(2)

1034 Words
"Nikah atau enggak?" Tanya Azril ulang masih dengan tatapan yang sama, tatapan santai seolah gak ada yang salah dengan ucapannya barusan, padahal mah gue yang ditanya udah kalang kabut sendiri mikirin jawaban, mau terima gue gak punya keberanian sebanyak itu, mau gue tolak, gue juga gak punya solusi yang jauh lebih baik sekarang, apa yang ada dihadapan gue rasanya memang gak akan membantu sama sekali, pilihan yang Mas Afi kasih gak ada yang mudah dimata gue tapi gue tetap dipaksa keadaan untuk memilih, gue gak bisa kabur atau menghindar, batalkan acara pernikahan hari ini atau menikah dengan Azril, sahabat gue sendiri. "Ril! Lo yakin kita berdua menikah adalah pilihan yang jauh lebih baik? Ini pernikahan loh Ril, bukan untuk main-main." Tanya gue ulang ke Azril juga, yang gue takutkan sekarang itu banyak, walaupun gue menikah dengan Azril bukan berarti masalah gue sekarang udah terselesaikan, mungkin Azril gak akan mikirin ini tapi gue gak bisa kalau gak mikir jauh, kejadian hari ini adalah efek karena gue gak pikir panjang sewaktu memilih calon suami gue dulu, apa gue harus mengulangi hal yang sama dengan menikah dengan Azril secara mendadak kaya gini? Apa gue yakin gue bisa membuat keadaannya berubah menjadi lebih baik? "Yang ngomong pernikahan itu cuma untuk main-main juga siapa? Kalau gue mau ngajak lo main, bukan di depan penghulu tapi gue bawa lo ketaman hiburan, gue ajak lo jalan, muter-muter nah itu baru artinya gue ngajak lo main, main di depan penghulu mah itu nyari pekara." Jawab Azril santai, benerkan kata gue, Azril gak miki panjang dengan ucapannya sekarang, Azril gak ngerti arti pernikahan yang sebenernya itu gimana? Azril gak ngerti makanya dia bisa menawarkan dirinya untuk menikahi gue segampang itu, ini masalahnya sekarang, bukan yang lain, gue semakin meragu karena gue tahu sikap Azril, gue terlalu hafal dengan kelakuan Azril. Tapi menolak tawarannya sekarang rasanya juga gak bisa, gue gak punya solusi yang lebih baik untuk sekarang, yang gue punya cuma uluran tangan Azril untuk membuat gue keluar dari keadaan mendesak gue, nasib Mas Afi juga bergantung dengan pilihan gue sekarang, kalau pernikahan ini batal, Mas Afi harus nanggung malunya gimana? Semua orang akan kembali menyalahkan Mas Afi, semua orang akan balik mikir ini semua terjadi karena Mas Afi gak becus mendidik gue selama ini, bukan gue yang akan nanggung semua bebannya sendirian tapi Mas Afi yang akan nanggung semua omongan orang tentang gue, bebannya jauh lebih berat dari beban gue sekarang. "Jadi gimana Sya! Lo punya solusi lain? Lo masih tetap keras kepala dan nolak tawaran gue? Lo udah yakin kalau lo gak akan menyesali apapun? Lo udah yakin kalau lo bisa menghadapi Mas Afi nanti?" Tanya Azril dengan nada sedikit beda, Azril juga terlihat mulai menatap gue aneh seolah sedang menilai sesuatu, gue gak ngerti jalan pikiran Azril dan gue juga gak tahu apa yang sedang dipikirkan Azril sekarang tapi yang pasti, tatapannya berubah seolah mulai sedikit pasrah dengan pilihan gue, apapun jawaban gue sekarang yang bisa Azril lakukan hanya mendukung, bukan memaksakan sesuatu yang gak mudah untuk gue terima. "Ril! Lo yakin bisa menganggap gue seorang istri? Apa lo tahu tanggungjawab seong suami itu bakalan kaya apa? Bukan cuma