5. Rencana jahat gagal total

2225 Words
Di dalam kontrakan, Daisy, Aster, dan Lily sedang berdandan habis-habisan untuk melakukan penyamaran. Sekarang mereka tampak seperti bule. Apa lagi mereka memakai hidung palsu yang mancung serta rambut pirang. Wajah tiga sekawan itu benar-benar berbeda karena make up dan tentu saja hidung palsu. “Aily, Starter ... ayo kita berangkat!” “Enak aja aku namanya Ersa kali bukan Starter.” Aster protes. Mereka memakai nama samaran Daisy menjadi Sissy, Lily menjadi Aily, dan Aster menjadi Ersa. Namun, Daisy sering memanggil Aster dengan Starter. “Ya udah ayo. Jangan ngambek gitu dong nanti cantiknya hilang.” Daisy mencolek dagu Aster yang membuat wanita itu tambah kesal. “Kamu ya, aku nggak akan mau bantuin lagi.” “Eitts, jangan marah dong.” “Ayo nanti kita telat, bisa jadi pertemuannya udah selesai.” Seperti biasa Lily harus jadi penengah. Setelah itu mereka pun berangkat ke perusahaan Liam di ibu kota tempat pertemuan antara Liam dan Gibran. Baron pasti juga akan ke sana karena menurut video rekaman, Baron memang sudah membuat janji dengan Liam dan akhirnya berbarengan dengan pertemuan Liam dan Gibran. *** Gibran dan Damar sudah berada di ruang pertemuan menunggu kedatangan Liam, mereka memang datang lebih cepat sekitar 15 menit. Liam pun datang dan memulai rapat bersama Gibran dan Damar. Sebenarnya isi rapat hanya tinggal memperjelas saja karena Liam dan Gibran sudah pernah bertemu sebelumnya dan Liam sangat tertarik bekerja sama dan berinvestasi di perusahaan R&G Hotel and Resort. Apalagi dengan proyek hotel dan resort di Bali. Akhirnya Liam pun menandatangani kontrak kerja sama investasi dengan perusahaan Gibran. Tentu Liam menandatangani ini bukan hanya tertarik dengan proyek perusahaan dan keuntungan yang akan dia dapatkan dalam berinvestasi. Namun, juga dengan sifat dan perilaku pemimpinnya yaitu Gibran Adelard. Menurut Liam, Gibran seorang CEO cerdas, tetapi tidak sombong seperti kebanyakan CEO yang ia kenal. Setelah mereka saling bersalaman, asisten Liam berbisik kepada Liam, memberitahu bahwa Baron Ducan sudah datang. Liam menyuruh asistennya untuk membawa Baron ke ruangan pertemuan itu. “Mister Gibran sepertinya kita sudahi saja pertemuan kali ini. Saya akan ada pertemuan lain dengan CEO dari Ducan Company. Apa Mister Gibran kenal dengan Mister Baron? Saya lihat perusahaan Anda dan Mister Baron bergerak dalam bidang yang sama.” “Ya, saya sangat kenal dengan Baron Ducan.” “Apa kalian ada kerja sama?” “Tidak, kami tidak bekerja sama,” jawab Gibran. “Bahkan tidak akan pernah bekerja sama,” lanjut batin pria itu. “Wow sepertinya kalian adalah saingan.” Liam menilai dari ekspresi wajah Gibran. “Ya, bisa dikatakan seperti itu Mister Liam.” Suara ketukan menghentikan obrolan Gibran dan Liam. “Permisi.” Baron dan asistennya bersama asisten dari Liam memasuki ruangan itu. Baron dan sang asisten sangat terkejut melihat Gibran di sana. Mereka tampak seperti melihat hantu. Liam pun heran dibuatnya. “Ada apa Mister Baron?” tanya Liam. “Tidak apa-apa Mister Liam. Saya hanya terkejut melihat Pak Gibran di sini.” “Saya memang sudah bekerja sama dengan Mister Gibran.” “Senang bertemu Anda Pak Baron, sudah lama sepertinya kita tidak bertemu.” Gibran menatap sinis Baron. “Oh iya senang bertemu dengan Anda.” Baron berpikir pantas saja tadi preman yang menjaga Gibran tidak mengangkat telepon darinya sama sekali, ternyata pria itu sudah bebas. “Sial! Tapi bagaimana dia bisa bebas dan kenapa dia terlihat baik-baik saja. Harusnya dia masih pusing dan lemah sekarang. Padahal aku sudah memberikan obat bius dosis tinggi, efeknya saja 24 jam. Wajahnya hanya terlihat sedikit bekas memar. Dia juga tampak tidak terpuruk karena patah hati,” batin Baron. Ia sangat heran dengan keadaan Gibran yang terlihat baik-baik saja. Tadi dia memang tidak sempat untuk mengecek gudang karena tempatnya jauh. Dia menyuruh anak buahnya untuk ke sana. Namun, sepertinya anak buahnya belum sampai di sana. “Mari Mister Liam dan Pak Baron saya sepertinya harus pamit dari sini.” “Iya sila—” Liam menghentikan ucapannya karena terkejut melihat layar LED di ruang pertemuan yang dari tadi menampilkan visi dan misi perusahaannya berganti menjadi menampilkan rekaman CCTV. Yang lebih mengejutkan lagi itu rekaman CCTV dari Baron Ducan di klub malam. Sudah tentu isinya adalah rencana jahat Baron terhadap Gibran yang sekarang sudah menjalin kerja sama dengan Liam. Semua orang di sana sangat terkejut melihat hal itu. Sekarang Baron bagaikan tersambar petir. Reputasinya akan hancur. Dia pun menjadi panik, lalu menatap Gibran penuh kebencian. Namun, ia juga heran melihat Gibran terkejut atau itu hanya kepura-puraan pikirnya. “Tolong jelaskan apa maksud semua ini Mister Baron?! Apa benar Anda menyekap Mister Gibran agar tidak dapat pergi ke pertemuan hari ini dan tidak jadi bekerja sama dengan Saya?! Mister Gibran apa benar telah terjadi penyekapan?” tanya Liam terhadap dua orang itu. Liam memang dari awal sudah melihat wajah Gibran yang sedikit memar, namun sepertinya ditutupi dengan krim atau semacamnya. “Benar Mister Liam, tapi saya juga baru melihat video rekaman ini. Saya memang sudah curiga kalau Pak Baronlah yang menyekap saya dan bekerja sama dengan kekasih saya sendiri,” ucap Gibran sedikit berbohong. Ini pasti rekaman milik Daisy dan kawan-kawannya. Ia juga baru melihat ini. Bagaimana rekaman ini bisa muncul di layar LED? Apa Daisy dan kawan-kawannya ada di sini? Begitulah tanda tanya di benak Gibran. “Jadi ini bukan video dari Mister Gibran? Tapi tidak masalah karena dengan video ini saya mengetahui perilaku dari Mister Baron. Maaf Mister Baron saya benar-benar kecewa dengan Anda. Awalnya saya juga mempertimbangkan berinvestasi di perusahaan Anda. Tetapi melihat Anda yang sangat licik, saya dengan tegas mengurungkan niat saya! Dalam berbisnis, persaingan memang dibutuhkan. Namun, persaingan harus dilakukan secara sehat, sama-sama menonjolkan kemampuan masing-masing tanpa harus menjatuhkan lawan dengan cara licik seperti yang Anda lakukan Mister Baron!” Ketidaksukaan Liam sangat jelas terlihat saat menatap Baron. “Ini semua pasti rekayasa, Mister Liam,” elak Baron. “Anda pikir saya bodoh! Di rekaman ini sudah sangat jelas wajah Anda dan suara Anda! Lebih baik sekarang Anda pergi dari kantor saya!” usir Liam. Dia juga meminta asistennya untuk mengantarkan Baron sampai ke lobi. Baron dan asistennya pun akhirnya menurut dengan penuh kekesalan. Belum juga keterkejutan akibat video CCTV yang ada di ruang pertemuan mereda. Mereka dikejutkan dengan video itu ternyata juga ditampilkan di layar LED besar lobi kantor dan membuat seluruh karyawan di sana menggunjingkan Baron. Tentu saja muka Baron memerah karena sangat malu ketika melewati karyawan yang berbisik tentangnya. “Keterlaluan banget tuh si Baron! Bersaing, tapi pakai cara licik.” “Eh—tahu nggak, aku lihat di medsosnya Pak Gibran. Ternyata benar cewek yang sama Baron itu pacarnya Pak Gibran.” “Berarti si cewek ini benaran pacarnya Baron yang disuruh jadi pacarnya Pak Gibran untuk bisa memata-matai perusahaan Pak Gibran. Ya ampun parah banget!” “Benar tuh, kasihan banget Pak Gibran dibohongi kayak