Bab 4

1027 Words
"Awas kalau masuk ke kamarku tiba-tiba dan minta dibantuin! Nggak akan!"omel Evans sambil melirik ke arah Felly yang sedang makan. Nathan dan Kevin hanya tertawa melihat kelakuan Adam dan Evans yang jarang sekali akur, mereka berdua sering terjadi cekcok mulut, meski pada akhirnya mereka tetap berteman baik. Nathan menggandeng tangan Felly usai sarapan, menuju tepi pantai. Ada tikar dan bantal yang sudah tersedia di bawah pohon, di atas pasir, tentunya sangat menyenangkan berbaring di sana. Nathan berbaring sebentar, ditariknya Felly ke dalam pelukannya. “Aku Nathan, kamu harus tahu itu." "Baiklah, Nathan,"balas Felly dengan lembut. Nathan menatap buah d**a Felly, kemudian ia meremasnya pelan. Diciumnya bibirku Felly, tubuh mereka begitu rapat, berpelukan mesra. “Woy,Nathan!"teriak Adam dari kejauhan. Nathan menggeram, Adam merusak suasana saja. Ia menoleh."Apa?" "Katanya mau main air, ayo lah!"teriak Adam lagi. "Duluan! Aku mau senang-senang dulu,"kata Nathan. Adam, Evans, dan Kevin pergi bermain jetski, mengabaikan Nathan yang berduaan dengan Fellycia. Nathan membuka kaitan bra Felly, menidurkan wanita itu dan menindihnya. “Kita melakukannya di sini?" "Tentu saja, di sini tidak ada orang. Jangan khawatir,"kata Nathan sambil terkekeh. Dibukanya celana dalam Felly. Felly benar-benar telanjang di alam terbuka, bahkan ini benar-benar siang,maksudnya apa yang mereka lakukan akan terlihat jelas oleh orang yang melintas di sekitar.  Nathan menurunkan celananya, kemudian menghunjamkan miliknya begitu saja ke dalam. Felly memejamkan mata, sedikit sakit karena Nathan tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu, untungnya Pria itu melumat puncak dadanya hingga Felly sedikit rileks. Nathan terus menghunjamkan miliknya, Felly sendiri tidak tahu seperti apa bentuk dan panjangnya, tapi, ia cukup merasa kesakitan saat ini. Ia berharap segera selesai dan terbebas dari Nathan. Nathan mengerang panjang, menghentakkan miliknya secara lambat, kemudian menarik miliknya. Ia menyelimuti tubuh Felly dengan kain yang ada di sana, sebagai penutup tikar. “Aku menyusul teman-teman dulu ya." Nathan pergi begitu saja menyusul ketiga temannya. Sementara itu Felly menatap Nathan dengan tatapan kosong. Empat pria itu selesai bermain jetski, mereka berjalan beriringan menghampiri tempat dimana Fellycia berada. Mereka tertawa bersama, entah apa yang sedang mereka bahas. Fellycia hanya bisa menatap mereka sambil menikmati kelapa muda dengan es yang ia pesan. “Honey!" Adam memeluk pundak Fellycia, kemudian menyedot kelapa muda miliknya dengan santai.  Kemudian ia meletakkan kepalanya di pangkuan Fellycia. “Kamu sudah lapar, Fell?"tanya Kevin "Belum, nanti kalau lapar aku bakalan pesan." "Iya, jangan sungkan-sungkan ya. Kamu harus banyak tenaga, ya...kamu tahu kenapa kan?" Kevin tersenyum penuh arti. “Iya, aku mengerti." “Kudengar kamu masih berusia dua puluhan, Fell?" Kevin memastikan, kalau berita itu benar, ia sungguh kasihan pada gadis itu, namun, hidup itu memang penuh dengan pilihan sulit. Ada kalanya pekerjaan seperti Felly adalah satu-satunya jalan yang mereka punya. “Iya, benar. Dua puluh dua lebih tepatnya." Fellycia tersenyum tipis. “Oh...kau sangat muda, Honey." "Felly bukan sangat muda, Adam, kau yang terlalu tua,"ejek Kevin. Adam tidak menjawab, ia merasa nyaman berbaring di pangkuan Fellycia. “Lalu ...selain bekerja pada Madame Rose, apa kegiatan kamu lainnya? Maksudku...kamu bekerja di malam hari bukan, tentu kamu punya waktu kosong di siang hari kan?" “Siang hari hanya kupakai untuk istirahat, karena aku juga tidak ada kegiatan lain,sekolah atau pun kuliah. Aku tidak pernah merasakannya,"jawab Fellycia jujur. “Oh...sayang sekali, kau sangat cantik, tapi, tidak sekolah. Kau mau kusekolahkan ...hmmm?" Kevin mengusap bibir Fellycia. Fellycia tertawa, andai penawaran seperti ini muncul di saat ia masih muda dulu, tentu ia akan langsung menerima. Tapi, ia sudah berusia dua puluh dua tahun,tidak mungkin sekolah lagi."Tapi, aku sudah cukup tua untuk sekolah." “Kau sama sekali tidak pernah sekolah?" "Aku hanya sekolah sampai menengah pertama, setelah itu Madame Rose menyuruhku di rumah saja, bekerja di rumah bordir,"kenang Fellycia. Ia masih bisa mengingat, betapa sakitnya ada di masa itu, di saat anak-anak lain bersenang -senang dan belajar di sekolah , ia sudah harus menjadi pelayan di rumah bordir ,membersihkan kamar dan juga kafe. Tapi, ia tidak ada pilihan selain menuruti keinginan Madam Rose. Hanya wanita itu tumouan hidupnya. Kevin mengusap puncak kepala Fellycia."Sayang sekali, mungkin nanti aku bisa mengurus sekolahmu , bisa ikut Paket C kan? Supaya kamu punya tanda lulusan, setidaknya sampai menengah atas saja." “Apakah itu penting?" Kevin mendekatkan wajahnya."Tentu saja, di kalangan tertentu kamu akan ditolak jika kamu tidak memiliki pendidikan, sayang. Mungkin saja suatu hari nanti kamu punya kesempatan untuk memiliki hidup atau pekerjaan yang lebih baik, dan saat itu tiba, kamu sudah punya pendidikan yang cocok untuk posisi itu." Dikecupnya bibir Fellycia. “Bapak guru kita sedang bicara,"komentar Nathan pada Evans. "Yang dikatakannya itu memang benar."Evans tertawa saja sambil menikmati kelapa mudanya. Fellycia tersenyum haru, meski statusnya adalah wanita panggilan, wanita malam, atau b***h, ia tidak diperlakukan seperti b***h, kecuali untuk urusan ranjang. Keempat pria itu memperlakukannya dengan baik selayaknya manusia. Bukan seperti pelanggan-pelanggan sebelumnya yang terkadang menurunnya merangkak, bertekuk lutut dalam keadaan terikat, atau menungging hanya untuk dipukuli bokongnya. Semua itu hanya demi kepuasan hasrat mereka saja. "Hei, kamu jangan melamun. Ayo ikut main denganku!"ajak Kevin. "Main apa?" “Berani main jetski?" “Aku nggak bisa dan nggak pernah coba, takut jatuh,"tolak Fellycia. "Kita naik berdua, oke. Kamu hanya perlu peluk aku dengan erat di belakang,"kata Kevin meyakinkan. “Baik." "Adam, lepaskan pelampungmu!" Kevin menyenggol Adam yang masih santai di pangkuan Fellycia. Pria itu bangkit, membuka baju pelampungnya, kemudian memakaikan pada Fellycia."Hati-hati ya, pegangan yang kencang. Kalau terlalu cepat,cubit saja burungnya Kevin." “Sial! Burungmu yang kucubit, pakai tang!"omel Kevin.  Ia meraih tangan Fellycia dan membawa gadis itu bermain jetski. Sementara Adam, Nathan, dan Evans tidur di bawah pohon. Kevin dan Fellycia berkeliling pulau menggunakan Jetski. Gadis itu merasa puas karena ia belum pernah menaiki ini sebelumnya. Sejak tadi, ia berpegangan erat dengan Kevin, memeluk pria itu dari belakang dan merasakan kenyamanan bersamanya. Felly merasa ia tidak sedang bekerja, seperti ada orang yang sangat baik mengajaknya liburan. Tapi, ia masih tetap ingat bahwa ia di sini hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual empat pria itu. Kevin mengentikan Jetski karena sudah mulai lelah."Kita turun ya." Fellycia turun perlahan kalau berjalan menuju tepi pantai dimana Ketiga pria tadi beristirahat. Hanya ada Nathan yang sedang tidur di sana. Sementara Adam dan Evans tidak kelihatan batang hidungnya. "Felly, kita makan siang dulu yuk,"ajak Kevin."Tapi, kita ganti baju aja dulu, basah nih."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD