Mawar sudah menyudut, sendiri, tanpa pamit pada Dimas yang sedari tadi bahkan tidak menyadari ada dirinya di tempat itu. Dengan wajah yang kini nampak melamun, Mawar jadi berpikir sesuatu. Kemarin, ia merasa, tak sama sekali hina dengan pernikahannya yang berantakan karena Reksa pergi entah kemana. Tak ada kabar, tak ada yang laki-laki itu bicarakan sama sekali. Mawar mungkin sakit hati, tapi ya sudah, ia menganggap semua hal sebagai musibah. Mawar selalu mempunyai sudut pandang begitu, tak peduli seberapa keras pun kedua orang tuanya mengatakan jika itu aib, Mawar tak terpengaruh. Tapi tadi, entah kenapa, dengan tiba-tiba, ia merasa hina dan malu. Sesaat, Mawar menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan oksigen yang entah kenapa, terasa menipis sekarang. Mata Mawar kembali