gitu. Apalagi kalau aku lihat di medsosnya, Pak Gibran kayaknya cinta banget sama pacarnya. Beberapa hari yang lalu juga mereka baru merayakan Anniversary yang kedua.” “Ck, jahat banget tuh cewek! Kalau aku diberi kesempatan buat jadi pacar Pak Gibran yang ganteng maksimal. Ya nggak akan aku lepasin.” “Ya, tapi yang paling jahat tentu si Baron padahal nggak ganteng-ganteng amat. Kalau sama Pak Gibran sih kalah jauh.” Itulah beberapa gunjingan terhadap Baron oleh karyawan perusahaan Liam. Bahkan ada beberapa karyawan yang merekam kembali video di layar LED itu untuk di upload di medsos mereka. Gibran dan Damar yang turun ke lantai bawah di antar oleh Liam kembali kaget ternyata video itu tidak hanya disiarkan di ruang pertemuan. Namun, juga di layar LED lobi yang sangat besar. Sebenarnya Gibran juga sedikit malu, tapi tak apa untuk memberi pelajaran kepada Baron Ducan. Namun, siapa yang melakukannya? Apa Daisy di sini? Gibran mencoba mengedarkan pandangannya di seluruh lobi perusahaan mencari keberadaan Daisy, namun nihil. Tampilan LED kemudian kembali seperti semula. “Ini luar biasa Mister Gibran. Jika Anda tidak tahu hal ini pasti ada yang membantu Anda menampilkan video itu di LED perusahaan saya.” Liam berpikir apa ada karyawannya yang tahu hal ini dan menyiarkan itu. Liam melihat dari ekspresi wajah Gibran yang benar-benar tidak tahu tentang video itu. Hebat sekali orang yang melakukannya. "Benar saya tidak tahu Mister Liam, tapi karena itu video menyangkut saya jadi saya mohon maaf telah mengganggu kenyamanan di perusahaan Mister Liam.” “Tidak apa-apa. Karena ini juga, saya jadi mengetahui kelicikan Mister Baron, tapi saya masih tetap penasaran siapa yang melakukan ini. Apa itu sama dengan orang yang menyelamatkan Mister Gibran?” “Iya bisa jadi orang itu karena dia terlihat sangat membenci Pak Baron. Kalau begitu saya permisi dulu Mister Liam. Terima kasih sekali lagi untuk kerja samanya.” “Sama-sama semoga kerja sama kita saling menguntungkan. Oke kalau begitu, saya juga akan kembali ke ruangan saya.” Percakapan mereka tidak luput dari perhatian tiga bule gadungan yang duduk di sofa lobi dan juga satu orang karyawan di sana. Siapa lagi bule itu kalau bukan Daisy, Aster, dan Lily alias Sissy, Ersa, dan Aily. “Yah ... Mas Gibran udah pergi,” gumam Daisy. “Mas Damar juga pergi,” gumam Lily. Daisy dan Lily menghela napas panjang karena Gibran dan Damar tidak mengenali mereka sama sekali, walau tadi sempat bertatapan sebentar. Sedangkan Aster sibuk mengobrol dengan Khansa, karyawan di perusahaan itu yang membantu mereka tadi. Tentu saja yang menyebarkan video di layar LED kantor adalah mereka. Daisy memasukkan chip di LED utama, agar Lily bisa mengakses seluruh layar LED di kantor itu. Sedangkan Aster dan Khansa mengalihkan perhatian resepsionis dan penjaga. Setelah berhasil, mereka berkumpul di sofa lobi, menunggu Baron untuk muncul. Lalu setelah Baron muncul dan diperkirakan sudah sampai di ruang pertemuan, Lily memutar video rekaman Baron yang membuat geger karyawan kantor itu. Mereka sama sekali tidak dicurigai karena ada Khansa karyawan pemasaran. Jadi, terkesan ketiga bule gadungan itu adalah klien dari Khansa. Mereka bahkan juga melihat wajah malu Baron ketika orang-orang di lobi menggunjingnya. Rasanya ingin sekali tertawa, tapi mereka tahan. “Mbak As—eh maksudnya Mbak Ersa, aku kayaknya harus balik kerja takut dimarahi Bu ketua,” ucap Khansa. Khansa memang adalah kenalan dari Aster. “Ya sudah terima kasih ya Khansa.” “Iya, mari Mbak Sissy sama Mbak Aily.” “Khansa terima kasih banyak ya. I love so much.” Mulailah Daisy memakai jurus alay yang membuat Lily mual. Padahal Khansa sendiri senang-senang saja. “Sama-sama Mbak Sissy yang cantik.” “Khansa jangan puji dia nanti hidungnya tambah maju,” ucap Aster yang langsung mendapat lirikan tajam oleh Daisy. *** Tiga bule gadungan sekarang sudah berada di mall terbesar Ibu kota. Rencananya mereka akan menjual jam tangan yang dicuri kemarin. Mereka berpencar dan masing-masing membawa dua jam tangan. Ternyata total yang mereka dapatkan adalah sekitar 450 juta, dibagi tiga masing-masing mendapat 150 juta. Setelah mendapatkan uangnya mereka seperti biasa akan berbelanja gila-gilaan. Begitulah aktivitas tiga pencuri cantik yang belum pernah ketahuan sama sekali oleh orang lain. Aster dan Lily sebenarnya baru tiga tahun ini menggeluti dunia pencuri. Ya! Tentu mereka selalu memilih target orang-orang yang tidak baik. Pria-pria tua bangka yang sering menghabiskan waktu di klub menjadi target mereka. Ataupun pengusaha-pengusaha kaya raya yang korup dan masih banyak lagi. Mereka biasanya mengecek data pribadi target yang ada di klub-klub malam. Aster dulu adalah wanita penghibur. Ibu dan kakaknya pun bergelut di bidang yang sama. Keluarganya memang berhubungan dengan dunia malam. Saat umurnya 20 tahun dia dinikahkan dengan seorang pria berusia 45 tahun. Aster sempat merasa bersyukur karena bisa terbebas dari dunia malam. Dia juga bahagia mendapatkan suami yang dewasa dan menyayangi dia. Mereka hidup dengan bahagia di sebuah kontrakan sederhana. Namun. setelah 7 bulan menikah, Aster baru mengetahui bahwa suaminya sudah mempunyai istri. Saat itu, istri pertama suaminya serta anak mereka, melabrak dirinya di kontrakan. Wanita itu memukulinya bertubi-tubi, padahal Aster sudah menjelaskan kalau dia tidak mengetahui hal itu. Akhirnya Aster yang sedang hamil dan baru menginjak 3 bulan harus mengalami keguguran. Setelahnya diceraikan oleh suaminya. Dia lalu kembali menjalani hidup sebagai wanita malam. Beberapa tahun berlalu dia bertemu Daisy di klub. Daisy adalah seseorang yang unik menurut Aster. Daisy awalnya menyamar menjadi wanita penghibur dan itu diketahui oleh Aster. Setelah itu Aster juga tahu kalau tujuan Daisy adalah mencuri. Daisy menyuruh Aster untuk tutup mulut dan mereka pun tanpa sadar sudah menjadi teman. Aster memutuskan keluar dari pekerjaan yang dia lakukan, walau harus membayar penalti besar untuk keluar dari klub. Untunglah Daisy mau membantu untuk membayarkan. Aster akhirnya bekerja sama dengan Daisy dalam aksi mencuri. Beberapa bulan kemudian mereka bertemu Lily di depan pintu masuk klub. Dia tampak akan dijual oleh seorang pria asing di klub itu. Lily terus memberontak, membuat Daisy dan Aster tidak tega. Daisy kemudian mencoba bernegosiasi dengan sang bule yang belum sempat memasuki klub. Ternyata bule itu adalah mantan suami dari Lily sendiri. Akhirnya Daisy dan Asterlah yang membayar untuk kebebasan Lily. Meskipun uang di tabungan mereka berdua harus ludes, benar-benar tak tersisa. Tahun itu Daisy menghabiskan uangnya hanya untuk membebaskan Aster dan Lily. Impiannya untuk membeli sebuah rumah mewah akhirnya harus dipendam terlebih dahulu. Namun, dia tidak menyesali itu karena mendapatkan sahabat yang setia dan hebat. Aster mempunyai koneksi di mana-mana dan Lily yang membuat semua uang tabungannya habis adalah seorang hacker. Daisy jauh lebih bahagia sekarang. Hidupnya tidak lagi sendiri ada Aster dan Lily yang menemani. Kedua sahabatnya itu pun paling mengerti dirinya dan tahu kisahnya yang berakhir menjadi seorang pencuri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD