sekali dorong jatuh!" "Jangan itu, aku punya permainan yang lebih seru." Nathan menyeringai. Kemudian ia menatap Felly."Kamu sudah makan?" “Sudah, setengah jam yang lalu,"jawab Felly. “Permainannya adalah...Felly hisap punya kita, siapa yang paling cepat keluarnya, harus bayarin villa atau penginapan kita di liburan selanjutnya." “Janganlah, kasihan nanti mulutnya capek. Kalau hisapan pertama sih...mungkin masih kuat, dan akhirnya kemungkinan cepat keluar itu besar. Kalau yang dapat giliran berikutnya, daya hisapnya sudah mengecil. Jadi, akan lebih lama keluar sih." Kevin menolak, ia kasihan pada Felly, harus melayani empat orang sekaligus. “Tapi, boleh juga tuh idenya." Adam mengangguk setuju. Evans tersenyum menatap Fellycia."Kamu siap melayani kita berempat malam ini?" “Harus siap!"jawabnya tertawa, memang itulah alasan kenapa ia ada di sini. "Ya udah gini aja, kita pakai timer, Felly berbaring.kita telanjang terus punya kita harus on, selama tiga puluh detik kita tidurin Felly ...kalau tiga puluh detik belum keluar, ya udah tetap stop. Ganti ke yang lain. Siapa yang keluar pertama kali, dia kalah, kalau belum ada yang keluar juga, kita tetap lanjutkan permainan sampai ada yang o*****e,"kata Nathan. “Tapi, kita bakalan nggak terkontrol kan?" “Kamu ada suntik atau minum pil, Felly?" Felly mengangguk."Madame selalu memberikannya rutin, kemarin juga sudah." “Aman kan?"kata Nathan lagi."Jadi, kalau nggak sengaja dibuang di dalam, ya nggak akan apa-apa." “Tapi, bagaimana kita tahu kalau itu sudah tiga puluh detik, dan kayaknya itu kelamaan deh. Dua puluh detik aja!" Kata Kevin. "Pakai alarm, aku punya...pernah mainkan ini soalnya." Nathan terkekeh. Ia pernah bermain seperti ini bersama teman-teman komunitas Motornya. “Setelah dua puluh detik, bakalan bunyi." Nathan meletakkan alarm itu di atas meja, tentunya sudah disetting sesuai dengan kesepakatan. “Menarik!" Evans tersenyum, lalu melayangkan tatapan mesra pada Fellycia."Ayo buka semua bajumu...atau, aku saja yang buka." Fellycia berdiri, kemudian Evans membuka baju Wanita itu. "Tapi, punya kita enggak lagi On, bro!"kata Adam sambil melihat miliknya. Evans tersenyum, kemudian melumat bibir Felly, keduanya berciuman mesra, tangan Felly menggenggam milik Evans. Dibukanya resleting celana Evans, kemudian ia mengeluarkan kejantanan laki-laki itu. Kevin, Nathan, dan Adam menyaksikan saja. Evans melepaskan bra Felly, kemudian membaringkan tubuh wanita itu di sofa. Dilahapnya dengan begitu rakus puncak d**a Felly, menggigitnya pelan hingga membuat gadis itu mendesah. Evans melepaskan semua pakaiannya dan juga pakaian Felly, kemudian jemarinya memainkan titik sensitif wanita itu. Evans membuka paha Felly lebar-lebar, kemudian memasukkan jari tengahnya, lalu menggerakkannya dengan begitu cepat. “Evans!"desah Felly, tubuhnya menggeliat karena kenikmatan itu. Kevin melepaskan pakaiannya, kemudian mengambil Felly, dan membaringkannya di lantai, di atas karpet. Kevin membuka paha Felly, lalu menghisap cairan yang mengalir karena jemari Evans. Evans tidak tinggal diam, ia ikut ke lantai dan melumat bibir Felly.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD