2. His Action

1646 Words
"-Sometimes the facts make you unbelieving, but if you believe then that fact can be realized-"              Selena berjalan bersisian dengan Gio menuju parkiran sekolah dengan lengan Gio melingkari leher gadis yang belum sampai setengah hari mejadi kekasihnya itu. Hal tersebut justru mengundang beberapa pasang mata kearah mereka. Gio merasa terganggu dengan beberapa siswa yang menatap mereka secara terang-terangan namun dia berusaha bersikap tidak peduli. Berbeda dengan gadis di sampingnya itu yang sama sekali tidak terganggu. Mungkin mereka penasaran dengan kedekatan keduanya? Atau merasa prihatin dengan kondisi Gio yang terlihat sedikit mengenaskan? Masa bodoh.  Oh jangan lupakan satu hal bahwa Selena turut andil dalam menyebabkan pemuda itu babak belur. Gani mengakuinya dan setelah pengakuan Gani, Selena langsung memutuskan hubungannya dengan Gani. Selena merasa miris melihat keadaan Gio. Karena ini salahnya juga, Selena harus bertanggung jawab. Sedangkan Gani? Cowok itu sudah pulang duluan melepaskan tanggung jawabnya dengan perasaan marah. Bagaimana tidak? Baru beberapa hari berpacaran Gani kembali diputuskan.  Kini kedua remaja sama usia tersebut tengah menunggu jemputan di gerbang sekolah. Lebih tepatnya Selena menawari pemuda itu untuk mengantarnya. Selena merasa bertanggung jawab penuh atas keadaan miris pemuda itu. Gio sendiri hanya bisa merutuki Gani yang merusaki motornya. Untung kerusakan motornya tidak terlalu parah dan dia sempat menghubungi beberapa pekerja dari pihak bengkel untuk mengangkut motornya ke bengkel. Dia juga terpaksa menerima tawaran gadis ini yang sebelumnya terkesan memaksa. Sudahlah dia babak belur juga karena gadis ini. Tak berselang beberapa menit jemputan Selena sudah menepi kearah mereka. Keheningan menyelimuti mereka berdua sejak mobil Selena menjauh dari lokasi sekolah. “Maaf udah ngerepotin lo." Gio membuka suara untuk memecah keheningan.  "Hmm..." hanya deheman kecil dari Selena. Dia masih sibukdengan pandangan tertuju pada layar gadged di tagannya. "Sekali lagi gue minta maaf, tapi lo nggak harus diemin gue seperti ini juga atau mungkin lo lagi menghindar dari gue?” Selena yang merasa pertanyaan monoton yang membutuhkan jawaban segera itu tentu saja tidak lagi memfokuskan pandangannya pada benda pipih persegi panjang dalam pangkuannya melainkan memberi tatapan kesal dan terganggu untuk si penanya tersebut.  "Aww…." Gio melenguh kasar sambil mengelus pahanya yang baru saja dipukuli. Tangan semungil itu tentu saja bisa memberikan efek panas pada permukaan kulit pahanya. "Sakit?" Gio diam saja namun kemudian mengangguk. Merasa tindakannya sedikit kelewatan Selena beralih memberi usapan di paha Gio dengan tangannya. Sungguhembingungkan. Cukup aneh untuknya karena tingkah pemuda menyebalkan yang saat ini satu mobil dengannya. Berbanding tebalik dengan sikapnya yang dingin sebelumnya. Kali ini sikapnya tidak sekaku sebelum mereka saling bertegur sapa seperti sebelumnya. Apa mungkin saja dia mengidap alter ego? "Lo bukan pengidap alter ego kan?” Pertanyaan penuh keraguan itu meluncur begitu saja dari mulut Selena dan membuat Gio berkernyit bingung sebelum kemudian terbahak lalu menatap lurus Selena. “Nggak….” Gio mengubah ekspresinya dengan raut datar. Aura wajahnya kembali dingin. Hal itu membuat Selena kesal. Dia menarik kasar rambut Gio hingga empunya meringis meminta untuk dilepaskan. “Heh ngapain lo jambak rambut gue?! Lepasin g****k! Dasar cewek bar-bar!” “APA??? GUE NGGAK DENGER!!!” “Nggak.. nggak kenapa-napa. Lepasin rambut gue bego!” “Gue akan lepasin lo sebelum lo jujur sama gue! Hayo apa yang tadi lo bilang soal gue hah?” “Dasar cewek bar-bar!” Gio tepaksa mengulang kalimatnya. Dan setelah mengatakan itu Selena melepas jambakannya pada rambut Gio. Dia tertawa sendiri melihat tangannya yang terdapat beberapa helai rambut Gio yang rontok. “Sialan lo!” Gio kesal saat melihat helaian rambutnya rontok pada telapak tangan Selena. Cewek sinting! “Keluar dari mobil gue.” Perintah Selena tegas dan menatap supir pribadinya memberi peringatan agar menepikan mobil. “Oke…. untung lo cewek gue kalau bukan udah gue bonyokin mulut lo!” Sopir pun menepikan mobil di trotoar. Gio hendak membuka pintu mobil untuk keluar namun Selena mencekal pergelangan tangannya. “Nggak usah.” “Gue mau keluar.” Gio melepas kasar cekalan Selena di pergelangan tangannya. Namun gadis itu keukeuh dan menarik sisi ransel Gio ke belakang hingga membuat pemuda itu jatuh terduduk di tempatnya semula. “Gue bilang nggak ya lo harus nurut dong. Gue ini cewek lo, paham?” Gio mencengkam kuat lengan Selena dan gadis itu meringis. “Lo udah bikin gue naik darah!” Desis Gio dengan aura menakutkan. Namun jawaban yan keluar dari mulut gadis itu membuat tangannya yan mencengkram kuat lengan Selena melemah. “Yah tinggal turunin aja darah lo kalau emang udah naik. Gitu aja susah amat.” Kalimat itu seperti bom atom yang menghantam harga diri Gio. “Masih baik gue sabar. Gue juga masih ingat kalau lo cewek gue. Untung juga ini mobil lo….” Ujar Gio sambilmengatur emosinya. Tangannya ia lepaskan dari lengan gadis itu karena dirinya tidak berniat sedikitun untuk menyakiti Selena namun dia takut emosinya yang berlebihan bisa saja mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang lebih. “Kalau gue bukan cewek lo dan ini bukan mobil gue, lalu apa yang mau lo—“ “Bisa aja gue perkosa lo disini.” Gio menyeringai memotong ucapan Selena. Namun gadis itu tidak terkejut sama sekali. Dia justru membalas seringain Gio dengan kalimat yang paling menjengkelkan di telinga pemuda itu. “Cowok otak s**********n macam lo emang nggak pernah jauh-jauh dari hal semacam itu.” Mendengar Selena yang kembali menyindinya membuatnya bertambah geram. Otak s**********n? Gio tidak bisa mengelak. Namun dia melakukan hal itu karena terpaksa. Dia tesiksa sehingga memaksanya untuk melakukan itu. Rahangnya saling bergemelutuk. Dia mengeratkan cengkraman pada tali ransel agar tidak lepas kendali terhadap gadis di sampingnya itu. Gio mengalihkan pandangannya kembali untuk Selena. Menatap gadis itu dengan aura tajam penuh pemusuhan.  “Apa? Mau pekosa gue? Ayo! Gue nggak takut!” Gio tidak menanggapi kalimat tersebut dan semakin mempersempit jarak anatara mereka. Ketika wajah mereka sejajar hingga Gio merasakan ujung hidung mereka saling bersentuhan, Gio berbisik menggoda gadis itu “Mumpung waktu modus. Kalau disia-siain yang ada malah mubazir lagi. Gue juga nanti yang rugi.” Selena yang belum paham sepenuhnya hanya diam dengan kening berkerut. Dia justru tergoda karena aroma mint dan deru nafas pemuda itu menyapu permukaan kulitnya penuh kehangatan. "Gue mau rasain gimana rasanya bibir lo yang manis ini gue lumat habis-habisan dengan milik gue. Gue harap lo nggak nolak dan memang nggak boleh sama sekali. Sesuai kesepakatan kita. Anggap aja ini untuk meresmikan hubungan kita, gimana?" Dan sebelum Selena sempat menyela, Gio langsung menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu dan mulai mengulum lembut bibir itu. Selena tidak terkejut sama sekali. Dia membalas ciuman yang diberikan pemuda itu. Keduanya tanpa memperdulikan lagi orang lain di dalam mobil ini selain mereka berdua, tetap meneruskan adegan tak senonoh yang mereka lakukan. Semain gencar. Sensual. Penuh hasrat. Itulah yang dirasakan ketika bibir mereka menyatu untuk mencecap, mengisap dan menggigit. Keduanya belum berniat menyudahi namun Gio merasa insting lelakinya sudah memberikan sinyal bahaya maka terpaksa dia harus mengakhiri ciuman itu. Oh Dio mio! Rasanya semanis cherry... Tidak jauh berbeda dengan milik--Lala ku.....  Gio terpaku saat nama Lala nya melintas dalam pikiran.  “Maaf…” Setelah itu keadaan kembali hening. Keduanya diam dengan pikiran masing-masing. Gio memilih memfokuskan pandangannya menatap lurus ke depan. Nih cowok ngeselin banget yah! Minta gue tampol pake sepatu apa?  Cowok itu selalu saja membuat moodnya menjadi buruk hari ini dalam hitungan detik. Apa yang baru saja aku lakukan? Lala ku.... lihat! Aku menderita karenamu. ------- Saat mobil sudah menepi di depan gerbang rumah Gio, pemuda itu memegang lembut tangan Selena walaupun sedikit canggung dan memberanikan diri mencium pipi gadis itu. "Thanks, gue keluar dulu... see you around my girl", Gio berkedip genit dan mengacak anak rambut gadis itu yang menutupi dahinya sebelum keluar dari mobil. Selena mendengus kasar menatap cowok itu berlalu masuk dalam pagar rumahnya. Sungguh, perlakuan manis pemuda itu sedikit meluluhkan hatinya. Ingat sedikit! Belum sepenuhnya! Gio kembali menginjakan kaki di dalam rumahnya yang terlihat sepi seakan hanya dirinya sendiri yang tinggal di runah sebesar ini. Gio sudah tebiasa dengan hal itu. Mekipun hanya dengan harapan kecil akhirnya ia bertanya pada salah satu maidnya berharap ada keajaiban kali ini-salah satu dari mereka pulang dan menemaninya makan siang.    “Bi, apa mama nggak pulang makan siang di rumah?” "Sepertinya tidak tuan. Nyonya bersama Tuan Charles belum kembali dari pertemuan di resort." Jawab pelayan yang dibalas senyum kecil dari Gio. Nihil. Gio kembali menelan kenyataan pahit. Bisakah sedikit saja kedua paruh baya itu meluangkan waktu sekedar menemaninya makan siang? Gio menuju kamarnya di lantai 2. Karena kelelahan dan merasa pegal pada tubuhnya langsung saja ia memilih rebahan untuk mengistirahatkan pikiran dan juga tubunya. Dia mencoba memejamkan mata namun kali ini fokusnya kembali diambil alih kejadian di mobil beberapa saat lalu. Gio memperhatikan langit langit kamar. Berpikir sebentar sebelum kemudian mengambil sebuah keputusan yang mugkin dirinya bisa keluar dari keterpurukan yang selama ini ia alami.  Sepertinya aku tertarik untuk membuka riang bagi gadis itu. Dia terlihat menarik untukku. Gio terganggu saat ponsel di saku celana seragamnya bergetar. Gio merogoh benda ipih itu dari saku celananya untuk memeriksa chat masuk di ponselnya. Gio membuka room chatnya dan tersenyum kecil membaca pesan itu. From : Xxx Fix! Bentar malam gue punya waktu buat lo.                                                                                                        Kalau mau datang ke  apart gue To : Xxx Oke...                                                                                                                                                                            Bentar gue merapat ke apart lo.                                                                                                                                    Isi tenaga lo gue main lama malam ini.  To be continued.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD