Raya marah besar. Koran yang dia dapatkan yang memuat berita tentang hotel Adit, malah berhasil membuatnya naik pitam. Raya mencampakkan koran yang dia dapat di rumah ke lantai, kemarahannya sempat membuat sang asisten kaget lantas mundur beberapa langkah. Dia terlihat ketakutan, menundukkan kepala enggan melihat kembali Yura yang masih duduk di kursi kerjanya di dalam ruang kerja yang dia design di rumah megahnya.
"Cuma segini aja beritanya?" tanya Yura kesal bukan main. "Gue bayar mahal cuma untuk sekali tayang doang? Gue mau Adit hancur, hotelnya dicap buruk. Kalau cuma begini doang, apa yang bisa dibanggain dari mereka semua yang kerja di koran itu. Gak ada guna semua!" bentak Yura yang lagi-lagi membuat asistennya menundukkan kepala.
"Apa lagi kata mereka?" tanya Yura masih dengan nada tingginya.
"Mereka bilang segini saja sudah cukup untuk membuat hotel itu tercemar, Bu," jawabnya memberanikan diri. "Mereka tidak ada ngebahas apa pun lagi."
"Sialan!" umpat Yura. "Atur waktu untuk ketemu sama mereka semua, harus secepatnya, dalam beberapa hari ini. Saya gak mau tau dan gak mau Terima alasan apapun. Paham?"
"Baik, Bu, akan secepatnya saya atur jadwal ketemu antara Ibu dan Beliau."
"Bagus!" ucap Yura sembari melipat kedua tangannya di d**a. "Ke luar dari ruangan saya!".
Wanita cantik bertubuh langsing itu ke luar dari ruangan Yura. Meninggalkan Yura ang masih mencoba mengatur napasnya sembari menatap ke koran yang masih tergeletak di lantai. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan hasil dari rencananya sendiri.
***
Mikha tersenyum melihat Jordi yang masuk ke kamarnya dengan membawakan sarapan. Sudah terlalu lama Jordi tidak melakukannya untuknua. Lebih tepatnya semenjak Alea hadir dalam hidupnya dan menariknya ke luar dari rumah menjadi anak jalanan yang liar.
Jordi membantu Mikha duduk, menyandarkannya di kepala tempat tidur, lantas mulai beesiap menyuapinnya.
"Ini baru bener abangnya Mikha," puji Mikha yang jelas membuat Jordi tersipu malu "Mikha senang abang kembali ke rumah, jangan pergi lagi ya. Entah karena pekerjaan di luar negeri mau pun karena perempuan itu."
"Maksud kamu, Alea?" tanya Jordi yang langsung dijawab Mikha dengan anggukan kepala. Jordi menghela napas pelan. Kejadian dulu kembali terputar di kepalanya, saat Mikha menangis ketika Jordi diusir dari rumahnya akibat lebih memilih Alea. Jordi sejujurnya menyesali segalanya. Andai dia bisa mengulang waktu, dia pasti akan merubah segalanya yang pernah dia sia-siakan. Termasuk waktu bersama keluarganya.
"Abang terlalu jahat dulu," lanjut Mikha. "Sama aku, Mami Papi, abang Rico dan juga Kak Audy. Abang uda dibutakan sama cinta palsu perempuan itu sampai semua yang tulus menyayangi abang, abang tinggalin begitu saja." Mikha mengunyah pelan suapan pertama yang berhasil lolos sebelum dia mulai memberikan nasihat. "Dan sekarang, belum terlambat, Bang. Kak Audy pasti mau memaafkan abang lagi. Abang cuma perlu temui dia di rumahnya, dan minta maaf yang sungguh. Mikha jamin, Kak Audy mau maafin Abang dan balikkan lagi sama abang."
Jordi baru sadar, a Mikha belum mengetahui segalanya. Lebih tepatnya tentang pernikahan Audy. Hanya Rico yang mengetahuinya dengan jelas. Bahkan menurut pemaparan Rico, dia pun sempat hadir walau tidak menemui siapa pun, terutama n Audy dan sang suami.
"Semua udah terlambat, Dek," ucap Jordi dengan nada suara menyesal. "Kak Audy sudah menikah dengan orang lain beberapa hari yang lalu."
Mikha kaget bukan main. Dia tidak menyangka semua ini bisa terjadi tanpa sepengetahuannya. Mikha yang hanya menginginkan Audy menjadi kakak iparnya, kini hancur begitu saja. Semua sudah tidak mungkin lagi. Mikha meneteskan air mata, yang membuat Jordi menghapus nya mencoba menenangkannya.
"Abang bohong, kan?" tanya Mikha yang masih tidak mempercayainya. "Kak Audy dulu pernah janji sama Mikha bakalan menikah dengan abang. Kak Audy janji mau nunggu abang berubah sampai kapan pun. Kak Audy gak mungkin mengingkari janjinya sama Mikha, Bang."
"Udah, jangan dipikirin lagi, Kak Audy berhak menentukan pilihan menikah dengan siapa, Dek. Sekarang yang terpenting, kondisi kamu."
Mikha menghapus air matanya, "Mikha baik-baik saja, Bang. Abang gak perlu khawatir. Mikha baik-baik saja." Mikha berusaha tersenyum walau Jordi yakin saat ini dia sedang tidak baik-baik saja.
"Jadi kenapa kamu malah terus coba bunuh diri kalau kamu baik-baik saja?" tanya Jordi to the point yang membuat Mikha terdiam membisu. "Apa kamu sudah yakin dengan cara seperti itu kamu bisa terbebas dari masalah?"
"Apa lagi yang harus diharapkan dari hidup Mikha, Bang. Semuanya sudah hancur. Bahkan Mikha sudah gak boleh lagi bersekolah. Padahal Mikha yang jadi korban, tapi karena malu, mereka langsung mengeluarkan Mikha gitu aja, sementara pelakunya bebas sekolah."
"pelaku nya murid di sekolah itu juga?" tanya Jordi kaget. Tidak ada satu pun yang bilang padanya cerita yang sebenarnya. Semua seakan menutupinya dengan sangat rapat.
"Iya, murid di saja." Jawaban Mikha benar-benar membuat Jordi emosi bukan main. Ini semua tidak adil untuk sang adik. Seharusnya bukan Mikha yang dikeluarkan dari sekolah melainkan pelaku yang tak punya hati dan rasa tanggung jawab itu. Ingin rasanya Jordi mendatanginya
Sekarang juga. Namun dia mengurunhkan niatnya. Dia tidak ingin Mikha mengetahui rencananya untuk datang ke sekolah meminta keadilan. Ditambah lagi, untuk memperkuat rencananya, dia juga harus bertanya langsung ke Rico dan kedua orang tuanya. Sekalian mau bertanya, kenapa semua orang malah diam tanpa sekali pun bertindak sekedar menyelamatkan masa depan Mikha yang tinggal di seutas benang.
"Abang kenapa diam?" tanya Mikha yang langsung mengagetkan Jordi. "Mereka jahat kan, Bang? Mereka gak adil sama Mikha. Mereka gak mau dukung Mikha tapi malah membela mereka yang sudah jahat ke Mikha." Mikha kembali menangis yang membuat Jordi langsung memeluknya erat. "Ini gak adil, Bang."
"Ust, tenang saja, abang akan berusaha cari keadilan buat Mikha, bahkan sampai ke ujung dunia sekali pun."
"Abang janji?" tanya Mikha sembari melepaskan pelukan Jordi dan menatapnya sungguh-sungguh.
"Abang janji," ucap Jordi. "Abang juga janji bakalan cari sekolah baru yang lebih bagus untuk Mikha. Jangan khawatir ya?"
Mikha mengangguk kan kepalanya, kembali memeluk Jordi erat sembari menuntaskan tangisannya yang tertunda. Jordi benar-benar dirundung emosi yang luar biasa besarnya. Rasanya, ingin dia mwnghajar semua orang yang tidak adil pada adiknya, apa lagi para pelaku yang hingga kini masih bebas berkeliaran dengan masa depan yang masih cemerlang. Tanpa ada rasa tanggung jawab atau sekedar minta maaf pada sang adik yang hancur karenanya.
"Jangan pernah tinggalin Mikha lagi ya, Bang. Jangan pernah pergi lagi," mohon Mikha yang langsung membuat Jordi memeluknya semakin erat.