Audy memberanikan diri hadir di penjara bersama Yura dan Rasya saat mengetahui bahwa Melody kembali masuk ke dalam penjara. Kali ini kasus penipuan dengan cara membohongi semua k=teman-temannya dengan beralasankan arisan berlian. Audy yang mengetahui kabar beritanya dari salah satu teman dekat sang ibu, langsung melesat ke penjara agar bisa mengetahui siapa ayah kandungnya sebenarya. Namun, hanya Yura yang ikut dengannya masuk ke dalam menemui sang ibu, sedangkan Rasya diminta Audy untuk tetap di mobil agar terhindar dari masalah. Audy tahu, Melody sama sekali tidak menyukai Rasya sejak dulu. Melody malah terus menerus menentang hubungan keduanya dan terus saja menjodohkan Audy dengan Jordi. Namun luka yang sudah digoreskan Jordi padanya, membuat Audy tak lagi amau kembali bersamanya. Rasanya sudah cukup dia memberikan Jordi kesempatan kedua kali, da Jordi baginya sudah tak lagi diberikan kesempatan lagi, mengingat saat itu Jordi sudah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberkan Audy untuknya.
Audy cemas. Dia tampak gelisah menanti Melody di ruag berkunjung bersama Yura. Berulang kali Yura mengusap punggung sang kakak, mencoba menenangkannya namun tetap saja Audy tak kunjung mendapatkan ketenangan. Ini pertama kalinya dia bertatap muka kembali bersama Melody, setelah terakhir kalinya melihatnya Ketika beberapa polisi menyergapnya kala itu.
“Masuk!” Terdengar suara seseorang wanita dari balik pintu masuk tahanan. Audy dan Yura spontan menarik tatapan ke pintu, dan terlihat Melody masuk bersama seorang polisi wanita. Melody tampak berbeda. Rambutnya yang dulu sepunggung, kini sebahu. Menurut cerita Yura, dia memang sengaja memangkas rambutnya akibat stress berada di dalam jeruji besi.
“Mau apa kamu bawa anak tak tau diri ini ke sini, Yura!” bentak Melody saat sudah duduk di hadapan Yura dan juga Audy.
“Tenang dulu, Mi, kami ke sini bukan mau nyari masalah sama mami, tapi ada yang ingin kami sampaikan dan tanya ke mami.” Yura berusaha tetap tenang walau emosi Melody terus saja membara dan terlihat jelas di wajahnya. Audy sendiri tampak terdiam di samping Yura dan di hadapan Melody. Audy benar-benar bingung harus melakukan apa. Ditambah lagi masih ada sedikit kekecewaan di hatinya akibat ulah sang ibu yang begitu tega hampir menjualnya ke lelaki tua bangka dengan cara menikahinya dan membayarkan uang kepadanya.
“Cepat, saya gak punya banyak waktu!” ucap Melody sembari melipat kedua tangannya di d**a. Sikapnya kembali sombong yang membuat Audy panas bukan main dan rasanya ingin melawannya saja seperti dulu. Namun Yura dengan cepat menahannya dengan menggenggam tangannya yang sejak tadi berada dij bawah meja. Audy menarik napas panjang lantas mengembuskannya perlahan.
“Sebenarnya kami ke sini mau ngasih tau sama mami, kalau ….”
“Siapa ayahku sebenarnya?” potong Audy yang tampak tidak sabar dengan kalimat Yura yang baginya terlalu bertele-tele. Di sisi lain sebenarnya dia pun tidak ingin Melody sampai tau=hu, bahwa lusa adalah pernikahannya. Walau beda jeruji besi, namun Melody dan Jordi berada d penjara yang sama. Audy hanya takut, Melody sampai memberitahukan kabar pernikahannya pada Jordi yang membuat Jordi, malah nekah menyuruh siapa pun untu menggagalkan rencaa indahnya itu. Moment besar itu adalah moment yang sangat ditunggu-tunggu Audy, dan rasanya Audy tidak mau sampai kembali gagal hanya karena ulah ibunya dan mantan pacarnya yang selalu sekongkol untuk menjebaknya.
Melody tersenyum sinis, ada tawa singkat darinya seolah menyeleneh. Audy semakin geram dibuatnya, namun lagi-lagi tidak jadi mengeluaran semua emosinya karena Yura menahannya dengan cara yang sama. Audy langsung menarik napas panjang, lantas mengembuskan napasnya kasar sembari menarik pandangan ke arah lain.
“Buat apa mau tau siapa ayahmu, toh gak ada gunanya juga, kan?” tanya melody santai. “Anggap saja papinya Yura adalah papimu juga, selesai, kan?”
Audy menggebrak meja yang membuat Yura kaget bukan main. Sedangkan Melody hanya menyandarkan tubuhnya di kursi tempatnya duduk sejak tadi.
“Cukup jawab saja siapa ayahku, gak perlu disembunyikan lagi!” bentak Audy seakan tidak lagi mampu menahan emosinya. Sikap menghormati sang mami pun tidak ada lagi di dirinya. Baginya, harga diri sang ibu sudah jatuh teramat dalam di hadapannya semenjak dia ingin menjual anaknya sendiri.
“Ayahmu sudah mati!” bentak Melody dengan kedua mata melotot. “Dia sudah lama mati untukku!”
“Tapi tidak untukku, Mami!” bentak Audy lagi yang malah membuat Melody tertawa mendengar sebutan yang masih disematkan Audy untuknya.
“Mami?” tanya Melody. “Masih anggap aku ibumu sampai detik ini? Kalau memang masih, kenapa dulu gak mau ikutin apa mauku?”
Audy mendengus kesal mendengar melody lagi-lagi membahas hal yang sama, “Tidak ada ibu yang tega menjual anaknya sendiri!” bentak Audy lagi. “Jawab saja, di mana ayahku.”
“Buat apa?” tanya Melody yang mulai menurunkan nada suaranya. “Kalau pun kamu tau siapa ayahmu, kamu hanya akan disusahkannya dengan semua penderitaan dan masalah hidupnya. Aku mengurusmu dari kecil dengan gelimangan harta, dan sekarang kamu mau kembali ke lelaki yang tak punya apa-apa itu? Kamu sehat? Atau sengaja, mau menghina aku yang sudah mati-matian membuatnya menjadi anak sultan di rumah suami baruku?”
“Anak sultan?” tanya Audy dengan sikap jijik mendengar Melody selalu saja membangga-banggakan suaminya yang saat ini juga masih berada di dalam penjara. “Sultan dari mana? Tidak ada sultan yang hanya untuk mendapatkan uang, denga cara mengemis-ngemis harta sama semua rekannya. Gak ada sultan yang demi mendapatkan uang, tega menjual anak-anaknya untuk dinikahkan sama tua bangka yang kaya raya. Gak ada!”
“Audy!” bentak Melody sembari menamparnya keras.
Yura spontan berdiri dengan ekspresi kaget. Berusaha meleeai, namun keduanya malah saling terdiam. Ada ekspresi menyesal di wajah Melody saat melihat Audy tertunduk menahan sakit. Namun sialnya, emosi Melody yang semula melunak, malah kembali terpancing saat mendengar tawa Audy yang terdengar meledek.
“Sudah puas?” tanya Audy santai. “Bukankah ini pertama kalinya anda menampar saya?” Audy mengalihkan pandangannya ke Yura. “Lihat, dulu kamu pernah bilang kalau wanita it8 lebih menyayangiku dari pada kamu, kan? Tapi lihat sekarang, terbukti kan kalau dia lebih membenciku dari pada kamu.”
Yura menarik tatapannya ke Melody yang langsung tertunduk sembari kembali duduk. Yura bisa membaca ekspresinya yang benar-benar ada penyesalan di sana. Yura sangat yakin kalau sejak dulu, dia sangat menyayangi Audy lebih dari apa pun.
“Kamu persis sama kayak ayahmu,” gerutu Melody kesal bukan main. “Kalau kamu mau ketemu sama dia, gak perlu jauh-jauh, dia sudah ada di Jakarta. Bulan lalu dia datang ke sini. Anehnya, dia yang berpakaian gembel begitu, kok bisa dari Batam sana datang ke Jakarta, terus hidup di sini sampai datang ke sini pula. Entah baru nyuri uang dari mana dia sampai nekat ke Jakarta. Menjijikan, buat malu, datang ke sini pakai pakaian seperti itu!” ujar Melody penuh kebencian.
“Di mana dia, dan siapa dia?” tanya Audy yang kembali duduk diikuti Yura.
“Yoko Harimurti,” jawab Melody sembari merogoh saku celana tahanannya. “Ini nomor handphonenya, dia memberikanku secarik kertas berisi nomor handphonenya. Kamu bisa menghubunginya ke sini, dia bilang itu nomor ibu pemilik rumah sewa tempatnya tinggal.”
Audy meraihnya, membaca beberapa angka di dalamnya lantas menelan air liurnya sendiri. Siap tidak siap dia harus bertemu dengan lelaki yang mungkin saja sudah tidak pernah lagi menganggapnya anak. Bahkan tidak pernah sama sekali, hingga membuatnya tidak pernah mencoba menemuinya sejak kecil.
“Dia datang ke sini sebenarnya buat mencarimu,” jawab Melody yang jelas saja membuat Audy kaget bukan main. “Yah … sudah sejak kamu kecil sih dia mencoba menemuimu, tapi aku melarangnya, dan meminta Roszi untuk menjaga ketat rumah agar dia tidak bisa menemuimu dengan cara apa pun.”
“Termasuk sempat berencana menyekolahkanku di rumah?” tanya Audy yang semula di jawab Melody dengan anggukan kepala.
“Beruntungnya kamu dibawa sama oma, dan oma sama sekali tidak tau siapa ayahmu sebenarnya, jadi semua berjalan sesuai rencanaku dengan tidak menemuimu dengan lelaki bodoh itu.”
Audy terdiam. Semua begitu rumit untuk bisa dia cerna dengan mudahnya. Namun biar bagaimana pun, dia harus menemuinya agar bisa menikah dengan Rasya. Karena syarat yang diminta Audy untuk bisa menikah dengan hadirnya ayah kandungnya sendiri.
“Sebelum itu, siapa yang ngasih tau kalian keberadaanku saat ini?” tanya Melody yang sesaat membuat Audy dan Yura saling berpandangan. Yura menggelengkan kepala pelan. Janji yang sudah dia ucapkan pada sang nara sumber, membuat Yura tak ingin Audy sampai membocorkannya. Namun Audy merasa tidak ada salahnya Melody untuk mengetahui siapa orangnya. Audy kembali menarik pandangannya ke Melody yang tampak menanti jawaban dari kedua anaknya.
“Emmy,” jawab Audy santai. “Emmy Clarissa, wanita yang menjadi sahabat anda sejak kecil yang sudah anda bohongi telak, hingga membuat hidupnya hancur tanpa sisa.”
Melody terdiam. Dia ingat siapa pemilik nama itu. Di satu sisi dia begitu kesal mengetahui Emmy memberitahu kabarnya masuk ke penjara pada kedua anaknya. Namun di sisi lain dia tampak menyesal saat mengetahui apa yang terjadi pada kehidupan sahabatnya itu yang hampir bunuh diri karena frustasi akibat ulahnya dulu.