gue, bukannya lo juga harus mikir, bukan cuma untuk gue tapi apa ini yang terbaik untuk lo juga? Lo mau ngebantuin gue karena gue sahabat lo kan? Lo mau gue bahagia dan gue nanya lo sekarang juga dengan alasan yang sama, lo sahabat gue dan gue gak mau lo kesusahan cuma untuk membantu menyelesaikan masalah gue sekarang." Tanya gue mencoba untuk lebih serius, kalau Azril sangat yakin menawarkan dirinya untuk menikahi gue, gue pikir Azril juga harus mempertimbangkan semuanya dengan jauh lebih baik. Terlepas dari ide gila Azril sekarang, Azril itu tetap sahabat gue, dia penting untuk gue, gue gak mau Azril mengorbankan sesuatu yang sangat penting untuk hidupnya sekarang, pernikahan itu pekara penting, gue gak mau Azril gak mempertimbangkan hal ini sama sekali dan narik keputusan cuma berdasarkan rasa sayangnya untuk membantu gue, Azril memang udah sering berkorban demi gue tapi kali ini beda, hal yang akan Azril korbankan adalah sesuatu yang sangat berharga, gak semudah apa yang dipikirkan Azril sekarang, karena gue tahu kalau Azril gak akan mikir sampai kesini makanya gue nanya supaya Azril bisa mikir dan mempertimbangkan semuanya ulang. "Lo tahu gue! Lo kenal gue dengan cukup baik! Lo tahu semua tentang gue kan Sya? Bagi gue menikah dengan lo bukan masalah besar karena menyelamatkan rasa malu lo sama Mas Afi jauh lebih penting dari gue, gue juga gak tahu apa gue bisa menganggap lo sebagai seorang istri atau enggak tapi yang pasti, kalau lo orangnya, gue yakin gak akan ada masalah, mengenai tanggung jawab, menyayangi dan menjaga lo dengan baik, gue udah melakukan itu semua bahkan sebelum lo jadi istri gue." Jawaban Azril yang membuat gue cukup tercengang, apa ini beneran Azril? Sejak kapan ni anak bisa ngomong seserius ini? "Lo beneran Azril kan ya? Lo bukan Azril jadi-jadiankan? Sejak kapan otak lo bisa berfungsi dengan baik begini? Bukan lo banget Ril, suer." Tanya gue masih menatap Azril dengan tatapan tercengang gue, gue takjub karena baru tahu kalau otak Azril masih bisa dipake ternyata, kirain beneran udah sebobrok itu sampai gak bisa gue selamatkan sama sekali, jarang-jarang gue denger Azril ngomong kaya barusan, jawaban Azril terdengar sangat meyakinkan menurut gue, terlihat jelas kalau dia mencoba jujur mengenai pemikiran dengan gue, Azril beneran mempertimbangkan ucapan gue barusan ternyata. "Gue tahu kalau gue bukan laki-laki baik apalagi laki-laki alim seperti idaman lo selama ini, gue yang suka gonta ganti pacar tapi gue juga gak seburuk itu, walaupun gue gak pernah serius dengan semua perempuan diluar sana tapi gue gak pernah main-main kalau masalahnya udah menyangkut lo kan Sya? Selama ini apa gue memperlakukan lo dengan buruk? Lo berharga untuk gue jadi gue gak akan nyakitin lo terlepas apapun status kita nanti." Gue mengiyakan semua ucapan Azril sekarang dalam hati, gak ada yang salah dengan ucapannya, itu memang kenyataan, walaupun Azril bersikap buruk dengan orang lain tapi Azril gak pernah berulah kalau menyangkut gue sama Mas Afi, kalaupun Azril selalu gonta ganti pacar tapi Azril gak pernah memperlakukan gue dengan cara yang sama seperti dia memperlakukan semua pacar-pacarnya. "Apa itu belum bisa menjadi pertimbangan lo untuk nerima tawaran gue?"   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD