Bab 6 : Disidang Babe

1042 Words
Nadia tengah makan malam dengan emak dan bapaknya, keadaban meja makan yang hening membuat Nadia terus berpikir bagaimana caranya agar ruang makan ini menjadi rame. Hingga ketika dirinya bersitatap dengan patwa ia memberikan senyuman misterius yang langsung disadari remaja itu sebagai alarm bahaya. Dengan segera ia menelan semua makanan yang tersisa di piring nya. Dan Nadia yang melihat itu segera melancarkan aksi tidak terpujinya. "Pak, tau gak? Tadi ada orang yang bolos sekolah alasannya mager." Ceplos Nadia menatap adiknya yang bersiap pergi dari meja makan. "Dan yang nulis suratnya itu Nadia." Bapak Nadia menatap anak gadisnya dengan kening berkerut, seolah tersadar, lelaki paruh baya itu langsung melirik kursi di sebelah nya yang ternyata sudah kosong melompong dah melihat anak lajangnya sudah berjalan menuju kamar nya. "PARAMEX!!!" Teriakan itu mengundang gelak tawa Nadia yang tidak menyangka jika bapaknya ternyata mengikuti panggilannya untuk patwa. Well, di rumah ini yang selalu memanggil patwa seperti itu hanya dirinya saja. "KAK NADIA JUGA KENA TILANG KEMARIN, PAK!" Teriak patwa dari dalam kamar yang sialnya terdengar jelas sampai ke meja makan. Nadia meneguk ludahnya kasar begitu menyadari jika bapak nya tengah menatap ia dengan tajam, bahkan jika di hiperbola kan, tatapan itu bisa membelah dirinya menjadi 18 potongan. Ingatkan dia untuk membalas tingkah patwa malam ini. "Nadia! Jujur sama bapak." Tegas pria paruh baya yang memiliki nama lengkap Babe. "Nadia kan anak baik, jadi selalu jujur lah, Pak." Babe menganggukkan kepalanya, mencoba yakin dan percaya meski ia tahu dua anaknya tidak memiliki kejujuran seratus persen. "Kemarin kan, Nadia tuh lupa bawa helm." "Lupa atau emang dilupain?" Tanya babe memotong ucapan putrinya. Nadia cengengesan mendengar hal itu, ia tahu bapaknya ini sudah paham dengan karakter tingkah kedua anaknya tanpa perlu ia jelaskan lagi. "Tau aja si bapak. Nah terus tuh, gak bawa STNK juga." Lanjut Nadia dengan ceritanya. Babe mengangguk, tidak heran jika anak gila nya ini tidak membawa STNK dan keperluan lainnya. "Nah di perempatan jalan tuh pas di lampu merah tuh kan, muncul lah polisi-polisi yang suka menilang-nilang pengendara motor tidak berdosa seperti Nadia." Nadia menunggu reaksi bapaknya yang terlihat masih santai, meskipun dari raut mukanya sudah berbeda tidak seperti tadi lagi. "Terus tuh kan, Nadia sampai di lampu merah malah diteriakkin pake toak! Coba pak, masa anak bapak yang paling cantik gini dipermalukan di khalayak ramai?" "... Udah gitu, Dateng tuh dua polisi yang satu gendut yang satu Mayan lah kalau dibawa ke kondangan. Tapi tingkahnya rese banget, masa Nadia langsung ditilang tanpa basa basi, tanya alamat kek, umur kek, atau bahkan status gitu... Mana tau jodoh asek..." Babe menggelengkan kepalanya yang merasa takjub dengan segala pemikiran sang anak yang Luar biasa absurd nya. Keturunan siapa coba model kayak Nadia ini? Cantik sih iye, tapi tingkah nya loh, jauh beda sama bini apa lagi seperti dirinya. Apa jangan-jangan ini anak ketukar sama anak tetangga yang juga seumuran Nadia? "Tumben banget kamu ditilang? Udah habis tuh jurus kalang kabut?" Perlu dicatat, bengek la perlu garis bawahi. Kali ini bukan untuk yang pertama kalinya Nadia berurusan dengan yang namanya polisi dan tilang-menilang. Gadis itu pernah kabur dari polisi yang tengah menilang dirinya lantaran mengikuti google maps yang sesat membawanya sampai ke jalan tol. Alhasil dirinya me jadi bulan-bulanan polisi yang saat itu tengah bertugas patroli. "Apes banget dah, mana KTP ditahan juga." "Hah? KTP lu ditahan? Lah katanya mau jadi petugas PTS pas pemilu nanti, Mayan loh buat jajan tiga bulan." Celetuk babe yang membuat gerakan mengunyah Nadia berhenti, gadis itu melirik ibunya yang tampan asyik menyimak obrolan sedari tadi, lalu matanya menatap bapaknya dengan penuh rencana. "Emang jadi, Pak? Masih buka pendaftaran gak?" "Masih kayaknya. Coba aja tanya sama pak kepala lorong." Nadia mengangguk, lalu dirinya berniat membuka mulut sebelum bapaknya memotong niatnya terlebih dahulu. "Terus gimana kelanjutannya? KTP lu masih ditahan?" "Masih lah, ntuh polisi emang hobi cari masalah sama Nadia, pengen Nadia bunuh aja tadi, syukur masih waras Nadia tuh cuma Jambak doang." Babe menggelengkan kepalanya, tidak heran melihat sifat bar-bar yang dimiliki Nadia, ia bahkan mengucapkan Alhamdulillah mengingat perkataan Nadia yang hanya menjambak polisi itu. Ia tahu betul jika anak gadisnya sangat benci yang namanya peraturan, prinsip gadis itu sangat berlawanan dengan tujuan aturan itu diciptakan. Nadia akan terus menjujung tinggi prinsipnya jika peraturan ada itu untuk dilanggar. Dan kejadian seperti sekarang, ia sudah bosan menyuruh anaknya untuk memakai helm, membawa STNK, seger mengurus SIM. Tapi jawab anaknya hanya "Itu dunia doang" Lah, dia kan hidup di dunia emang harus ngikuti hukum alam dunia. "Lain kali bawa helm, Nad. Kita gak tahu apa yang terjadi di jalanan, tapi paling tidak buat jaga-jaga. Lagian buat apa adek lu koleksi helm tapi gak ada yang berguna?" Tanya emak yang sedari tadi memilih bungkam pada akhirnya membuka suara dan tengah membereskan meja makan. Nadia? Jangan harap dirinya membantu, selama 21 tahun umurnya, belum pernah sekalipun ia masuk dapur dengan tujuan untuk memasak atau untuk pekerjaan lainnya. Ia paling malas harus berkutat dengan hal itu. "Pakai helm buat kepala Nadia kayak kecebong tau, Mak. Kepala Nadia jadi besar." "Hahaha... Ada-ada aja kamu. Alasan mulus, itu banyak helm Adek kamu dengan berbagai jenis dan bentuk, tinggal pilih." Memang benar adiknya si bujang jomblo itu memiliki hobby mengoleksi helm, dari segala bentuk dan jenis remaja kulkas dua pintu itu punya. Bahkan patwa rela tidak jajan selama seminggu dan memilih membawa bekal dari rumah hanya untuk membeli helm modem baru. "Liat besok deh, moga aja Nadia lagi dalam mood baikan sama peraturan. " "KTP nya cepet diurus, biar daftar anggota PTS hahahah Mayan cuan." Celetuk babe kemudian meninggalkan ruang makan menuju kamar patwa dan kemungkinan besar bersiap untuk memberikan siraman rohani dan juga pelajaran fisik agar adiknya berubah menjadi lebih buruk lagi hahahah... Ia dukung itu. Nadia berjalan mengendap-endap mencoba menguping pembicaraan di dalam, dan benar dugaannya sang bapak sedang menyidang patwa atas laporannya barusan. Kerena memang bapaknya, beberapa menit melapor langsung di proses, gak seperti halnya hukum di negara Konoha ini, butuh berhari-hari agar laporan kita direspon, itupun kalau sudah viral. "Nadia, jangan biasakan nguling apalagi ngintip, nanti kamu bisulan." Nadia langsung menutup matanya dan berlari terbirit-b***t dari depan kamar sang adik. Bagaimana pun nanti hasilnya, ia hanya berharap semoga adiknya selamat sampai tujuan dan tidak lagi menjadi mulut ember bocor yang melaporkan semua yang ia lakukan. Si cctv berjalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD